Keprihatinan mewarnai pergantian tahun kali ini. Curah hujan tinggi menyebabkan banjir di banyak tempat, merenggut jiwa dan kerugian material.
Oleh
·2 menit baca
Hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi mengguyur kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi sejak Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020). Banjir menggenangi banyak kawasan di Jabodetabek, menghentikan layanan kereta rel listrik di sejumlah ruas karena rel terendam banjir, menggenangi sejumlah ruas jalan tol, dan memutus akses jalan di beberapa tempat.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Rabu (1/1/2020) pagi, memprediksi hujan berintensitas sedang hingga tinggi masih akan terjadi tiga hari ke depan. Tak hanya di Jabodetabek, di hampir semua wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua diperkirakan akan terjadi hujan lebat, sebagian besar disertai angin kencang dan petir.
BMKG sebagai pemegang otoritas informasi cuaca selalu mengeluarkan informasi dan apabila diperlukan disertai peringatan waspada. Namun, tak semua anggota masyarakat mengetahui ke mana dapat mengakses informasi tersebut.
Datangnya bencana hidrologi sebenarnya dapat diperkirakan karena datang bersamaan dengan tibanya musim hujan. Karena itu, pemerintah daerah terutama, dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota, sudah mewaspadai kemungkinan dampak banjir dan longsor.
Pemerintah daerah dituntut membangun sistem peringatan dini bagi masyarakat dan menyiapkan langkah untuk membantu korban apabila bencana tidak dapat dihindari.
Menangani banjir di Jakarta dan sekitarnya tidak dapat diselesaikan dengan cara biasa dan tambal sulam. Banjir dan genangan air sudah menjadi masalah Jakarta setidaknya sejak abad ke-17. Belakangan, banjir besar datang lebih sering karena disertai rusaknya lingkungan dan beralih fungsinya daerah tangkapan air menjadi kawasan permukiman dan usaha.
Penanganan banjir Jakarta harus dikaitkan dengan tata ruang dan tata guna lahan Jakarta serta kawasan hulunya. Pernah terdengar rencana mengurangi dampak banjir di Jakarta dengan membangun banyak situ di kawasan hulu sebagai tempat parkir air, menata perencanaan penggunaan lahan di kawasan Bogor-Puncak-Cianjur, hingga membangun tembok laut raksasa. Semua rencana itu berjalan sebagian, tetapi belum terdengar kelanjutannya.
Pemerintah pusat perlu mengambil alih penanganan banjir Jakarta karena melibatkan lintas lembaga pemerintah di pusat dan pemerintah daerah. Penyelesaian pasti tidak dalam jangka pendek, tetapi perencanaan jangka pendek lima tahunan harus detail dan dikawal pelaksanaannya.
Pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur ditujukan, antara lain, untuk mengurangi beban Jakarta Raya. Perpindahan itu hendaknya diikuti dengan tetap mengurus Jakarta, termasuk masalah banjir. Banjir bukan hanya merugikan warga Jakarta, tetapi juga menurunkan produktivitas keseluruhan karena Jakarta adalah pusat kegiatan ekonomi nasional.