Banjir Bandang Ancam Ratusan Jiwa di Bandung Barat
Tanggul pembatas Sungai Cihaur di permukiman warga di Desa Cimareme, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, jebol pada Selasa (31/12/2019). Lebih dari 350 jiwa terdampak.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
NGAMPRAH, KOMPAS – Tanggul pembatas Sungai Cihaur di permukiman warga di Komplek Perumahan Cimareme Indah, Desa Cimareme, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, jebol, Selasa (31/12/2019) sore. Akibatnya, lebih dari 350 jiwa terdampak banjir bandang setinggi lebih dari 1,5 meter yang merendam lebih dari 100 rumah.
Di sisi utara Sungai Cihaur, tanggul pembatas sepanjang lebih dari 70 meter rubuh. Lumpur sisa banjir bandang masih tersisa hingga setinggi lebih dari 10 sentimeter. Bekas batas air terlihat di sisi rumah yang berdekatan dengan pinggir sungai setinggi satu meter lebih. Warga yang melintasi jalan menggunakan penerangan tambahan karena tidak ada sumber cahaya.
Hingga pukul 22.00, sebagian besar warga masih mengungsi di lokasi yang lebih tinggi dari permukaan sungai, di antaranya Masjid Al-Ikhlas dan Masjid At-Tin. Beberapa warga tampak mengawasi perumahan dan jalan yang gelap akibat hampir semua rumah tidak menyalakan penerangan.
Deni (53), warga Cimareme Indah, menuturkan, warga belum berani kembali ke rumah karena lumpur dan genangan bekas banjir masih menutupi rumah hingga lebih dari 10 sentimeter. Selain itu, kondisi rumah yang lembab akibat banjir setinggi lebih dari 1,5 meter dikhawatirkan memicu terjadinya arus pendek jika saluran listrik dialirkan.
“Lebih baik dimatikan saja. Pagi nanti baru kami akan bereskan semuanya,” tuturnya.
Sebelumnya, kawasan tersebut dilanda banjir bandang akibat tanggul jebol sekitar pukul 16.00. Akibat banjir tersebut, lebih dari 100 rumah di Perumahan Cimareme Indah terendam hingga lebih dari 1,5 meter. Agus berujar, seluruh warga panik karena aliran air sangat deras dan bergerak cepat. Kurang dari 10 menit, puluhan rumah terendam air.
“Sekitar pukul 15.00, saya bersiap salat Ashar di Masjid Al-Ikhlas. Dari jendela masjid terlihat posisi air sudah berada di atas jalan. Alirannya sangat deras, tetapi tidak melimpas ke jalan karena ada tanggul kira-kira setinggi 2 meter. Tidak sampai satu jam, tanggul itu jebol, warga panik,” tuturnya.
Salah satu warga terdampak, Agus DJ (46) berharap pemerintah segera menutup tanggul yang jebol tersebut. Dia khawatir, jika tidak ditutup, aliran deras dari Sungai CIhaur tidak terbendung dan masuk ke rumah warga.
“Kami khawatir rumah-rumah di sini akan sering terkena banjir. Soalnya, setiap hujan di hulu, aliran air dari sungai ini bisa setinggi 1 meter lebih dari permukaan jalan. Kalau tidak ada penghalang, dapat dipastikan, kami akan terkena banjir," kata dia.
Kami khawatir rumah-rumah di sini akan sering terkena banjir. Soalnya, setiap hujan di hulu, aliran air dari sungai ini bisa setinggi 1 meter lebih dari permukaan jalan. Kalau tidak ada penghalang, dapat dipastikan, kami akan terkena banjir. (Agus DJ)
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar menyebutkan, tinggi muka air pada saat banjir berkisar antara 70-180 sentimeter. Sebanyak 131 rumah tangga atau lebih dari 350 jiwa terdampak. Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jabar Budi Budiman menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan pejabat terkait untuk tanggap darurat dan evakuasi.
Akses terputus
Sementara itu, hujan yang melanda Bandung Raya semenjak Selasa siang ini juga menyebabkan banjir di Jalan Pasirhalang, Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Akibatnya, akses jalan penghubung menuju jalur nasional terputus selama lebih dari dua jam.
Jalan yang terputus ini berada di terowongan bawah jalur kereta api yang berjarak sekitar 300 meter dari Stasiun Padalarang. Ketinggian air mencapai dua meter sehingga tidak ada kendaraan yang bisa melintas pada saat banjir melanda.
Komandan Tim SAR Batalyon B Pelopor Brimob Polda Jabar Inspektur Satu Amuh menuturkan, banjir terjadi akibat tersumbatnya saluran air karena sampah. Pembersihan dilakukan sesaat banjir melanda pada pukul 16.00. Dua jam setelahnya, air mulai surut dan jalan bisa dilintasi kembali.
“Untuk warga tidak ada yang terdampak, tidak ada yang mengungsi. Setelah banjir surut, mereka membereskan rumah masing-masing,” ujarnya.