Tim peneliti geologi Universitas Hasanuddin sedang memetakan aliran sungai bawah tanah di sekitar lokasi ”sinkhole” di Maros. Selain untuk mitigasi, pemetaan juga untuk mengukur cadangan air daerah itu.
MAKASSAR, KOMPAS— Aliran sungai bawah tanah diprediksi melewati lokasi tanah ambles (sinkhole) di Desa Lebbo Tengae, Maros, Sulawesi Selatan. Selama 20 tahun terakhir, terjadi tiga kali amblesan tanah di kawasan itu. Pemetaan aliran sungai diperlukan untuk mitigasi dan mengetahui jumlah cadangan air bawah tanah.
”Berdasarkan pola sinkhole yang terjadi, ada tren lurus. Ada kesan berada dalam satu sistem, mengikuti aliran sungai bawah tanah. Sebelumnya, dalam kurun 20 tahun terakhir, di kawasan tersebut telah terjadi dua sinkhole,” kata Kepala Pusat Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas) Adi Maulana, Minggu (29/12/2019), di Makassar, Sulawesi Selatan.
Menurut Adi, data sungai bawah tanah dibutuhkan untuk mengukur cadangan air di daerah tersebut. Volume cadangan air bisa diketahui setelah menganalisis sejumlah faktor, termasuk dimensi, curah hujan, laju air, dan elevasi kawasan. Cadangan air penting untuk mengetahui jumlah pasokan air tanah suatu wilayah. Menurut Adi, pihaknya sedang menganalisis data yang telah dikumpulkan. Hasil kajian untuk memetakan saluran air bawah tanah sekaligus bentangan sungai bawah tanah di daerah tersebut.
Berdasarkan data awal, diketahui lapisan tanah di lokasi terjadinya sinkhole adalah endapan aluvial sedalam 5 meter. Di bawah endapan aluvial ada batuan gamping formasi Tonasa dengan ketebalan 600-700 meter. Bentangan batuan gamping di daerah ini sekitar 30 kilometer persegi. Lapisan batuan ini terbentuk 20-12 juta tahun lalu ketika masa Eosen hingga Miosen.
”Umur batuan ini sangat tua sehingga pelarutan telah lama terjadi. Ditambah struktur batuan gamping atau kapur yang berongga dan kaya air, dipastikan aliran air gampang masuk,” kata Adi.
Mitigasi
Adi menambahkan, pemetaan diperlukan untuk mengetahui saluran air bawah tanah yang tersebar di kawasan ini. Data tersebut bisa digunakan untuk melakukan mitigasi bagi warga yang berada di atas saluran air bawah tanah. Tanah ambles kemungkinan bisa terjadi kembali. Bisa berbahaya jika saluran air bawah tanah tersebut berada di bawah fasilitas publik, permukiman, atau jalan.
”Data juga bisa digunakan untuk mitigasi perencanaan pembangunan ke depan, mulai dari perencanaan drainase hingga pembangunan infrastruktur lain,” ujarnya. ”Di lokasi sinkhole terdapat genangan air dari drainase. Itu kemungkinan mempercepat pelarutan,” kata Adi.
Kepala Bidang Geologi Lingkungan Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan Wachyudi Memed menuturkan, sinkhole di Maros merupakan kejadian alam yang menarik untuk dipelajari. Sebab, sinkhole biasanya terjadi dalam kurun waktu lama, tidak serta-merta ambles dan membesar. Data terkait kejadian ini juga penting untuk mengkaji kondisi daerah.
”Dari kejadian ini bisa diukur dan dipetakan penyebaran lapisan batuan, tipe pelarutan, dan alur sistem sungai bawah tanah. Dari alur sungai bisa diketahui di mana saluran air yang lain. Hal ini bisa menjadi basis data. Kita sangat lemah dalam data bawah tanah. Belum ada lembaga yang memetakan sungai bawah tanah,” ucapnya.
Amblesan tanah diketahui terjadi di Desa Lebbo Tengae, Kecamatan Cenrana, Maros, Senin (23/12). Warga menemukan lubang berdiameter 1,5 meter sedalam 50 sentimeter. Kemudian amblesan tanah terus membesar hingga diameter mencapai lebih dari 20 meter dan kedalaman diperkirakan mencapai 60 meter.
Berhenti membesar
Lokasi sinkhole telah dipasangi garis polisi karena ramai dikunjungi warga, terutama dari luar desa, setelah video amblesan tanah tersebar di dunia maya. Saat ini, ukuran sinkhole cenderung tetap dan dipenuhi air. Kepala Desa Lebbo Tengae Suryanto Indra mengatakan, ukuran lubang tidak lagi membesar karena air tidak lagi banyak. Hujan hanya turun sesekali, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Pengunjung juga tidak lagi ramai.
”Kalau kami di sini sebenarnya sudah biasa dengan lubang seperti itu. Orang luar saja yang datang lihat-lihat. Pekan depan bersama warga desa kami akan bikin pagar sementara di situ,” kata Indra. Kepala Bagian Humas Pemkab Maros Darmawati menyatakan, pihaknya masih menunggu hasil kajian dari Universitas Hasanuddin yang sedang berlangsung. Dari hasil penelitian akan ditentukan langkah terbaik ke depan.
”Pak Bupati (Maros) akan bikin tempat wisata karena lubang ramai dikunjungi dan pemandangan sangat indah. Mungkin akan bangun vila, tetapi menunggu hasil kajian,” ujarnya.
Terkait rencana menjadikan daerah sinkhole sebagai lokasi wisata, Adi berpendapat, rencana tersebut sangat dini untuk diutarakan. Sebab, tanah di sekitar lokasi belum stabil, terlebih pada musim hujan. ”Yang perlu dilakukan adalah menutup semua akses manusia dan akses air ke lokasi tersebut agar beban tidak semakin bertambah,” kata Adi. (JAL)