Enam Orang Tewas akibat Banjir dan Longsor di Bogor
Banjir dan longsor di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor menelan korban jiwa enam orang. Evakuasi korban masih berjalan hingga kini.
Oleh
Stefanus Ato
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Sebanyak enam warga tewas akibat banjir dan longsor di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/1/2020). Hingga pukul 18.00 WIB, evakuasi masih berjalan pada salah satu lokasi bencana di Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Kepala Bidang Pencegahan dan Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Dede Armansyah mengatakan, peristiwa longsor di wilayahnya telah menelan korban jiwa.
”Total sudah ada lima orang meninggal, dua karena longsor, lainnya hanyut terseret arus banjir,” katanya.
Sementara itu, di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, satu orang meninggal tertimbun longsor pada Rabu, dini hari. Rumah korban yang tertimbun itu berada di kawasan pengairan tepatnya di tepi Kali Cipakancilan.
Longsor terjadi akibat curah hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Selasa (31/12/2019) sampai Rabu (1/1/2020).
Fahd (31), warga Desa Curug Bitung, mengatakan, warga masih berupaya menggali timbunan longsor yang menutup sejumlah rumah dan jalan di desa itu. Dua orang ditemukan dalam kondisi tewas di balik timbunan tanah longsoran.
”Kondisi di sini masih tertutup karena akses ke luar Desa Curug Bitung terputus. Jaringan komunikasi dan listrik juga putus total. Kami harus jalan kaki sekitar 4 kilometer untuk pakai BTS (base transceiver station) untuk berkomunikasi. Tetapi, BTS ini juga baterainya sebentar lagi habis,” katanya, saat dihubungi dari Bogor, Rabu sore.
Ia mengatakan, masyarakat dengan aparat desa setempat hanya menggunakan peralatan sederhana untuk menggali timbunan longsor dan mencari korban lain yang diduga ikut tertimbun. Jumlah korban dan rumah yang tertimbun belum bisa dipastikan jumlahnya.
Longsor yang menimbun permukiman warga di desa itu terjadi akibat tanah dari salah satu bukit di desa itu ambles. Di sekitar bukit itu, selain terdapat perkampungan penduduk, juga ada aktivitas usaha batako dari masyarakat lokal.
Evakuasi korban berjalan sulit lantaran masih terjadi longsor susulan yang mengakibatkan sebagian warga ikut menjadi korban. Warga di desa itu berharap segera ada bantuan dari pemerintah berupa peralatan yang lebih memadai guna memudahkan evakuasi.
”Belum ada bantuan teknis dan logistik yang layak karena akses masuk terputus. Kami harap Tim SAR segera memberikan bantuan, terutama pompa air tekanan tinggi supaya bisa melunturkan tanah menjadi cair agar evakuasi berjalan cepat,” katanya.
Dede menambahkan, secara keseluruhan, ada 57 lokasi bencana yang terjadi di Kabupaten Bogor. Perinciannya, 47 lokasi bencana banjir dan sisanya bencana longsor.
”Sampai tadi siang, bantuan belum bisa sampai di lokasi bencana karena akses jalan tertutup longsor di Desa Sukarasa (Kecamatan Tanjungsari) sampai pukul 14.00. Jadi, bantuan masih tertahan di Desa Sukarasa karena personel kami belum bisa masuk,” ujarnya.
Untuk membuka akses jalan yang tertutup, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Bogor mengerahkan satu unit alat berat ke lokasi bencana. BPBD Kabupaten Bogor menargetkan evakuasi selesai paling cepat Kamis.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar waspada dan hati-hati, terutama yang bermukim di lereng gunung atau dekat aliran sungai. Masyarakat juga diminta bersiaga dengan menggiatkan sistem keamanan lingkungan agar saling mengingatkan.
”Kesiapsiagaan yang paling dibutuhkan sekarang ini. Satuan Tugas Siaga Bencana Kabupaten Bogor juga sudah bergerak dan siaga membantu warga yang terdampak bencana,” katanya.
Di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor, satu orang meninggal tertimbun longsor pada Rabu dini hari. Rumah korban yang tertimbun itu berada di kawasan pengairan tepatnya di tepi Kali Cipakancilan.
Dari informasi yang dihimpun Kompas, perumahan warga yang dibangun di pinggir kali itu jumlahnya lebih dari 100 rumah. Rumah warga dibangun di dekat tebing sehingga rawan tertimbun sewaktu-waktu terjadi longsor.
Tinggi tebing itu sekitar 10 meter. Di atas tebing itu juga terdapat perumahan lain dan terdapat saluran air. Meski demikian, warga setempat mengaku bencana longsor itu merupakan peristiwa pertama.
Ishak (60), salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi longsor, mengatakan, korban yang tertimpa longsor merupakan seorang perempuan berusia 30 tahun. Saat terjadi longsor, korban sedang beristirahat di rumah.
”Kami berhasil evakuasi korban sekitar pukul 07.00. Saat ditemukan sudah meninggal,” ujarnya.