Agenda Padat Menanti di 2020
Olimpiade 2020 akan menjadi fokus olahraga nasional. Persiapan meraih prestasi di ajang itu, akan berjalan seiring dengan Paralimpiade 2020, PON 2020, MotoGP 2021, Piala Dunia FIFA U-20 2021, dan Piala Dunia FIBA 2023.
Bagi Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2020 menjadi tahun yang padat. Sepanjang tahun depan, mereka patut menyiapkan diri untuk beragam kegiatan nasional maupun internasional, seperti Pekan Olahraga Nasional 2020 di Papua, ASEAN Para Games 2020 di Filipina, dan Olimpiade Tokyo 2020.
Kemenpora juga akan disibukkan dengan persiapan menjadi tuan rumah kegiatan internasional, seperti Piala Dunia FIFA U-20 2021 dan Piala Dunia Basket FIBA 2023.
Namun, segenap pengurus induk olahraga berharap, pemerintah tetap menomorsatukan persiapan menuju Olimpiade Tokyo 2020. Ajang itu merupakan tolak ukur utama prestasi olahraga nasional. Pemerintah patut memberikan perhatian lebih dari sisi anggaran agar lebih banyak atlet yang bisa lolos, sedangkan atlet yang sudah lolos bisa mempersiapkan diri lebih optimal demi meraih prestasi terbaik di Olimpiade mendatang.
Sejumlah pengurus induk cabang olahraga sadar betul bahwa pemerintah akan dihadapkan dengan jadwal yang cukup padat pada 2020. Namun, mereka berharap pemerintah bisa lebih fokus terhadap persiapan menuju Olimpiade 2020. Apalagi, sejumlah cabang masih berjuang untuk meloloskan atlet ke ajang tersebut, seperti angkat besi, atletik, bulu tangkis, panahan, panjat tebing, renang, rowing, dan balap sepeda.
Pelatih tim recurve pelatnas Nurfitriyana Saiman Lantang mengatakan, PB Perpani berupaya untuk menambah jatah atlet yang bisa lolos ke Olimpiade 2020. Sejauh ini, mereka sudah mendapatkan dua tiket ke Tokyo, masing-masing satu di nomor recurve putra dan putri. Tiket itu didapat ketika tim Indonesia menembus tiga besar recurve perseorangan putra-putri pada kejuaraan di Amsterdam, Belanda, pertengahan 2019. Namun, tiket itu sifatnya masih by number, belum by name.
”Kami ingin ada lebih banyak lagi pemanah yang lolos Olimpiade, terutama pemanah putra yang grafiknya sedang menanjak (meraih emas recurve perseorangan putra dan emas recurve tim putra pada SEA Games 2019). Kesempatan itu terbuka dalam sejumlah kejuaraan di 2020, terutama di Berlin, Jerman, Juni 2020,” ujar Nurfitriyana, anggota trio recurve putri Indonesia yang meraih perak Olimpiade Seoul 1988 itu.
Nurfitriyana menuturkan, untuk mendapatkan tiket lebih banyak, para atlet pun harus mendapatkan pengalaman lebih matang dalam mengikuti kejuaraan internasional. Hal itu sangat mendesak untuk melatih mental dan mendapatkan pengalamanan perlombaan lebih banyak.
”Kami berharap anak-anak bisa dapat kesempatan berlomba di luar negeri lebih banyak tahun depan. Ini untuk membuka peluang meloloskan atlet lebih banyak maupun untuk mengasah atlet yang akan dikirim ke Olimpiade 2020,” ujar Nurfitriyana disela SEA Games 2019 di Clark, Filipina, Minggu (8/12/2019).
Peraih emas recurve perseorangan putra, dan emas tim recurve putra SEA Games 2019 Hendra Purnama (22) mengutarakan, dirinya tidak puas hanya berprestasi di SEA Games. Dia berambisi bisa meraih prestasi pada Asian Games dan Olimpiade. Namun, untuk mencapai itu, dia berharap ada dukungan penuh dari pemerintah.
Para pemanahan berharap bisa lebih sering ikut uji coba kejuaraan internasional, atau lebih lama mengikuti pemusatan latihan di luar negeri. Tahun ini, tim panahan Indonesia hanya mengikuti satu kejuaraan internasional di Belanda pada pertengahan tahun, dan pemusatan latihan di Korea Selatan selama tiga pekan pada September.
