Lawan Malas Usai Liburan
Setelah liburan, banyak orang dilanda kemalasan memulai rutinitas lagi. Gejala ini biasa disebut ”syndrome post holiday blues”.
Kondisi ini sebetulnya mirip dengan seasonal affective disorder, di mana gangguan emosional terjadi pada waktu tertentu. Pengaruh emosional ini berdampak pada sikap seseorang, misalnya menjadi malas berkegiatan atau murung.
Dikutip dari laman kompas.com, psikolog Dr Melissa Weinberg dari San Francisco, Amerika Serikat, menjelaskan, ada masa terjadi transisi emosional setelah masa liburan berakhir dan harus kembali ke rutinitas. Hal ini disebabkan pengalaman dan persepsi alam bawah sadar yang terbangun semasa liburan.
Hasil jajak pendapat Litbang Kompas pada pertengahan Desember menunjukkan, separuh responden (49,4 persen) mengaku pernah mengalami sindrom setelah liburan yang mengakibatkan rasa malas kembali memulai aktivitas keseharian.
Berimbang dengan kondisi tersebut, sekitar 48,8 persen responden lain justru mengaku tidak pernah dilanda back to work blues. Pada keadaan ini, seseorang sudah lebih bisa mengendalikan diri untuk lepas dari ilusi masa liburan dan melawan rasa malas.
Saat masa liburan, rasa senang sudah begitu terpatri dalam pikiran sehingga menciptakan ilusi. Dengan begitu, memori pada otak hanya merekam pengalaman indah nan menyenangkan, yang dilakukan selama liburan.
Otak seseorang memang dirancang untuk merekam kegiatan secara konsisten. Termasuk, ketika menikmati masa liburan yang sudah dilalui selama beberapa waktu dengan melepas segala rutinitas. Masa liburan dimanfaatkan tidak hanya untuk berjalan-jalan, tetapi juga kenyamanan lain, seperti bersantai ria atau tidur lebih lama.
Jebakan kenyamanan yang dilakukan secara rutin inilah yang menjadikan seseorang akan kaget secara emosional ketika kembali harus bekerja atau beraktivitas seperti biasa. Di waktu ini, otak akan memasuki masa transisi dan melakukan penyesuaian kembali karena berubahnya aktivitas.
Inilah yang disebut dengan normalisasi setelah masa liburan. Sindrom setelah liburan biasanya mulai dialami saat liburan selesai atau ketika bekerja di hari pertama. Beberapa gejala menandai sindrom ini, di antaranya merasakan sakit kepala, sulit tidur, gelisah, tegang, dan penambahan atau penurunan berat badan.
Cara sederhana
Dalam ilmu psikologi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk terhindar dari belenggu sindrom setelah liburan. Mulai dari memantapkan niat dengan berpikir positif untuk memulai pekerjaan atau rutinitas. Kemudian, melakukan hal-hal sederhana yang bisa memantik kegembiraan dan semangat memulai aktivitas.
Terkait hal tersebut, lebih dari 34 persen responden memilih bekerja lebih santai pada hari pertama masuk kerja. Beradaptasi untuk kembali ke rutinitas memang perlu waktu. Pada kondisi yang belum stabil setelah liburan, sangat disarankan untuk tidak terlalu memeras energi, seperti jadwal yang padat dalam pekerjaan. Jika dipaksakan, hasilnya tidak akan optimal.
Lain dari itu, seperempat responden justru memilih melakukan olahraga untuk mengembalikan mood berutinitas setelah liburan. Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang bisa dilakukan untuk membangkitkan semangat. Setelah masa liburan, berolahraga di pagi hari akan memberikan energi positif untuk membuang rasa malas.
Menumbuhkan semangat di hari pertama kerja juga dapat dilakukan dengan hal-hal yang lebih sederhana lagi. Sekitar 9,5 persen responden memilih menyapa dan membuka obrolan dengan rekan kerja agar dapat menghidupkan suasana dalam memulai masa bekerja.
Sebagian kecil responden lain ada yang memilih membagikan oleh-oleh atau pulang lebih cepat dari kantor untuk menjaga mood. Mengganti suasana meja kerja, seperti menata ulang letak perlengkapan atau menambah pernak-pernik, juga bisa menjadi alternatif menghindari kejenuhan.
Cara lain yang juga dapat menjaga suasana perasaan saat masa transisi liburan adalah dengan menjaga asupan makanan. Hasil penelitian Mount Sinai School of Medicine di New York menyarankan orang kembali menjaga pola makan sehat saat liburan berakhir. Hal ini terkait kecenderungan mayoritas orang untuk tidak menjaga pola makannya saat liburan.
Beberapa nutrisi yang baik untuk dikonsumsi setelah liburan adalah yang mengandung asam amino, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Makanan ini akan berdampak positif karena dapat membangkitkan semangat dan relaksasi tubuh.
Tentunya, setiap orang memiliki pilihan sendiri yang dianggapnya paling nyaman untuk mengembalikan suasana hati dalam bekerja. Tingkat kesibukan dan kejenuhan setiap orang berbeda. Begitu pula dengan cara menikmati liburan. Salah satunya terkait durasi berlibur. Durasi ini berpengaruh pada psikologis seseorang. Bisa berdampak positif membuat perasaan lebih bahagia atau justru sebaliknya.
Cukup delapan hari
Lalu, berapa lama masa liburan yang sehat untuk mengistirahatkan tubuh? Berdasarkan hasil studi The Journal of Happiness Studies, waktu ideal yang dibutuhkan untuk berlibur adalah delapan hari. Durasi waktu tersebut dianggap paling optimal untuk mengistirahatkan diri dan menumbuhkan kebahagiaan tanpa membuat orang bosan.
Riset ini dilakukan dengan mengamati perilaku berlibur 54 orang dari berbagai aspek. Mulai dari aspek perencanaan cuti, menikmati masa libur, hingga dampaknya untuk kembali bekerja. Dari hasil kuesioner yang diajukan kepada responden penelitian itu, sebagian besar menunjukkan perasaan positif hingga hari kedelapan berlibur. Setelah itu atau lebih dari delapan hari, tren antusias dan perasaan bahagia saat berlibur menurun.
Melewati hari libur lebih dari delapan hari justru membuat masa beristirahat menjadi tidak lagi menyenangkan. Manfaat berlibur pun akan menurun. Hal ini pula yang memicu orang menjadi kian sulit melakukan penyesuaian kembali pada rutinitasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, 40,3 persen responden jajak pendapat sepakat jika lama berlibur ideal yang dibutuhkan adalah satu minggu. Sekitar sepertiga responden lain justru menyatakan liburan cukup dilalui kurang dari seminggu. Lamanya masa berlibur tentu tidak lepas juga dari faktor kesiapan, baik fisik maupun materi, sebagai penunjang seseorang merencakan liburan.
Terlepas dari itu semua, masa liburan memang begitu menyenangkan dan berat untuk ditinggalkan. Namun, yang jelas, adaptasi untuk kembali memulai pekerjaan selepas berlibur harus dimulai dari pikiran yang menguatkan niat diri. Bagaimanapun, liburan bertujuan agar diri kita lebih segar dan siap beraktivitas kembali.
(Litbang Kompas)