Akses Jalan ke Lokasi Banjir Bandang di Labuhanbatu Utara Masih Sulit
Tim gabungan berhasil membuka jalan darurat ke Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, yang sebelumnya terputus akibat banjir bandang.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
LABUHANBATU UTARA, KOMPAS – Tim gabungan berhasil membuka jalan darurat ke Desa Pematang dan Hatapang, Kecamatan Na IX-X, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Sumatera Utara, yang sebelumnya terputus akibat banjir bandang. Tim juga masih mencari lima orang sekeluarga yang diduga hilang.
“Kami membuka jalan alternatif dari ladang warga untuk mengalihkan jalan yang putus akibat longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman hingga lima meter,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Utara Riadil Akhir Lubis, Senin (30/12/2019).
Kami membuka jalan alternatif dari ladang warga untuk mengalihkan jalan yang putus akibat longsor sepanjang 100 meter dengan kedalaman hingga lima meter
Riadil mengatakan, jalan alternatif itu sangat penting untuk mengerahkan petugas dan bantuan kepada warga di dua desa. Kedua desa tersebut berada sekitar 10 kilometer dari lokasi longsor itu. Selain membuka jalan alternatif, petugas juga harus membersihkan material banjir bandang yakni batang pohon, batu, dan lumpur yang menumpuk di jalan.
Riadil mengatakan, jalan alternatif pun berhasil dibuka petugas gabungan melalui ladang warga. Pembukaan jalan dilakukan dengan mengerahkan alat berat ekskavator. Jalan alternatif tersebut untuk sementara hanya bisa dilalui sepeda motor dan mobil dengan empat roda penggerak.
Banjir bandang setinggi kurang lebih dua meter sebelumnya menerjang Desa Pematang dan Hatapang pada Minggu (29/12) dini hari. Banjir yang membawa material batang pohon, batu, dan lumpur itu menghantam permukiman warga. Sebanyak sembilan rumah hanyut, 17 rumah rusak berat, dan lima orang sekeluarga diduga hilang bersama rumahnya yang hanyut.
Riadil mengatakan, tim gabungan terus mencari lima orang yang diduga hilang dengan menyusuri sungai. Kelima orang itu yaitu Ahmad A Sipahutar (suami), Cahaya Nasution (istri), dan tiga anaknya Reni Y Sihaputar, Irul Sipahutar, dan Reja Sipahutar. Namun, ada kemungkinan mereka pulang kampung untuk Tahun Baru. Rumahnya jauh dari rumah warga yang lain sehingga tidak bisa dipastikan apakah mereka berada di dalam rumah atau tidak.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Labuhanbatu Utara Sugeng mengatakan, mereka masih berupaya menghubungi kerabat lima orang tersebut untuk memastikan keberadaannya. Mereka merupakan pendatang di desa tersebut sehingga belum diketahui siapa kerabatnya. “Hingga Senin sore kami belum bisa menghubungi kerabat korban untuk memastikan keberadaan mereka,” katanya.
Sugeng mengatakan, mereka saat ini masih berfokus melakukan tindakan tanggap darurat. Tim gabungan bersama warga juga sudah mulai membersihkan rumah dan jalan dari lumpur, batu, dan batang pohon. “Kami masih menghadapi sejumlah kendala karena akses jalan yang masih sulit dilalui dan tidak adanya sinyal telepon seluluer di lokasi bencana,” katanya.
Koordinator Pos SAR Tanjungbalai dan Asahan Bobi Purba mengatakan, mereka melakukan pencarian korban hilang dengan menyusuri sungai. Mereka pun menghadapi sejumlah kendala karena material banjir bandang masih menumpuk di badan sungai. Batang kayu dan batu di sungai pun cukup besar sehingga sulit dipindahkan dalam upaya pencarian korban. Pencarian pun dilakukan dengan pengamatan visual.
Pencarian pun semakin sulit karena hujan deras kembali turun pada Senin sore. Warga yang bermukim didekat sungai pun telah dipindahkan ke rumah keluarga atau tetangga yang lebih aman.