”Dalam panahan, mental berlomba itu sangat menentukan. Dengan lebih banyak berlomba, lebih kuat juga mental pemanah ketika menghadapi lawan berat dan tekanan suasana lomba ataupun penonton. Kalau mental tidak kuat, konsentrasi tidak akan optimal dan itu pasti berpengaruh buruk pada hasil,” tutur Hendra.
Masih perlu dukungan
Berbeda dengan panahan, pada cabang atletik, dukungan anggaran dari pemerintah tidak terlalu masalah. Manajer pelatnas atletik (PB PASI) Mustara Musa menyampaikan, PB PASI tergolong induk cabang olahraga yang mandiri. Mereka tetap melakukan pelatnas berkelanjutan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada. Mereka cukup diuntungkan karena memiliki pengurus induk cabang yang cukup royal untuk menjamin keberlanjutan pelatnas.
Kendati demikian, PB PASI bukan tidak butuh lagi dukungan dari pemerintah. Mereka tetap perlu dukungan dari pemerintah, antara lain tempat latihan yang memadai. Selama ini, mereka berlatih di Stadion Madya Senayan, Jakarta. Namun, walau berstatus pelatnas, mereka tidak mendapatkan keistimewaan dari pengelola kompleks olahraga Gelora Bung Karno.
Bahkan, pelatnas PB PASI sempat beberapa kali tergusur, bahkantidak bisa latihan sama sekali karena ada kegiatan lain di arena itu, seperti sepak bola dan marching band.
Padahal, latihan adalah elemen utama untuk meningkatkan kemampuan atlet. Ketika latihan terganggu, bahkan terhenti, itu akan sangat memengaruhi suasana hati dan fisik atlet yang membuat hasil latihan tak optimal.
”Kami tidak minta banyak-banyak. Kami setidaknya berharap bisa berlatih dengan optimal di Stadion Madya Senayan. Berikan kami keistimewaan berlatih sebagaimana status kami yang merupakan tim pelatnas. Bukankah kami berlatih tujuannya untuk mengharumkan nama negara di dunia internasional,” ujar Mustara.
PB PASI sudah berhasil meloloskan pelari jarak pendek Lalu Muhammad Zohri (19) pada nomor 100 meter Olimpiade 2020. Zohri menembus batas waktu Olimpiade 10,05 detik di Grand Prix Osaka, Jepang, pertengahan tahun ini dengan waktu 10,03 detik. Pada tahun depan, mereka bertekad untuk menambah atlet yang lolos ke Olimpiade, antara lain pelari gawang putri Emilia Nova (24), dan pelompat jauh putra Sapwaturrahman (25).
Berkelanjutan
Bagi cabang-cabang olimpiade yang belum mandiri dalam anggaran, jangankan merancang agenda meloloskan atletnya ke Olimpiade, pelatnas saja masih sering kali terputus karena menanti bantuan pemerintah. Manajer pelatnas renang (PB PRSI) Wisnu Wardhana mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi pelatnas renang sekarang adalah tak berkelanjutan. Pelatnas cenderung hanya dilakukan menjelang suatu ajang. Bahkan, tahun ini, pelatnas renang baru dimulai antara Mei-Juni.
Untuk perubahan ke arah lebih baik, PB PRSI berharap pemerintah bisa memastikan pembinaan berkelanjutan tersebut. Apalagi, renang adalah olahraga terukur yang pembentukan prestasinya melalui latihan berkelanjutan dengan rentang waktu panjang. ”Kalau renang Indonesia mau berbicara lebih banyak di dunia internasional, pemerintah harus memberikan dukungan ataupun perhatian serius ke disiplin olahraga ini. Apalagi, renang adalah salah satu lumbung medali di setiap ajang multicabang,” ujar Wisnu.
Adapun dunia renang Indonesia kian tertinggal. Pada SEA Games 2019, Indonesia hanya meraih satu emas lewat I Gede Siman Sudartawa di nomor 50 meter gaya punggung. Indonesia jauh di bawah Singapura yang juara umum renang dengan 23 emas, 10 perak, empat perunggu.
Kini, Indonesia pun kesulitan meloloskan perenang ke Olimpiade melalui kualifikasi, bukan dari wildcard. Padahal, di era 1980-1990-an, renang Indonesia merajai kawasan Asia Tenggara. Di masa jaya itu, para perenang Indonesia pun beberapa kali lolos langsung ke Olimpiade.
