Hasil imbang menghadapi Brighton and Hove Albion membuat reputasi Chelsea sebagai tim yang garang saat laga tandang mulai memudar.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·3 menit baca
EAST SUSSEX, RABU — Predikat Chelsea sebagai tim yang tampil garang di kandang lawan tidak berlaku ketika mereka ditahan imbang Brighton and Hove Albion, 1-1, di Stadion The American Express, Rabu (1/1/2020). Masalah hilangnya kreativitas serangan yang pernah diungkapkan Pelatih Chelsea Frank Lampard masih terjadi.
Masalah itu tidak tampak pada babak pertama ketika bek Chelsea, Cesar Azpilicueta, mencetak gol pada menit ke-10. Setelah unggul, ”The Blues” tidak mampu menambah keunggulan dan kewalahan menghadapi pertahanan rapi Brighton.
Brighton justru mampu membalas menit ke-84 melalui tendangan salto Alireza Jahanbkhsh. ”Ketika saya melihat bola, saya mencoba menendangnya sekeras mungkin dan tidak ada pilihan selain tendangan salto. Saya akan melihat tayangan ulang gol itu berulang-ulang,” ujar Jahanbkhsh kepada BBC.
Dengan hasil imbang ini, koleksi Brighton bertambah menjadi 24 poin dan cukup untuk menjauhkan mereka dari zona degradasi. Apalagi satu poin itu mereka curi dari Chelsea, juara Liga Europa dan tim yang belum pernah bisa dikalahkan Brighton dalam 15 laga di semua kompetisi, termasuk laga kemarin.
Sebaliknya, Chelsea harus waspada karena kegarangan di kandang lawan yang menjadi kekuatan mereka selama ini mulai pudar. The Blues tidak segarang saat mengalahkan Arsenal, 2-1, pada laga sebelumnya. Padahal, Arsenal lebih kuat dan sedang membangun motivasi baru di bawah asuhan pelatih baru Mikel Arteta.
Jika Chelsea tidak lagi garang di kandang lawan, ini menjadi masalah besar karena mereka sudah tiga kali kalah dari empat laga kandang terakhir sejak akhir November 2019. Mereka hanya menang saat menjamu Aston Villa. Padahal, tim mana pun seharusnya lebih solid saat bermain di kandang sendiri.
”Lawan-lawan bisa datang ke kandang kami dengan percaya diri karena mereka tahu bisa mengalahkan kami,” ujar Azpilicueta.
”Berkurangnya konsistensi menjadi kekhawatiran kami. Saya tentu tidak senang dengan hasil laga ini,” ujar Lampard.
Ia mengakui, timnya membuat kesalahan besar dengan membiarkan Brighton menguasai bola dan balik menyerang.
Kerugian besar
Konsistensi pada paruh musim kedua sangat dibutuhkan Chelsea untuk dapat finis di empat besar dan tetap berlaga di Liga Champions musim depan. Mereka kini berada di peringkat keempat dengan 36 poin.
Dengan bermain di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa itu, mereka bisa mendapat tambahan dana dan terhindar dari kerugian yang mereka alami per 30 Juni 2019.
Berdasarkan laporan keuangan itu, Chelsea merugi hampir 100 juta pounds (Rp 1,8 triliun). Kerugian itu disebabkan pengeluaran untuk mendatangkan pemain seperti Kepa Arrizabalaga, Christian Pulisic, Mateo Kovacic, dan Jorginho.
Namun, Ketua Klub Chelsea Bruce Buck optimistis timnya berkembang di bawah Lampard. ”Tim berisi pemain muda dipadu sistem pemasaran solid bisa membuat keuangan stabil,” ujarnya. (AP/AFP)