Peningkatan potensi ancaman di Timur Tengah membuat Amerika Serikat menambah hampir 14.000 tentara ke wilayah itu dalam tujuh bulan terakhir.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON DC, Rabu—Amerika Serikat mempertimbangkan penambahan hingga 4.000 tentara ke Timur Tengah. Penambahan itu sebagai tanggapan atas penerobosan dan unjuk rasa di Kedutaan Besar AS di Baghdad, Irak, pada Selasa (31/12/2019) dan Rabu (1/1/2020).
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengumumkan, perkembangan di Timur Tengah membuat AS mengirimkan 750 tentara tambahan ke sana. ”Penambahan ini untuk berjaga-jaga dan layak untuk menanggapi ancaman terhadap prajurit dan kepentingan AS seperti terjadi di Baghdad,” ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Untuk tahap awal, AS mengirimkan 750 prajurit ke Kuwait yang bertetangga dengan Irak. Sumber di Kemenhan AS menyatakan, sedang dipersiapkan penambahan hingga 4.000 tentara ke Timur Tengah.
Unjuk rasa yang memasuki hari kedua di Kedubes AS di Baghdad jadi alasan utama. Unjuk rasa pada Selasa terjadi setelah massa memperingati kematian 25 milisi Brigade Hezbollah. Mereka tewas akibat serangan udara AS pada Minggu malam di Provinsi Al-Anbar.
Tak hanya berkumpul, massa menerobos gerbang dan masuk ke halaman kedutaan. Tersiar video dan foto massa membakar aneka hal di kompleks kedutaan. Kementerian Luar Negeri AS membantah kedutaan diterobos. Massa dinyatakan masih di luar gedung.
Terakhir kali kompleks diplomatik AS diterobos massa terjadi pada September 2012 di Benghazi, Libya. Kala itu, massa menerobos konsulat AS di sana. Insiden itu menewaskan Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stephen.
Unjuk rasa di Baghdad tidak mencederai satu pun diplomat AS. Walakin, mereka terkurung dalam kompleks kedutaan. Adapun Dubes AS untuk Irak Matthew Tueller dilaporkan sedang liburan di luar negeri.
Sebagian pengunjuk rasa bertahan di depan kedutaan sampai Rabu pagi meski tentara AS yang berjaga di kedutaan menembakkan gas air mata. Pengunjuk rasa tambahan bergabung pada Rabu pagi di depan kompleks kedutaan.
Kala jumlahnya masih ratusan orang, tentara AS berusaha membubarkan mereka dengan kembali menembakkan gas air mata. Sejumlah polisi dan tentara Irak berjaga di antara massa dengan pagar kedutaan.
Salahkan Iran
Presiden AS Donald Trump menuding Iran di balik unjuk rasa. ”Iran mendalangi serangan pada Kedubes AS di Irak, bertanggung jawab atas kematian, dan kerusakan fasilitas kami. Mereka akan membayar mahal. Ini bukan peringatan, ini ancaman,” tulisnya di media sosial seraya meminta Irak serius melindungi Kedubes AS.
Washington secara rutin menuding Teheran membahayakan kepentingan AS dan sekutunya. Atas alasan itu. AS telah mengirimkan sedikitnya 14.000 tentara ke Timur Tengah sejak Mei 2019. Mereka ditempatkan di sejumlah negara sekutu AS di Timur Tengah, seperti Arab Saudi.
Kini, AS punya 19.200 tentara di sekitar Iran. Dengan tambahan hingga 4.750 tentara, AS akan punya hampir 24.000 tentara yang dilengkapi persenjataan canggih di sekitar Iran. AS meningkatkan jumlah tentara di Teluk setelah serangan terhadap sejumlah kilang di Arab Saudi dan tanker di Selat Hormuz.
”Kelancangan AS mengejutkan sekali setelah membunuh 25 orang Irak dan melanggar kedaulatan negara itu. Sekarang mereka menutupi protes Irak terhadap kekejaman itu dengan tudingan kejam pada Iran,” kata juru bicara Kemenlu Iran, Abbas Mousavi.