Mi Rebus ”Online” yang Bikin Presiden Jokowi Terheran
Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, tak hanya untuk meresmikan Balai Latihan Kerja Komunitas dan Bank Wakaf Mikro. Presiden juga menyempatkan diri berdialog dengan emak-emak pelaku UMKM.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
Kehadiran Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Senin (30/12/2019), tak sekadar untuk meresmikan Balai Latihan Kerja Komunitas dan Bank Wakaf Mikro. Presiden menyempatkan diri berdialog dengan ”emak-emak” pelaku UMKM asal Kaliwungu. Dialog berlangsung seru. Dari mi rebus online hingga nasihat dalam berbisnis.
Seusai meresmikan Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas Se-Indonesia di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fadllu 2, Jokowi menuju Ponpes Apik guna meresmikan Bank Wakaf Mikro (BWM). Di sela-sela sambutannya, ia meminta pelaku UMKM yang telah menjadi nasabah BWM Ponpes Apik untuk maju dan naik ke panggung. Tiga perempuan pun naik.
Jokowi mempersilakan mereka mengenalkan diri dan menyebutkan jenis usaha apa yang dikerjakannya. Nila Maya Sari, salah satu perempuan yang maju, menjawab bahwa ia berjualan es teh, makanan ringan seperti makaroni dan cilok, ketela goreng, serta mi rebus dan mi goreng online.
Pemerintah ingin ponpes dan lingkungan ponpes bisa membesarkan usaha-usahanya.
Mendengar jawaban Nila, Jokowi agak terheran, kemudian memotong pembicaraan. ”Sebentar..., sebentar.... Mi rebus online? Bagaimana itu, coba ceritakan,” pintanya. Hadirin pun tertawa.
Nila pun menjawab. ”Jualannya lewat status, Pak. Lewat WA (Whatsapp). Di status saya tulis, misalnya tela-tela (ketela goreng). Nanti kalau ada yang mau, saya antar. Kalau ketela goreng, rame pas musim hujan. Mi rebus juga. Keuntungan per hari sekitar Rp 25.000,” katanya.
Jokowi pun memahami. Bahkan, mengapresiasinya. ”Model-model seperti ini yang mesti dikembangkan. Sekarang, kan, jualan bisa langsung, juga bisa lewat WA, FB (Facebook). Mi-nya difoto lalu diunggah, yang pedas (harganya) berapa, yang enggak pedas berapa,” ujarnya.
Cerita berlanjut ketika Jokowi bertanya berapa keuntungan yang didapat dari berjualan es teh. Nila tak tahu pasti karena anaknya banyak. ”Apa hubungannya sama banyak anak? Jadi jualan es teh, lalu yang minum anaknya?” tanya Jokowi. Nila pun membenarkan, yang diikuti tawa lepas para hadirin.
Lagi-lagi Presiden merespons. ”Sebentar..., sebentar.... Saya titip, yang namanya usaha atau bisnis, harus dipisahkan antara keluarga dan usaha. Jangan campur-campur. Hati-hati. Enggak apa-apa anaknya dibuatkan es teh, tetapi jangan di situ. Di rumah,” kata Jokowi.
Sementara pelaku UMKM lainnya, Nuraini, mengatakan, meminjam uang ke BWM Ponpes Apik untuk mengembangkan usaha mi godok, burger, dan makanan ringan di sekolah-sekolah, termasuk untuk keperluan membeli gerobak. Presiden mengingatkan pelaku usaha untuk mencatat setiap detail pengeluaran dan pemasukan. Tak kalah penting adalah perencanaan.
Tanpa agunan
BWM memungkinkan nasabah meminjam uang untuk modal atau pengembangan usaha tanpa agunan. Untuk peminjaman pertama, nominal pinjaman maksimal Rp 1 juta. Ketika sudah melunasi utangnya dengan disiplin selama setahun, nasabah bisa meminjam lagi dengan nominal yang lebih besar dari sebelumnya.
Data Otoritas Jasa Keunagan (OJK) menunjukkan, hingga 2019 telah terdapat 56 BWM yang ada di ponpes di Indonesia. BWM tersebut telah menjangkau 25.000 nasabah dengan total dana yang telah disalurkan mencapai Rp 34 miliar. Saat ini tengah disiapkan lagi 50 BWM untuk segera diresmikan.
”Pemerintah ingin ponpes dan lingkungan ponpes bisa membesarkan usaha-usahanya. Jadi, sekarang ada bank-nya. Jangan sampai pinjamnya ke rentenir. Stop ke rentenir karena sekarang sudah ada BWM dan ini tanpa agunan. Artinya, Bapak, Ibu yang mendapat bantuan dipercaya sehingga gampang untuk mencari modal, terutama untuk usaha mikro,” ujar Jokowi.
Presiden juga berpesan agar nasabah membayar angsuran dengan disiplin. Jangan sampai uang yang dipinjam dari BWM dipakai untuk hal-hal lain selain usaha. Misalnya, untuk membeli tas dan baju di mal. Sebab, itu bisa membuat nasabah kesulitan mengangsur pinjaman. Hal itu juga bagian dari menjawab kepercayaan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, BWM merupakan badan usaha bersama antara donatur dan Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Juga, para tokoh masyarakat, yakni para pemimpin ponpes yang memberi akses kepada masyarakat. Pinjaman di BWM tanpa bunga, hanya biaya administrasi 3 persen setahun.
Menurut Wimboh, hal ini salah satu upaya mendukung ekosistem pengembangan UMKM. ”Dengan BWM, semua akan dilayani. Pelayanan pun dengan tatap muka. Kami juga menghubungkan dengan off-taker (pembeli). Sekarang juga ada BUMDes. Tak tertutup kemungkinan, produk akan bisa ditawarkan lewat daring,” katanya.
Ia pun berharap kehadiran BWM, termasuk di Ponpes Apik dan Al Fadllu 2 Kaliwungu, Kendal, dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya, hal tersebut akan turut meningkatkan inklusi keuangan nasional, yang saat ini telah mencapai 75 persen atau sesuai target. Nantinya, diharapkan ada 1.000 lebih BWM di Indonesia.
Wimboh menambahkan, pihaknya juga akan terus berkoordinasi dan bersinergi dengan para kepala daerah agar pemasaran produk dari BWM berjalan baik. ”Kami carikan solusinya, termasuk juga dengan berkomunikasi dengan tokoh masyarakat. Ini upaya OJK dalam mengangkat derajat hidup masyarakat,” ucap Wimboh.
Pemimpin Pondok Pesantren Apik, Kaliwungu, KH Solahudin Humaidullah menuturkan, pihaknya berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan Presiden Jokowi dan OJK. Ia pun berharap adanya BWM di ponpesnya akan membawa keberkahan bagi penghuni ponpes maupun masyarakat sekitar.
Peresmian BWM di Kendal itu menjadi penutup rangkaian kunjungan Presiden Jokowi di Jateng. Pagi harinya, sebelum ke Kendal, Jokowi meninjau proyek rehabilitasi Pasar Johar Semarang yang dilanjutkan kegiatan bersepeda ke kawasan Kota Lama Semarang. Presiden didampingi sejumlah menteri selama kunjungan di Jateng.