Turki mencari persetujuan Rusia, yang diduga terlibat pengerahan tentara bayaran ke Libya dan pengesahan parlemen untuk pengiriman militer itu.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
ANKARA, KAMIS -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memastikan segera mengirim tentara ke Libya. Turki akan membantu Pemerintahan Kesepakatan Nasional (Government of National Accord, GNA) Libya menghadapi faksi milisi sejumlah negara Arab dan Eropa.
Erdogan mengatakan, Perdana Menteri Libya Fayez Sarraj dari kubu GNA meminta tentara Turki datang. Permintaan itu bagian dari kerja sama pertahanan yang baru disepakati Ankara-Tripoli.
”Kami akan datang jika diundang. Sekarang, karena ada undangan, kami menerima. Kami akan mendukung pemerintahan di Tripoli menghadapi upaya kudeta yang didukung sejumlah negara Eropa dan Arab,” tutur Erdogan, Kamis (26/12/2019), di Ankara.
Sarraj memimpin GNA, pemerintahan Libya di Tripoli yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan banyak negara. Turki dan Qatar juga mendukung GNA. Di pihak lain, ada kelompok Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar, yang bermarkas di wilayah timur Libya. Sejak April 2019, GNA diserang LNA.
Haftar, pensiunan tentara Libya yang juga memegang kewarganegaraan AS, ingin menyingkirkan GNA yang ditudingnya disokong teroris. LNA didukung Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, hingga Perancis. AS dan Rusia secara tidak langsung ikut menyokong LNA yang mengendalikan daerah-daerah ladang minyak utama Libya.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, Menteri Dalam Negeri Libya Fathi Bashagha menyinggung soal tentara bayaran yang dikerahkan Wagner. Perusahaan jasa keamanan itu diduga dikendalikan orang-orang yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Bashagha menyebut, tentara bayaran Wagner membantu LNA menyerang Tripoli.
Perundingan di Moskwa
Erdogan juga pernah menyinggung soal Wagner di Libya. ”Lewat Wagner, mereka menjadi tentara bayaran Haftar di Libya. Salah jika kami diam saja dengan itu. Kami telah dan akan terus melakukan yang terbaik,” ujarnya.
Isu itu menjadi salah satu pertemuan delegasi Rusia-Turki di Moskwa sejak Selasa. Moskwa menyatakan prihatin dengan rencana Ankara mengerahkan tentara ke Libya. Erdogan dilaporkan telah menelepon Putin soal pengerahan tentara Turki ke Libya. Mereka direncanakan bertemu pada awal Januari 2020.
Selain soal Libya, pertemuan itu juga membahas soal Suriah. Jubir Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan, Ankara-Moskwa akan bekerja sama mengendalikan situasi di Idlib, Suriah.
Dalam sepekan terakhir, sedikitnya 75.0000 warga Idlib mengungsi ke Turki. Sebab, wilayah itu sedang digempur pasukan Suriah yang dibantu Rusia. Koalisi Rusia-Suriah berusaha mengambil kendali Idlib dari milisi, termasuk Hayat Tahrir al-Syam (HTS) yang terafiliasi dengan Al Qaeda.
Dalam perang Suriah, Turki-Rusia bolak-balik berkoor- dinasi. Ankara mendukung oposisi, Rusia menyokong pemerintah. Di Libya, posisi itu terbalik.
Selain dari Rusia, Erdogan juga akan meminta persetujuan dari parlemen. Rancangan peraturan untuk mengesahkan pengiriman tentara ke Libya akan diajukan ke parlemen dua pekan lagi. Kini, parlemen sedang reses dan masuk lagi pada 7 Januari 2020. ”Insya Allah akan disetujui,” kata Erdogan