Pompa Rusak, Banjir Landa Permukiman Warga Kramat Jati
Sebanyak 1588 kepala keluarga terdampak banjir di Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur, usai hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020).
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 1588 kepala keluarga terdampak banjir di Kelurahan Kramat Jati, Jakarta Timur, usai hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (1/1/2020).
Setidaknya 12 rukun tetangga (003, 004, 008, 009, 010, 011, 012, 013, 015, 016, 017, 018) terendam banjir dengan ketinggian bervariasi mulai dari 10 sentimeter (cm) sampai 2 meter.
Hingga Rabu sore, warga bersama petugas terkait masih melakukan proses evakuasi menggunakan dua perahu karet dan peralatan seadanya, seperti ban dalam kendaraan yang diisi angin. Adapun warga sudah mulai mengungsi ke kantor Kecamatan Kramat Jati, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, dan area yang tidak terkena banjir. Di lokasi pengungsian warga mendapat bantuan medis dan makanan.
Darma, anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Kramat Jati, mengatakan, warga sudah diimbau untuk waspada dan siaga banjir sejak Selasa (31/12) malam, saat merayakan pergantian tahun di kantor kelurahan dan melalui grup percakapan WhatsApp. Kendati demikian, masih banyak warga yang terjebak banjir.
Luapan air terjadi mulai pukul 02.00 dini hari. Adapun dua pompa air di lokasi tidak berfungsi. "Mungkin ada yang ketiduran dan tidak baca pesan di WhatsApp. Pompa air rusak. Padahal orang dinas terkait bilang sudah diperbaiki," kata Darma.
Kelurahan Kramat Jati mendapatkan bantuan dua perahu karet untuk evakuasi warga korban banjir pada pukul 10.00. Proses evakuasi berjalan lambat karena keterbatasan peralatan, seperti tali dan pelampung.
Evakuasi diprioritaskan untuk lansia, disabilitas, perempuan, dan anak-anak termasuk bayi. Dede menambahkan, mereka juga menyisir ke gang-gang sempit yang tidak dapat dilalui perahu karet. "Yang masih bisa jalan dibopong. Kalau perlu gendong, ya digendong," ujarnya.
Selain itu, ada juga warga yang bertahan di lantai dua rumah karena air tidak mencapai bagian tersebut. Kepada mereka, diberikan bantuan berupa makanan. Pemilik rumah maupun warga berbekal pelampung mengarungi banjir untuk mengambil dan mengantarkan bantuan tersebut.
Salah satu warga yang melakukannya ialah Wawan (46). Bermodalkan pelampung, dia hilir-mudik dari rumah ke posko bantuan untuk mengambil makanan. Di lantai dua rumahnya, nenek dan anak-anaknya menanti makanan itu.
"Keluarga ngungsi ke lantai dua rumah. Mereka belum mau ke posko. Mereka nunggu air surut," ujar Wawan.
Sementara itu, menurut warga, banjir kali ini adalah yang terparah sejak tahun 2002. Pada tahun itu, tahun 2007 dan 2012, banjir setidaknya mencapai satu meter dan surut pada sore hari.