Dalam bayang-bayang pemakzulan presiden dan polarisasi makin tajam, AS akan menggelar pemilu 2020. Rangkaian pemilu akan digelar beberapa bulan di sejumlah negara bagian, berpuncak 3 November 2020.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
Presiden Amerika Serikat, keseluruhan 435 anggota DPR, 35 dari 100 kursi Senat, dan 13 gubernur negara bagian akan dipilih lewat pemilu 2020. Anggota DPRD dan Senat sejumlah negara bagian juga akan dipilih di pemilu 2020. Para calon senator, anggota DPR, dan presiden telah menghabiskan sedikitnya 787 juta dollar AS untuk biaya kampanye.
Demokrat dan Republik menjadi pemain terbesar dalam seluruh pemilu itu. Demokrat berusaha mempertahankan keunggulan di DPR, coba meraih kendali Senat, menambah jumlah gubernur, dan tentu merebut kursi presiden dari Republik. Kini 24 dari 50 negara bagian AS dipimpin politisi Demokrat. Di antara 24 gubernur itu, tujuh gubernur hasil pemilu 2018 yang mengantarkan Demokrat menjadi mayoritas dengan 233 dari 431 kursi DPR.
Sementara Republik mati- matian mempertahankan kursi presiden yang kini diduduki Donald Trump, keunggulan di Senat, dan coba meningkatkan perolehan kursi di DPR. Republik juga ingin mempertahankan —kalau bisa menambah—jumlah gubernur.
Tiket dari Republik kini diperebutkan Trump, Joe Walsh, dan Bill Weld.
Pada pemilu legislatif federal, walau ada beberapa calon perseorangan di sejumlah daerah pemilihan, praktis hanya Demokrat dan Republik bersaing. Sementara di pemilu presiden, sampai saat ini sedikitnya sudah 54 orang mengumumkan pencalonan lewat Republik, Demokrat, Liberal, dan Partai Hijau.
Mark Sanford, mantan Gubernur Carolina Selatan dan kini anggota DPR AS, mundur dari perebutan rekomendasi capres Republik. Tiket dari Republik kini diperebutkan Trump, Joe Walsh, dan Bill Weld.
Tiket untuk Trump
Di antara mereka, Trump berpeluang mendapat dukungan paling kuat. Pengurus Republik di sejumlah negara bagian mengumumkan tak ada pemungutan suara internal (primary) untuk memilih capres. Mereka memastikan akan memilih Trump sebagai capres Republik dalam konvensi Republik, Agustus 2020.
Di AS, partai menggelar pemilu internal di daerah untuk menentukan siapa bakal calon yang akan didukung dalam pemilu. Suara setiap daerah akan disahkan dalam konvensi atau penentuan calon secara nasional. Demokrat dan Republik sama-sama akan menggelar pemungutan suara perdana di Iowa pada Februari 2020. Bedanya, konvensi Demokrat akan dihelat pada Juli 2020.
Meski Trump sudah mengamankan dukungan dari sejumlah DPD Republik, pencalonan ulang dirinya belum mulus. Ia kini berusaha menyelamatkan diri dari ancaman pemakzulan yang disetujui DPR pada 18 Desember 2019. Dakwaan belum dikirimkan ke Senat sehingga jadwal sidang terhadap Trump belum jelas kapan akan dimulai. Republik, yang menduduki 53 dari 100 kursi Senat, dan Trump ingin sidang segera.
Tak ada yang benar- benar memahami mengapa politisi Demokrat yang juga Ketua DPR AS Nancy Pelosi menunda pengiriman dakwaan ke Senat. Tak ada pula yang bisa dengan presisi menebak dampak manuver Pelosi pada rangkaian pemilu 2020.
Komposisi Senat—lembaga yang berhak menentukan Trump bersalah atau tidak dalam dakwaan yang diajukan DPR—kini membuat Republik dan Demokrat sama-sama sulit melangkah. Konstitusi AS mewajibkan dibutuhkan persetujuan sekurangnya dua pertiga dari seluruh senator yang hadir pada keputusan bersalah atau tidak dalam sidang pemakzulan. Jika seluruh 100 senator hadir, butuh persetujuan sekurangnya 67 senator. Demokrat dan Republik sama- sama tidak punya senator sebanyak itu.
Masalah Demokrat
Meski sidang belum jelas, Demokrat menjadikan isu pemakzulan Trump sebagai salah satu fokus dalam rangkaian debat para bakal capres dari partai itu. Masalahnya, Demokrat belum kunjung berkonsentrasi mengalahkan Trump yang hampir dipastikan akan tetap dicalonkan Republik jika tidak dimakzulkan.
Sudah ada 13 orang mundur dari perburuan rekomendasi capres, tetapi Demokrat belum punya calon yang benar-benar kuat untuk mengalahkan Trump. Bernie Sanders dan Elizabeth Warren unggul di kalangan pemilih muda. Masalahnya, mereka dianggap mayoritas pemilih sebagai politisi yang terlalu liberal.
Kajian demografi pemilih jadi salah satu perhatian pada tim pemenangan Demokrat dan Republik. Kajian itu menemukan, dalam setahun terakhir polarisasi pemilih Republik dan Demokrat merupakan yang paling tajam sejak perang saudara 1861.
Perlu diingat, dalam pemilu AS, bukan suara total nasional yang menentukan kemenangan capres. Kemenangan ditentukan dari suara total di negara bagian. Sebab, suara di negara bagian menentukan wakil pemilih (electoral college). Suara para wakil pemilih (electoral vote) menentukan calon siapa pemenang pilpres.
Pada pemilu 2016, Trump menang di 30 dari 50 negara bagian. Kemenangan itu membuatnya dipilih 304 dari 538 wakil pemilih di seluruh AS. Peneliti dan pengamat politik AS menyebut, Republik dan Trump mempertahankan suara di perdesaan. Demokrat unggul di daerah perkotaan.
Sebagaimana dilaporkan The New York Times, pendukung Trump tersebar di hingga 85 persen daratan AS. Pendukung Demokrat hanya tersebar di 15 persen daratan AS.
Penelitian Brookings Institute, lembaga kajian yang berbasis di Washington DC, mengungkap kemenangan Demokrat pada pemilu sela DPR 2018 diraih dari dapil yang tersebar setara 20 persen daratan AS. Dengan kata lain, meski jumlah kursinya lebih kecil, 80 persen daratan AS dikuasai Republik. Fakta itu bisa memusingkan Demokrat. Sistem pemilu AS menuntut penyebaran suara jika ingin memenangi pilpres.
Karena itu, sejumlah pihak menaksir jumlah total perolehan suara Trump akan merosot di pemilu 2020. Walakin, persebaran dukungan bisa membuatnya memenangi perebutan kursi Presiden AS, salah satu jabatan terpenting di bumi.