2020, Berharap Ekonomi Membaik
Persoalan ekonomi diharapkan menjadi fokus pemerintah di tengah kekhawatiran akan ancaman resesi yang, mau tidak mau, dampaknya tentu akan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Publik berharap pada tahun 2020 nanti kondisi ekonomi Indonesia bisa lebih baik. Persoalan ekonomi diharapkan menjadi fokus pemerintah di tengah kekhawatiran akan ancaman resesi yang, mau tidak mau, dampaknya tentu akan dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kondisi ini tergambar dari hasil jajak pendapat Kompas, yang menunjukkan harapan besar responden terkait kehidupan ekonomi yang membaik di tahun depan. Terbaca juga keinginan responden agar secara ekonomi kehidupan mereka juga bisa membaik.
Bagaimanapun, kepuasan terhadap materi berperan terhadap kepuasan hidup. Pendapatan yang lebih tinggi akan memperluas kesempatan untuk memilih, baik itu pekerjaan maupun tempat tinggal.
Hal ini sejalan dengan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Indonesia berdasarkan survei The Conference Board dan Nielsen yang menyatakan, konsumen Indonesia mengkhawatirkan kondisi perekonomian. IKK di Indonesia menurun, dari 126 pada triwulan II-2019 menjadi 123 pada triwulan III-2019.
Penurunan ini disebabkan melorotnya angka persepsi konsumen terhadap kondisi keuangan pribadi dan kesiapan belanja dalam 12 bulan mendatang. Selain itu, keyakinan terhadap prospek lapangan kerja juga mengalami penurunan. Imbasnya, sedikit konsumen yang menggunakan dana cadangan mereka untuk menabung (Kompas, 21/11/2019).
Sepanjang 2019 memang menjadi masa yang berat tidak hanya bagi perekonomian RI, tetapi juga secara global. Target pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 5,3 persen pada APBN 2019 sulit terwujud. Kekhawatiran akan kondisi perekonomian tidak terlepas dari resesi global yang diprediksi akan terjadi tahun depan. Sebanyak 53,3 persen responden mengaku khawatir terhadap kondisi keuangan mereka dengan adanya ancaman resesi.
Berdasarkan laporan lembaga investasi Moody’s pada September 2019, diketahui India dan Indonesia paling rentan terhadap memburuknya kemampuan pembayaran utang korporasi. Jika kondisi makroekonomi melemah, risiko gagal bayar akan tinggi. Selain itu, perang dagang antara Amerika Serikat dan China akan berdampak pada perekonomian RI. Kondisi ketidakpastian global ini dapat diatasi dengan memperbaiki iklim investasi nasional. Salah satunya, dengan perbaikan regulasi, khususnya terkait perizinan.
Untuk itulah, tahun depan pemerintah akan memperbaikinya melalui mekanisme omnibus law. Persoalan yang akan diperbaiki antara lain ketenagakerjaan, administrasi pemerintahan pusat dan daerah, serta rezim hukum untuk berbisnis. Metode ini digunakan guna menyinkronkan sejumlah regulasi yang tumpang tindih dan bertentangan.
Politik dan hukum
Tidak hanya harapan terkait kehidupan ekonomi, dalam jajak pendapat kali ini responden juga mengutarakan harapan mereka terhadap kondisi negara pada 2020. Setelah soal ekonomi, 19,8 persen responden juga berharap korupsi akan berkurang tahun depan.
Persoalan korupsi memang tak kunjung usai di negeri ini. Selama satu dekade terakhir, tidak satu tahun pun yang luput dari pengungkapan kasus korupsi. Per tahun jumlahnya terus meningkat, dengan modus yang semakin beragam.
Tidak ada salahnya berharap pemberantasan korupsi semakin tegak meski ruang gerak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) makin sempit sejak kehadiran undang-undang baru. Menjelang akhir tahun, lima anggota Dewan Pengawas (Dewas) KPK dilantik oleh Presiden Joko Widodo berbarengan dengan lima unsur pimpinan KPK yang baru. Keberadaan Dewas ini sangat krusial mengingat kewenangannya dalam memberikan izin penyadapan, penggeledahan, dan penyitaan.
Selain isu korupsi, 13,5 persen responden juga berharap Indonesia aman dan damai pada 2020. Betapa tidak, sepanjang 2019 negara ini disibukkan dengan pemilu dan pilpres, Bahkan, seusai pesta demokrasi, riuh rendah suara masyarakat juga belum reda.
