Pangkalan-pangkalan militer AS kerap diserang berbagai milisi Irak yang menuntut AS keluar dari Irak. AS menginvasi Irak pada 2003 dan masih menyisakan ribuan tentara sampai sekarang.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
BAGHDAD, SENIN—Jet-jet Amerika Serikat menyerang lima sasaran di perbatasan Irak-Suriah, Minggu (29/12/2019) malam. Serangan itu dilancarkan setelah pangkalan militer AS di Kirkuk, Irak, dihujani puluhan roket, Jumat lalu.
Jet-jet AS menyerang target di Provinsi Al-Anbar, Irak, dan sejumlah lokasi di Suriah yang berdekatan dengan perbatasan Irak. Serangan itu menyasar markas Brigade Hezbollah atau Kataeb Hezbollah, salah satu faksi paling radikal dalam milisi Hashed al-Shaabi (Mobilisasi Rakyat), gabungan berbagai kelompok milisi pro-Iran di Irak. Faksi itu terpisah dari kelompok Hezbollah yang juga pro- Iran di Lebanon.
”Darah para pahlawan tidak akan sia-sia dan pembalasan kami akan sangat keras pada pasukan AS di Irak,” kata pendiri Brigade Hezbollah sekaligus Wakil Komandan Hashed al- Shaabi, Jamal Jaafar Ibrahimi alias Abu Mahdi al-Mohandis, Senin (30/12).
AS menuding Brigade Hezbollah bertanggung jawab atas peluncuran sedikitnya 30 roket ke pangkalan K1 di Kirkuk.
Dalam serangan itu, seorang kontraktor asal AS tewas, sejumlah tentara AS dan Irak terluka. Di Irak, AS masih mempertahankan 5.000 tentara. Mereka melatih tentara dan polisi Irak.
”Sebagai balasan atas serangan Kataeb Hezbollah di pangkalan-pangkalan Irak, pasukan AS melancarkan balasan tepat sasaran yang bisa mengurangi kemampuan mereka melancarkan serangan lanjutan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan AS, Jonathan Hoffman.
Pentagon menyebut, target serangan adalah gudang senjata dan pusat komando Brigade Hezbollah. Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, Washington masih membuka kemungkinan melancarkan serangan lanjutan setelah serbuan, Minggu.
Bersama Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley, Esper melapor ke Presiden Donald Trump beberapa saat selepas serangan. ”Kami membahas pilihan lain. Saya juga menyampaikan bahwa kami akan melakukan tindakan lanjutan yang diperlukan untuk mempertahankan diri dan mencegah perilaku buruk milisi atau Iran,” ujar Esper.
”Kami tidak akan diam atas ulah Iran yang membahayakan nyawa warga Amerika,” kata Pompeo.
Pelaksana Tugas Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mengakui dihubungi AS sebelum serangan. Jubir Abdul- Mahdi menyebut, Abdul-Mahdi meminta serangan itu dibatalkan.
Siapkan pembalasan
Jubir Brigade Hezbollah, Mohammed Mohieh, menyebut pimpinan brigade sedang membahas pembalasan atas serangan AS. ”Perang kami dengan AS dan tentara bayarannya kini bisa berupa apa pun. Kami tidak punya pilihan selain melawan dan tak ada yang bisa mencegah kami membalas kejahatan ini,” demikian pernyataan resmi brigade itu.
Di Irak, Iran diduga berhubungan dengan sejumlah kelompok. Jamal Ibrahimi, pemimpin Brigade Hezbollah, dituding AS berhubungan dengan Brigade Al Quds, unit di Garda Revolusi Iran dan berperan dalam operasi di luar Iran.
Teheran juga dituding dekat dengan Fatih, salah satu faksi politik di parlemen Irak.
”Serbuan kurang ajar oleh AS terhadap aparat keamanan yang menyasar brigade 45 dan 46 PMF adalah serangan terhadap kedaulatan dan kehormatan Irak,” demikian sebut Fatih.
Bersama sejumlah pihak lain, Fatih dan PMF kembali menuntut AS sepenuhnya keluar dari Irak.
Serbuan AS ke Irak merupakan bagian dari perseteruan AS-Iran, yang meningkat pasca- mundurnya AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018.