Pengendalian Pasokan Komoditas Pangan Jadi Tantangan
Sepanjang tahun 2019, sejumlah komoditas pangan bumbu, seperti bawang merah dan cabai, mengalami gejolak harga yang menekan petani dan konsumen di bulan-bulan tertentu.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepanjang 2019, sejumlah komoditas pangan bumbu, seperti bawang merah dan cabai, mengalami gejolak harga yang menekan petani dan konsumen pada bulan-bulan tertentu. Gejolak ini menandakan pengendalian pasokan komoditas pangan masih menjadi tantangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, laju kenaikan indeks harga konsumsi atau inflasi sepanjang Januari-November 2019 mencapai 2,37 persen. Jika ditilik dari jenis pengeluarannya, inflasi kelompok bahan makanan mencapai 3,47 persen pada periode yang sama.
Apabila dibandingkan, laju inflasi kelompok bahan makanan tahun kalender 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. BPS mencatat, laju inflasi kelompok bahan makanan sepanjang Januari-November 2018 sebesar 1,94 persen.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengklaim, pasokan pangan sepanjang 2019 secara menyeluruh tergolong aman dan mencukupi sehingga pemerintah dapat mengendalikan harga. ”Ada sejumlah komoditas yang harganya naik, seperti bawang merah. Namun, secara umum, tidak ada kenaikan harga yang berarti,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (31/12/2019).
Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata harga bawang merah nasional pada Selasa di tingkat konsumen mencapai Rp 37.650 per kilogram. Harga ini meningkat dari posisi Rp 26.700 per kg pada awal November 2019.
Menurut Agung, kenaikan tersebut disebabkan harga bawang merah yang pernah menyentuh posisi Rp 20.000 per kg di pasar. Adapun harga acuan pemerintah untuk komoditas bawang merah sekitar Rp 32.000 per kg.
Di sisi petani, harga bawang merah anjlok hingga Rp 11.500 per kg pada Oktober 2019. Padahal, harga acuan pemerintah untuk harga bawang merah di tingkat petani Rp 15.000-Rp 22.500 per kg (Kompas, 11/10/2019).
Gejolak harga juga menekan petani cabai. Pada awal 2019, harga rata-rata di tingkat petani mencapai Rp 8.000 per kg. Padahal, harga jual yang sesuai dengan ongkos produksi petani sekitar Rp 15.000 per kg (Kompas, 27/2/2019).
Agung menuturkan, berdasarkan evaluasi, produksi yang berlebihan dalam satu waktu menjadi penyebab gejolak harga komoditas pangan bumbu, seperti bawang merah, sepanjang 2019. Oleh karena itu, pada 2020, produksi tidak akan dijalankan serentak di semua sentra pada bulan yang sama, tetapi berdasarkan jadwal tertentu.
Komoditas pangan bumbu yang juga mengalami gejolak harga di tingkat konsumen sepanjang 2019 ini ialah bawang putih, utamanya saat menjelang Ramadhan-Lebaran. Berdasarkan data PIHPS, rata-rata nasional harga bawang putih di tingkat konsumen pada Mei 2019 sekitar Rp 56.400 per kg, padahal pada awal tahun harganya Rp 24.150 per kg.
Lonjakan harga tersebut disebabkan keterlambatan impor. BPS mencatat, total impor bawang putih sepanjang triwulan I-2019 sebesar 1.327 ton dan tidak ada impor pada Februari-Maret 2019. Padahal, sepanjang triwulan I-2018, impor bawang putih mencapai 23.320 ton (Kompas, 5/5/2019).
Gejolak harga komoditas pangan bumbu, menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, menandakan Indonesia membutuhkan data yang terintergrasi antarsentra produksi. ”Tanpa adanya data ini, pemerintah sulit mengintervensi supply-demand (permintaan-penawaran) komoditas pangan bumbu untuk mengendalikan harga,” katanya saat dihubungi secara terpisah.
Secara rinci, Rusli menyatakan, pemerintah perlu menyiapkan sistem pendataan yang mengakomodasi laporan panen dari setiap petani di sentra produksi. Agar harga petani tak jatuh hingga di bawah ongkos produksi, pemerintah juga mesti menyediakan fasilitas penyimpanan berpendingin (cold storage) untuk menampung hasil panen tersebut.