Ratusan Hektar Lahan Terendam, Pembangunan Embung di Brebes Dikaji
Pembangunan embung sebagai salah satu solusi jangka panjang mengatasi banjir di sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah mulai dikaji. Hujan lebat dua hari terakhir merendam 469 hektar lahan pertanian.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah mempertimbangkan pembangunan embung sebagai salah satu solusi jangka panjang mengatasi banjir di sejumlah lahan pertanian. Hujan lebat dua hari terakhir menyebabkan sedikitnya 469 hektar lahan pertanian bawang merah dan padi terendam.
Hampir setiap musim hujan, sebagian lahan pertanian di Kabupaten Brebes selalu dilanda banjir. Awal 2020, sedikitnya 469 hektar lahan bawang merah dan padi terendam air dengan ketinggian mencapai 100 sentimeter. Banjir melanda 400 hektar di Kecamatan Wanasari, 51 hektar di Kecamatan Tanjung, dan 8 hektar di Kecamatan Kersana. Penyebab banjir diperkirakan karena hujan lebat dan luapan air sungai.
Di Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Kersana, banjir disedot menggunakan pompa dan airnya dibuang ke sungai. Hal ini karena kedua kecamatan tersebut berada tak jauh dari sungai. Adapun di Kecamatan Wanasari, penyedotan air menggunakan pompa tak bisa dilakukan maksimal karena tempat pembuangan air tidak memadai.
"Hingga Kamis (2/1/2020) petang, air masih menggenangi sebagaian lahan pertanian karena posisi Kecamatan Wanasari tidak dekat sungai. Akibatnya, air yang disedot tidak tahu mau dibuang ke mana," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Brebes Yulia Hendrawati, Kamis, di Brebes.
DPKP mengimbau para petani yang tanaman bawang merahnya sudah berusia lebih dari 50 hari untuk panen dini. Adapun petani yang bawang merahnya berusia kurang dari 50 hari disarankan menyedot genangan dengan pompa dan menyemprotkan fungisida.
Menurut Yulia, salah satu solusi jangka panjang yang efektif mengatasi persoalan menahun ini adalah memperbaiki saluran-saluran irigasi di lahan pertanian dan membuat embung sebagai tempat mengalirkan air. DPKP akan mengkaji rencana pembuatan embung untuk mengetahui kapasitas dan luasan embung untuk menampung air sungai yang meluap ke lahan pertanian.
Sementara itu, dari pantauan, sebagian petani di Brebes sudah memanen dini bawang merah mereka sejak Rabu siang. Adapun sebagian lagi mengaku pasrah membiarkan bawang merah yang mereka tanam terendam dan mati.
"Saya baru tanam sekitar 20 hari yang lalu, kemungkinan besar umbi bawang merahnya belum keluar. Rencananya, lahan yang terendam akan saya biarkan begitu saja sampai surut. Setelah itu mau saya olah dan diganti tanaman padi," ucap Tono (52) petani asal Kecamatan Wanasari.
Tono menambahkan, setiap hujan lebat, lahan tanam bawang merah seluas 2 hektar miliknya pasti kebanjiran. Hal itu disebabkan lahan milik Tono lebih rendah dari daerah sekitarnya.
Tono berharap, ada solusi jangka panjang yang bisa mengatasi banjir. Selama ini, ia hanya mengandalkan penyedotan air menggunakan pompa. Upaya itu memakan ongkos yang tinggi. Ia mencontohkan, untuk membeli bahan bakar pompa penyedot air, biaya yang dikeluarkan sedikitnya Rp 25.000 per hari.
Cuaca ekstrem
Secara terpisah, Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tegal Ida Sartika mengatakan, banjir yang melanda sebagian wilayah pesisir pantura barat Jateng disebabkan cuaca ekstrem. Keadaan ini akan berlangsung hingga Sabtu (4/1).
"Hujan dengan intensitas lebat disertai angin kencang, kemungkinan besar akan melanda wilayah pantura barat Jateng. Potensi banjir, pohon tumbang, dan tanah longsor harus diwaspadai," tutur Ida.
Menurut Ida, puncak musim hujan baru akan terjadi pada akhir Januari hingga awal Februari. Meski demikian, potensi hujan lebat disertai angin kencang masih memungkinkan terjadi sejak awal Januari.