Mendaki gunung atau berkemah menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk merayakan pergantian tahun. Peningkatan jumlah pengunjung telah terjadi di beberapa gunung.
Oleh
·3 menit baca
Mendaki gunung atau berkemah menjadi pilihan sebagian masyarakat untuk merayakan pergantian tahun. Peningkatan jumlah pengunjung telah terjadi di beberapa gunung.
BANYUWANGI, KOMPAS —Malam pergantian tahun dirayakan masyarakat dengan berbagai cara, salah satunya berwisata alam seperti mendaki dan berkemah di gunung. Kelestarian lingkungan dan keselamatan pengunjung menjadi perhatian utama dalam kegiatan ini.
Sejumlah gunung yang diprediksi dikunjungi banyak wisatawan saat malam pergantian tahun 2019 ke 2020 antara lain Gunung Bromo dan Ijen di Jawa Timur serta Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Kepala Resor Taman Wisata Alam Kawah Ijen Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jatim Sigit Waribowo, Sabtu (28/12/2019), memprediksi lebih dari 2.500 pendaki akan merayakan Tahun Baru di puncak Gunung Ijen.
Peningkatan pengunjung sudah terasa pada Rabu (25/12). Pengunjung, yang biasanya 200-700 orang pada akhir pekan, kini setiap hari antara 1.200 orang dan 1.700 orang.
Hal serupa terjadi di Gunung Bromo. ”Pasti akan banyak wisatawan ke Pananjakan (di Bromo) untuk melihat matahari terbit. Setelah itu, mereka akan ke lautan pasir dan menikmati suasana Bromo,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru John Kennedy.
Di Jawa Barat, Gunung Ciremai yang sempat ditutup pun kembali dibuka untuk menyambut malam tahun baru.
Lain halnya di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat. Pulau-pulau kecil di sana menjadi salah satu tujuan wisata untuk menikmati malam Tahun Baru. Jumlah pengunjung melonjak hingga empat kali lipat.
Kuota tetap
Di NTB, Gunung Rinjani menjadi salah satu lokasi favorit wisatawan untuk menghabiskan pengujung 2019. Namun, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) tidak akan menambah kuota jumlah wisatawan yang boleh mendaki Gunung Rinjani di pengujung tahun ini. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan daya dukung lingkungan dan dampak ekologis seperti sampah dan kerusakan vegetasi.
Kepala Balai TNGR Dedy Asrinaldi mengaku belum bisa memastikan jumlah wisatawan yang akan merayakan malam tahun baru di Rinjani.
Pantauan Kompas pada eRinjani, aplikasi pendaftaran pendakian Rinjani dari Balai TNGR, masih banyak kuota untuk pendakian pada 31 Desember 2019-1 Januari 2020.
Dari empat pintu masuk, baru pendakian lewat jalur Sembalun, Lombok Timur, yang dipilih pendaki, yakni 124 dari total kuota 150 orang. Jalur pendakian lain, yaitu jalur Senaru, Lombok Utara (kuota 150 orang), Timbanuh, Lombok Timur (kuota 100 orang), dan Aik Berik, Lombok Tengah (kuota 100 orang), belum terisi.
Keselamatan
Selain mempertahankan kuota, Balai TNGR juga hanya membolehkan pendakian hingga ke Pelawangan (area berkemah terakhir sebelum puncak Rinjani atau Danau Segara Anak). Pendakian ke puncak dan Danau Segara Anak belum dibuka karena masih banyak titik rawan longsor.
Pendaki juga dilarang menyalakan kembang api atau petasan untuk menjaga ketenangan dan kenyamanan pengunjung serta mencegah kebakaran hutan. Ada sanksi bagi yang melanggar.
Pengunjung Gunung Ijen diimbau waspada dan tidak memaksa turun ke dasar kawah sebab di musim hujan biasanya gas beracun lebih kerap muncul. (WER/GER/ZAK/JOL/IKI)