”Itu semua buah pembinaan jangka panjang, antara lain mengirim perenang potensial berlatih sambil sekolah di Amerika Serikat. Program itu sekarang tidak kita jalani lagi, tetapi ditiru Singapura. Akhirnya, kita semakin tertinggal sedangkan Singapura menjadi raja Asia Tenggara dan mampu berbicara banyak di pentas Asia maupun dunia,” pungkas Wisnu.
Fokus Kemenpora
Sekretaris Kemenpora Gatot S Dewa Broto dihubungi dari Jakarta, Senin (23/12/2019), menuturkan, 2020 akan menjadi tahun yang jauh lebih padat dari 2019.
Tahun depan, Kemenpora harus memastikan pelatnas Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia tetap berlanjut untuk menuju ASEAN Para Games 2020 yang jadwalnya mundur dari Januari menjadi Maret. Ada 300 atlet di 16 cabang yang akan mengikuti ASEAN Para Games 2020.
Indonesia memasang target mempertahankan juara umum ajang tersebut. Pada ASEAN Para Games 2017 di Malaysia, Indonesia menjadi juara umum dengan 126 emas, 75 perak, dan 50 perunggu. Pada ASEAN Para Games 2020 di Filipina, Indonesia menargetkan meraih minimal 100 emas guna mengunci gelar juara umum tersebut.
Kemenpora pun harus memastikan pelatnas sejumlah induk cabang olahraga untuk menuju Olimpiade 2020 pada 24 Juli-9 Agustus, dan Paralimpiade 2020 pada 25 Agustus-6 September. Indonesia memasang target tinggi di Olimpiade 2020, yakni meloloskan sedikitnya 30 atlet di 6-7 cabang. Dari para atlet itu, Indonesia berharap meraih dua emas, antara lain dari bulu tangkis, angkat besi, ataupun panjat tebing.
Pada Olimpide Rio de Janeiro 2016, Indonesia meloloskan 28 atlet di 7 cabang. Dengan kekuatan seperti itu, Indonesia meraih satu emas dari bulu tangkis melalui pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, serta dua perak, yakni dari angkat besi kelas 48 kg putri melalui Sri Wahyuni Agustiani, dan kelas kelas 62 kg dengan lifter Eko Yuli Irawan.
”Kami juga harus membentuk house of Indonesia selama gelaran Olimpiade 2020 di Tokyo. House of Indonesia akan menjadi tempat promosi Indonesia yang berencana mengikuti lelang untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 mendatang,” ujar Gatot.
Untuk ajang dalam negeri, Kemenpora juga patut memastikan akselerasi persiapan penyelenggaraan PON 2020 di Papua. Tujuannya, agar gelaran empat tahunan nasional itu bisa berlangsung lancar sesuai rencana dan tepat waktu pada 20 Oktober-2 November. Isu lainnya adalah memikirkan nasib cabang yang akhirnya dicoret dari PON 2020.
Sementara itu, kegiatan tak langsung yang harus dikerjakan adalah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 pada 20 Mei-11 Juni 2021. Menurut Gatot, pihaknya sedang berkoordinasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga terkait untuk mempersiapkan stadion tempat penyelenggaraan ajang sepak bola dua tahunan itu.
”Sekarang, kami sedang menanti pembentukan Panitia Nasional Piala Dunia U-20 2021 dan Instruksi Presiden mengenai Dukungan Menggelar Piala Dunia U-20 2021,” tutur Gatot.
Kemenpora juga terlibat dalam persiapan menggelar balap sepeda motor MotoGP Mandalika, NTB, pada 2021, juga persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia Basket FIBA 2023. Pekan lalu, mereka sudah membayar uang komitmen sekitar Rp 56 miliar kepada FIBA untuk memastikan menjadi tuan rumah ajang itu.
”Kami berusaha menyiapkan semua gelaran itu dengan matang agar bisa berlangsung sukses dan lancar. Ini penting sekali untuk membangun citra Indonesia di mata dunia. Apalagi, Indonesia berencana menjadi tuan rumah sejumlah ajang besar lain, seperti Olimpiade 2032,” ujar Gatot.
Gatot mengutarakan, untuk mempersiapkan semua itu, Kemenpora sudah membentuk enam tim khusus, yakni tim perbaikan tata kelola pelayanan, tata kelola olahraga, tata kelola pemuda, persiapan timnas U-20 ke Piala Dunia U-20 2021, pendamping persiapan PON 2020, dan pariwisata olahraga. ”Kami juga mempercepat proses lelang jabatan agar segera mendapatkan pejabat permanen di sejumlah pos guna mempercepat akselerasi tugas dan fungsi yang ada,” pungkasnya.