Jalan Slamet Riyadi di Solo, Jawa Tengah, setiap Minggu pagi menjadi favorit masyarakat. Ruas jalan menjadi tempat bersama untuk berbagai aktivitas, dari olahraga, menari, bermain musik, hingga membuka perpustakaan.
Oleh
Erwin Edhi Prasetya
·4 menit baca
Wildan (21) duduk di tengah jalan ditemani anjing kesayangannya berjenis Pomeranian yang kecil dan lincah. Bersama dia, ada sejumlah pencinta anjing dengan peliharaan masing-masing. ”Setiap CFD (car free day) pemilik anjing biasa kumpul di sini setelah jalan-jalan. Kami sharing soal perawatan anjing sampai info dokter,” tuturnya, Minggu (13/10/2019).
Pagi itu ribuan warga memadati Jalan Slamet Riyadi. Solo. Mereka menikmati hari bebas dari kendaraan (CFD) dengan aktivitas masing-masing. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memulai CFD di ruas jalan utama kota ini tahun 2010.
Walau hanya tiga jam, pukul 06.00-09.00, warga menikmati aktivitas di ruas jalan itu, dari pertigaan depan Stasiun Purwosari hingga perempatan Gladak. Tak jauh dari para pencinta anjing, beberapa orang main tenis meja. Ada sejumlah meja disediakan pengelola Hotel Dana. ”Saya hampir tidak pernah melewatkan bermain tenis meja setiap CFD. Jika ketemu lawan yang berat, adrenalin terpacu untuk menang,” kata Didik Haryadi (32), warga Surabaya yang merantau ke Solo.
Kami ingin meningkatkan minat baca masyarakat dengan cara membuka lapak baca buku di sini.
Beragam komunitas mengadakan kegiatan rutin saat CFD. Komunitas Perpustakaan Jalanan Solo menggelar koleksi buku mereka. Buku itu bebas dipinjam, dibaca di tempat, atau dibawa pulang. Perpustakaan ini juga menyediakan majalah anak-anak seperti Bobo. Para pengunjung tampak asyik membaca sambil duduk atau berjongkok.
Komunitas yang digawangi anak-anak muda ini membawa 50 buku dari sastra, politik, agama, hingga budaya. ”Kami ingin meningkatkan minat baca masyarakat dengan cara membuka lapak baca buku di sini,” kata Aldo Brian Granada (20), anggota Komunitas Perpustakaan Jalanan Solo.
Masih di ruas jalan selebar sekitar 13 meter itu, komunitas parkour, Spartarun, beraksi menampilkan gerakan atraktif. Mereka berlari, melompat salto, berguling-guling sambil diiringi musik modern. Mereka beraksi bareng Polah Crew, komunitas tari yang beranggotakan mahasiswa Program Studi Seni Tari Institut Seni Indonesia Surakarta dan siswa SMKN 8 Solo. Mereka menari dengan kombinasi gerakan tari tradisional dan modern.
Pentas dalam rangka ulang tahun ke-11 Spartarun itu menyedot perhatian warga. ”Asyik bisa tampil di CFD. Bisa menghibur masyarakat dan diri sendiri,” ujar Dwi Mahendra (22), Wakil Ketua Polah Crew. Sementara itu, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menjadikan CFD sebagai panggung peringatan Bulan Bahasa. Mereka menggelar Kirab Sastra yang diisi kegiatan musikalisasi puisi, monolog, dan flashmob.
Di sepanjang trotoar jalan sisi selatan, warga bisa menikmati beragam sajian kuliner atau berbelanja. Ada pecel, soto, lontong opor, gudeg, sate sosis, hingga baju dan mainan. Salah satu pedagang makanan, Nuning Wahyuningsih (50), warga Mojosongo, Solo, mengaku produksi telur asinnya meningkat berlipat-lipat berkat berjualan di CFD.
Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS Akhmad Ramdhon mengatakan, ruang publik ala CFD membuka akses luas bagi warga untuk berekspresi sehingga menarik warga Solo yang bertipe komunal untuk datang. ”Ini menjadi tantangan bagi pemkot. Ke depan, ruang publik kota akan berhadapan dengan privatisasi dan komersialisasi,” ujarnya.
Menambah ruang publik
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menuturkan, semula ruas jalan untuk CFD hanya 500 meter, dari depan Loji Gandrung hingga perempatan Ngapeman. Melihat antusiasme warga, ruas jalan untuk CFD lalu diperpanjang hingga sekitar 4,2 kilometer seperti saat ini. Apalagi, CFD mampu menggerakkan ekonomi masyarakat. ”CFD menjadi ruang publik karena Solo tidak punya alun-alun,” katanya.
Dari luas Solo sekitar 44,4 kilometer persegi, ujarnya, ruang terbuka hijau hanya sekitar 20 persen. Ruang terbuka hijau itu antara lain adalah Stadion Manahan, Taman Balekambang, Taman Sriwedari, dan lapangan sepak bola di sejumlah kelurahan. Secara bertahap, Pemkot Solo berupaya menambah ruang publik.
Pagar tinggi di halaman depan Balai Kota Solo dibuka. Kini, halaman itu jadi salah satu tempat favorit warga untuk bersantai dan berkumpul dengan teman dan keluarga. Pemkot Solo juga sedang mengganti aspal sepanjang jalan Jenderal Sudirman, dari depan Balai Kota hingga Gladak, dengan batu andesit.
Ruas jalan ini dirancang menjadi panggung terbuka untuk kegiatan seni dan budaya. Semua hal itu dilakukan karena ruang publik ikut meningkatkan kualitas hidup warga kota.