Dihadapkan pada situasi seperti itu ada saja warga yang tergerak dan mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangan. Atas nama solidaritas dan kemanusiaan mereka membantu korban banjir meski mereka sendiri juga korban.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·5 menit baca
Hingga Kamis (2/1/2020) siang, banjir di Kota Bekasi, Jawa Barat, belum sepenuhnya surut. Rumah-rumah warga masih tergenang air. Di RT 005 RW 001 Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, misalnya, air limpasan dari Sungai Bekasi masih menggenangi Gang KH Abdurahman, Jalan Juanda, setinggi lebih kurang 80 sentimeter.
Warga yang rumahnya kebanjiran pun bingung mencari lokasi yang aman untuk mengungsi sementara. Terlebih banyak di antara warga adalah lansia dan anak-anak yang kondisi tubuhnya rentan.
Dalam situasi seperti itu warga pasti menaruh harap pada pemerintah untuk memberikan pertolongan. Akan tetapi, situasi darurat kerap membuat pertolongan dari tim evakuasi atau pemerintah datang terlambat. Apalagi jika sistem penanggulangan bencana yang ada tidak cukup andal untuk menangani situasi darurat.
Dihadapkan pada situasi seperti itu ada saja sesama warga yang tergerak dan mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangan. Atas nama solidaritas dan kemanusiaan mereka membantu korban banjir meski mereka sendiri pun sebenarnya merupakan korban.
Inilah yang dilakukan oleh Hendro Rahmandani (33), pemilik Tunas Konveksi. Hendro sudah membuka rumahnya bagi para pengungsi banjir sejak Rabu (1/1/2020) pukul 05.00.
Akibatnya, rumah dua lantai Hendro yang sekaligus menjadi tempatnya bekerja sesak oleh warga sekitar. Sedikitnya, ada 30 orang yang menginap di situ.
Kalau sudah bencana begini, kemanusiaan saja yang dikedepankan
”Kalau sudah bencana begini, kemanusiaan saja yang dikedepankan. Kami tidak menyangka banjir bakal separah ini,” katanya ketika ditanya terkait kondisi rumahnya yang mirip pos pengungsian.
Hendro juga memberikan baju-bajunya kepada para pengungsi yang berlindung di rumahnya. Di lantai dua, disediakan pula sejumlah kasur. Warga tidur di sela-sela mesin jahit.
Akan tetapi, bukan berarti bantuan dari pihak lain belum diterima warga yang mengungsi di tempat Hendro. Sejak kemarin, bantuan baru diberikan oleh karang taruna setempat dalam bentuk nasi bungkus. Sementara BPBD setempat belum memberikan bantuan.
Hendro bersyukur tidak keluar rumah untuk merayakan malam Tahun Baru 2020. Kalau ia keluar, tetangganya bakal kesusahan mencari tempat menginap.
Selain itu, ia juga bakal tidak sempat menyelamatkan alat-alat usahanya. Hingga Kamis (2/1/2020) siang, air di depan rumah Hendro masih setinggi pinggang orang dewasa, lebih kurang 80 sentimeter.
Rumah Hendro tidak lagi terendam banjir karena posisinya lebih tinggi sekitar setengah meter dari jalan. ”Malam kemarin, di lantai rumah masuk setinggi pinggang,” katanya.
Akibat banjir ini, ia harus menutup sementara usaha konfeksinya. Selain harus membersihkan rumah, ia juga harus menunggu semua warga yang mengungsi di rumahnya kembali ke rumah. ”Kemungkinan Senin depan baru mulai berproduksi,” katanya.
Di antara para pengungsi, terdapat dua bayi. Dia berharap ada bantuan berupa popok bayi, makanan bayi, dan obat-obatan.
Dini (34) memboyong enam anggota keluarganya ke rumah Hendro, salah satunya Aqsa yang baru berusia enam bulan. Rumah Dini terendam banjir hingga menyisakan atapnya saja yang masih terlihat. Dini berada di RT yang sama dengan Hendro.
Malam ketawa-ketawa, bakar-bakaran, paginya langsung merana.
Dini bercerita, ia masih sempat merayakan malam Tahun Baru dengan membuat acara bakar ikan. Menjelang subuh, air mulai naik.
”Malam ketawa-ketawa, bakar-bakaran, paginya langsung merana,” katanya, sambil tertawa.
Awalnya, ia mengungsi ke rumah tetangga yang agak tinggi. Namun, air tak kunjung surut. Ia pun memutuskan pergi ke rumah Hendro yang posisinya lebih tinggi.
”Rasanya agak sungkan menumpang di rumah orang, tetapi ini posisi paling terdekat dari rumah. Tuan rumah juga baik sekali. Kami disediakan kasur juga,” katanya.
Evakuasi terlambat
Banjir juga terlihat masih merendam Villa Taman Kartini, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur. Di dalam kompleks, ketinggian air lebih dari 1,5 meter, setinggi leher orang dewasa. Mobil-mobil terendam, begitu juga sepeda motor.
Hingga Kamis (2/1/2020) pukul 11.00, proses evakuasi masih berlangsung. G Sidauruk (73), salah seorang warga Villa Taman Kartini, baru bisa keluar pada Kamis pukul 10.26. Ia menaiki perahu karet yang dioperasikan personel Brimob.
Dia menyayangkan proses evakuasi yang terlambat. Semalam suntuk ia bertahan di lantai dua rumahnya bersama 10 anggota keluarga. ”Perahu ada semalam, tetapi tidak cukup dan itu pun harus berebut dengan warga lain,” katanya.
Hal serupa juga dikatakan oleh Ahmad Yani (50). Di rumahnya hingga Kamis pukul 11.00, masih ada ibu dan dua tetangga menunggu untuk dievakuasi.
Di titik ini, terdapat posko yang berada di Jalan M Hasibuan. Ada dua tenda peleton dan satu dapur umum.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengunjungi Villa Taman Kartini, Kamis pukul 11.00. Sebelumnya, mereka memantau wilayah terdampak di Bekasi dengan helikopter.
Terkait evakuasi, Ridwan menyatakan bahwa perahu karet kesulitan masuk ke sejumlah titik karena akses jalan yang sempit. Sejumlah warga, menurut dia, juga memilih bertahan di lantai dua rumahnya.
Ridwan menjelaskan, pemerintah provinsi membawa 40 perahu karet tambahan untuk membantu proses evakuasi. Khusus di Villa Taman Kartini, sudah ada delapan perahu karet untuk mengevakuasi warga.
Data jumlah korban di Jawa Barat hingga pukul 11.00, katanya, tercatat 17 orang. Rinciannya, 15 di Bogor dan 2 di Kota Bekasi. Sejumlah wilayah terdampak lain masih ada yang melaporkan kondisi terkini.
Ia menyatakan bahwa banjir kali ini merupakan bencana regional. Oleh sebab itu, ia meminta semua pemangku kepentingan agar jangan saling menyalahkan.
Ia menyatakan, pengendalian air di tingkat hulu harus lebih maksimal agar bisa menampung volume air akibat cuaca ekstrem. Ia juga meminta Wali Kota Bekasi untuk memetakan lahan-lahan kosong untuk membuat polder.
Merespons hal itu, Rahmat Effendi sudah menginstruksikan kepada Wakil Wali Kota Bekasi untuk mengidentifikasi lahan-lahan yang akan dibebaskan untuk tambahan polder. ”Tetapi ini akan dilakukan bertahap,” katanya.