Presiden Joko Widodo meminta semua pihak mengawal bersama kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta semua pihak mengawal bersama kasus penyiraman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan. Ia juga meminta agar kepolisian diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa dua polisi aktif yang ditangkap memang merupakan pelaku sebenarnya.
”Ini peristiwanya sudah dua tahun dan pelakunya sudah tertangkap. Kita hargai dan apresiasi apa yang telah dikerjakan Polri. Yang penting kawal bersama,” kata Presiden di sela-sela kunjungannya ke kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/12/2019).
Sebelumnya, pada Jumat (27/12/2019), Badan Reserse Kriminal Polri mengungkap dua anggota Polri aktif yang diduga pelaku penyiraman terhadap Novel, yakni RM dan RB. Namun, kemudian muncul pertanyaan di masyarakat, seperti lamanya penangkapan, motif, dan kemungkinan adanya keterlibatan pihak lain (Kompas, 29/12/2019).
Ini peristiwanya sudah dua tahun dan pelakunya sudah tertangkap. Kita hargai dan apresiasi apa yang telah dikerjakan Polri. Yang penting kawal bersama.
Presiden mengatakan agar jangan ada spekulasi-spekulasi negatif. Sebab, saat ini masih proses awal penyidikan. Dengan adanya pengawalan bersama oleh semua pihak, diharapkan apa yang menjadi harapan masyarakat, yakni terbukanya pengungkapan kasus penyiraman air keras tersebut, dapat terwujud.
”Semua pihak mengawasi. Tim pencari fakta atau apa pun, yang penting kita bareng-bareng mengawal sehingga peristiwa itu tidak terulang lagi. Jangan, sebelum (pelaku) ketemu ribut. Setelah ketemu ribut. Beri polisi kesempatan untuk membuktikan semuanya, termasuk motifnya. Jangan spekulasi terlebih dulu. Kan, baru ditangkap kemarin,” katanya.
Ketika dua tersangka dipindahkan dari ruang tahanan Kepolisian Daerah Metro Jaya ke ruang tahanan Bareskrim Polri, Sabtu (28/12/2019), RB berteriak. Ia mengatakan, Novel adalah pengkhianat dan dirinya tak menyukainya. Sementara itu, kepolisian belum bersedia menyampaikan temuan sementara terkait motif pelaku.
Menanggapi hal tersebut, Novel menilai, ada sisi positif dari upaya pengungkapan perkara yang menimpa dirinya. Namun, ia mempertanyakan motif pelaku yang disebut tidak suka kepada dirinya. Menurut Novel, dirinya tak punya masalah pribadi dengan pelaku. ”Kalau disebut dendam pribadi dan tak ada kaitan dengan hal lain, rasanya aneh tidak?” ujar Novel (Kompas, 30/12/2019).
Kendati demikian, Novel menghormati proses hukum di kepolisian dan menunggu proses lebih lanjut. Adapun penyerangan dengan air keras terhadap Novel terjadi di sekitar rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta, pada April 2017. Akibatnya, mata kiri Novel rusak parah.