Persoalan korupsi memang tak kunjung usai di negeri ini.
Tercatat dua unjuk rasa besar terjadi yang membuat instabilitas politik negeri. Pertama, bulan Mei, ketika unjuk rasa yang dimulai di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu dan memunculkan kericuhan terkait penetapan pemenang pemilihan presiden dan wakil presiden.
Peristiwa ini juga diberitakan media-media asing. Sejumlah media asing juga mengaitkan kericuhan dengan demokrasi di Indonesia. The Irish Times bahkan mengatakan, peristiwa 21-22 Mei merupakan sebuah kemunduran bagi Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Kedua, bulan September, ketika mahasiswa menggelar unjuk rasa. Tidak hanya di Ibu Kota, demonstrasi juga terjadi di banyak daerah terkait proses legislasi di Tanah Air. Isu yang memantiknya terkait pengesahan sejumlah rancangan undang-undang yang dinilai merugikan masyarakat, terutama soal RUU KPK yang kemudian tetap disahkan dan RUU KUHP yang berhasil ditunda pengesahannya.
Agenda 2020
Publik juga melihat agenda pada 2020 tentu akan menyita perhatian. Pilkada serentak tahun depan menjadi kegiatan yang paling banyak diketahui responden (45 persen). Setidaknya tahun depan pilkada serentak akan digelar di 270 daerah, terdiri dari 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.
Di pilkada serentak nanti, Komisi Pemilihan Umum berencana untuk pertama kalinya menerapkan metode rekapitulasi elektronik. Petugas KPPS direncanakan memakai telepon seluler untuk mengambil foto hasil penghitungan manual di TPS. Target rekapitulasi elektronik itu tak lain untuk meningkatkan kecepatan waktu rekapitulasi suara dan tingkat kepercayaan masyarakat (Kompas, 8/10/2019).
Selain itu, perhelatan sepak bola Piala Eropa 2020 juga diketahui oleh 34,2 persen responden. Tahun depan sekaligus menjadi perayaan 60 tahun Piala Eropa dan akan diikuti 24 negara. Penyelenggaraan yang berbeda pun dilakukan, seperti ketiadaan tuan rumah. Sebanyak 12 negara akan bergiliran menjadi tuan rumah, sedangkan laga final akan diselenggarakan di Stadion Wembley, Inggris.
Hasil pengundian pembagian grup juga telah berlangsung akhir November 2018. Grup neraka sudah terlihat. Perancis, Jerman, dan Portugal berada di satu grup, yakni Grup F. Final Piala Eropa 2016, yakni Perancis vs Portugal, akan terulang di babak penyisihan grup.
Olimpiade Tokyo
Perhelatan olahraga akbar lainnya yang juga akan berlangsung tahun depan adalah Olimpiade Tokyo. Minat rakyat Jepang untuk menonton Olimpiade sangat tinggi sehingga membuat tiket sangat sulit didapat. Sebanyak 3,57 juta tiket bagi warga Jepang sudah terjual lewat lotre dengan peserta 60 juta orang.
Awal tahun depan, lotre akan dibuka lagi bagi warga asing dengan sistem siapa cepat dia dapat. Terdapat 7,8 juta tiket yang masih tersedia untuk menyaksikan semua cabang, dengan 70 persen dialokasikan untuk warga Jepang (Kompas, 19/12/2019).
Indonesia sendiri memiliki tantangan besar untuk meloloskan atlet ke Olimpiade 2020. Dari 33 cabang olahraga, Indonesia hanya berpotensi meloloskan atlet dari empat cabang, yakni bulu tangkis, angkat besi, panahan, dan atletik.
Dukungan pemerintah dan keseriusan cabang sangat krusial agar bisa menambah wakil atlet di cabang lain. Tentu agenda-agenda, baik sosial maupun politik, ini tetap akan ditentukan sejauh mana agenda perbaikan ekonomi bangsa dilakukan tahun depan.
Semakin membaik kondisi ekonomi bangsa, kehidupan ekonomi responden sebagai pribadi warga negara pun diyakini bakal membaik. Dengan ekonomi yang lebih baik, tentu publik akan lebih bisa menikmati agenda-agenda sosial, terutama olahraga yang akan digelar tahun depan.
Nah, tahun 2020 hanya tinggal hitungan hari, semoga harapan Indonesia yang lebih baik akan segera terwujud. (LITBANG KOMPAS)