Tanah ambles di Maros, Sulawesi Selatan, makin membesar. Sebagai bagian dari upaya mitigasi, perlu pemetaan menyeluruh di wilayah yang rawan terjadi tanah ambles.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAROS, KOMPAS - Pemetaan menyeluruh perlu dilakukan di wilayah yang rawan terjadi tanah ambles atau sinkhole. Pemetaan ini untuk menentukan langkah mitigasi.
Terkait hal itu, tim geologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Kamis (26/12/2019), kembali turun ke lokasi sinkhole di Desa Lebbo Tengae, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tim melakukan pengukuran lubang serta mencari tahu jenis batuan dan tanah di bawah permukaan.
Hasil pengukuran sementara menunjukkan, lubang kian dalam, lebih dari 60 meter. Sehari sebelumnya kedalaman lubang 50 meter. Diameter lubang juga bertambah menjadi lebih dari 20 meter. Jenis batuan ataupun tanah baru bisa diketahui 3-4 hari kemudian setelah diperiksa di laboratorium.
Pantauan di lokasi menunjukkan, ada retakan tanah di sekitar lubang. Air di dalam lubang tampak berputar. Genangan air di dalam lubang terjadi akibat air sungai bawah tanah naik ke permukaan serta masuknya air hujan. Warga terus berdatangan melihat tanah ambles. Menurut warga sekitar, kejadian ini baru pertama terjadi di daerah mereka. Pemilik sawah di lokasi tanah ambles hingga kini belum berani mengolah tanahnya.
”Saya mau mencari tahu dulu apakah masih aman mengolah sawah di sekitar longsoran. Kalau tidak aman, saya akan biarkan begitu saja,” kata pemilik sawah, Puji Ginsa (50).
Lokasi
Kemarin pagi, Bupati Maros Hatta Rahman meninjau lokasi. Ia berharap ada pemetaan menyeluruh setidaknya untuk Kecamatan Cenrana terkait fenomena sinkhole. ”Perlu didata dan dipetakan agar kami tahu mana daerah atau titik yang rawan terjadi tanah ambles. Dengan begitu, warga bisa diedukasi untuk mitigasi,” ujarnya.
Kepala Pusat Kebencanaan Unhas Adi Maulana mengatakan, pemetaan diperlukan untuk mengetahui letak sungai-sungai bawah tanah dan bagian berongga. Selain itu, juga untuk mengetahui arah aliran sungai-sungai bawah tanah itu. ”Ini penting untuk langkah mitigasi. Beruntung karena sinkhole terjadi di areal persawahan. Di beberapa bagian dunia, sinkhole terjadi di permukiman dan mengubur rumah warga,” kata Adi.
Menurut dia, sinkhole rawan terjadi di daerah batuan karst. Batuan ini mengandung karbonat yang mudah larut oleh air hujan dan air permukaan lain. Proses pengikisan berujung pada ambles saat batuan atau tanah permukaan terkikis dan bagian bawah berongga. Padatnya penduduk, aktivitas permukaan, dan infrastruktur berperan dalam terjadinya sinkhole.
Beruntung karena sinkhole terjadi di areal persawahan.
Sebagian daerah Maros masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang membentang antara Maros dan Pangkep seluas 43.700 hektar. Kawasan ini terdiri atas batuan karst yang kaya akan goa vertikal ataupun horizontal. Di goa-goa ini umumnya ada sungai atau mata air.
Daerah permukaan berupa batuan karst juga terdapat di Barru, Bone, Sinjai, Bulukumba, Selayar, dan Jeneponto. Selain itu, ada di Tana Toraja, Toraja Utara, dan Enrekang. Wilayah batuan karst seperti itu rawan terjadi sinkhole. Namun, karakteristiknya berbeda-beda. Karena itu, diperlukan pemetaan.