Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan, hingga Jumat (3/1/2020), sudah 43 korban meninggal akibat banjir di wilayah Jabotebek. Sementara warga terdampak yang mengungsi sebanyak 397.171 orang.
Oleh
Deonisia Arlinta
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan, hingga Jumat (3/1/2020), sudah 43 korban meninggal akibat banjir di wilayah Jabotebek. Sementara warga terdampak yang mengungsi sebanyak 397.171 orang.
Jumlah korban meninggal tersebut terdiri dari 16 korban ditemukan tewas di Kabupaten Bogor, 8 korban di Kabupaten Lebak, 7 korban di Jakarta Timur, 3 korban di Kota Depok, dan 3 korban di Kota Bekasi.
Selain itu, masing-masing satu korban tewas ditemukan di Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menyampaikan, korban meninggal disebabkan, antara lain, hipotermia, terseret arus banjir, tersengat listrik, dan tertimbun tanah longsor.
”Sementara ini masih ada lima korban meninggal yang masih dalam pendataan,” katanya.
Menurut Agus, BNPB bersama aparat lain, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, Polri, dan instansi lainnya, terus melakukan evakuasi dan pemberian pertolongan kepada warga yang terdampak banjir.
BNPB juga telah memberikan bantuan peralatan dan logistik ke sejumlah wilayah Jabodetabek dan wilayah lain yang terdampak.
Agus menambahkan, kebutuhan mendesak terkait penanganan korban adalah perahu karet, terpal, pakaian dewasa dan anak-anak, obat-obatan dan layanan trauma healing, serta makanan, minuman, dan air bersih.
”Hingga kini beberapa titik akses jalan masih terputus akibat banjir. Sejumlah SPBU juga masih tutup dan perjalanan KRL terhambat karena banjir,” ucapnya.
Hujan buatan
Sebagai upaya untuk mengurangi curah hujan dan menanggulangi banjir di wilayah Jabodetabek, Agus mengatakan, operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan akan dilakukan. Teknologi ini akan dimonitori tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto dalam sebuah keterangan menyebutkan, operasi TMC dilakukan untuk mengurangi curah hujan penyebab banjir di Jabodetabek.
Secara teknis, BPPT akan melakukan analisis pertumbuhan awan penyebab hujan terlebih dahulu. Dari hasil analisis pertumbuhan dan pergerakan awan, penyemaian awan akan dilakukan dengan pesawat agar awan hujan bisa jatuh sebelum masuk ke wilayah Jabodetabek.
”Kemarin (Kamis) sudah dilakukan persiapan, baik pesawat maupun peralatan lainnya serta bahan semai. Pesawat yang digunakan adalah satu Casa, satu CN-295, dan satu Hercules. Mulai pagi (Jumat) ini akan dilakukan operasi TMC,” tuturnya.