Sejumlah laporan menyebut Soleimani bolak-balik meninggalkan Iran dan pergi ke sejumlah negara di Timur Tengah. Ia dilaporkan memimpin rapat para politisi Irak pada awal gelombang unjuk rasa yang mengguncang negara itu.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
TEHERAN, JUMAT — Garda Revolusi Iran mengakui kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Jumat (3/1/2020). Bersama pemimpin Brigade Hezbollah, Jamal Jaafar Ibrahimi alias Abu Mahdi al-Mohandis, Soleimani tewas akibat serangan udara Amerika Serikat di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
Garda Revolusi Iran (IRGC) menyebut Komandan Brigade Quds, unit IRGC yang mengurusi operasi di luar negeri, tewas akibat serangan udara pada Jumat dini hari. Tidak ada penjelasan lebih lanjut dalam pengumuman yang disiarkan sejumlah media Iran itu. Tidak ada pula penjelasan soal keberadaan Soleimani di Irak.
Sejumlah laporan menyebut Soleimani memang bolak-balik ke Iran dan sejumlah negara di Timur Tengah. Soleimani dilaporkan pernah memimpin rapat para politisi Irak di awal gelombang unjuk rasa yang mengguncang negara itu sejak Oktober 2019.
Selain di Irak, Soleimani juga kerap terlihat di Suriah dan sesekali di Lebanon. Di Suriah, Iran menyokong pemerintahan Bashar al-Assad. Di Lebanon, Iran menyokong Hezbollah yang menjadi kekuatan politik dan bersenjata penting di negara itu.
Hezbollah Lebanon dan Brigade Hezbollah Irak tidak berhubungan walau sama-sama diduga kuat disokong Iran. Washington menuding Brigade Hezbollah bertanggung jawab atas serangan di pangkalan militer Kirkuk, Irak, pekan lalu. Akibat hujan puluhan roket di Kirkuk, seorang kontraktor pertahanan AS tewas dan sejumlah prajurit AS terluka.
AS membalasnya dengan serangan udara di Al-anbar, Minggu malam. Serangan itu menewaskan 25 milisi Brigade Hezbollah dan melukai puluhan milisi lainnya. Menteri Pertahanan AS Mark Esper menyatakan, Washington sedang mempersiapkan pembalasan lain selepas serangan itu.
Esper tidak menjelaskan lebih lanjut soal rencana itu. Ia baru kembali tampil pada Selasa (31/12/2019) malam dan mengumumkan tambahan pengiriman 750 tentara ke Timur Tengah. Pengumuman itu menyikapi penyerbuan Kedutaan Besar AS di Baghdad pada Selasa sore.
Milisi dan simpatisan Brigade Hezbollah berunjuk rasa dan menyerbu kedutaan setelah menghadiri peringatan kematian rekan mereka pada serangan Minggu malam. Penyerbuan terakhir terhadap kompleks diplomatik AS terjadi pada Konsulat AS di Benghazi, Libya, pada 2012. Serbuan itu menewaskan Duta Besar Besar AS untuk Libya, Chris Stephen.
Milisi dan simpatisan Brigade Hezbollah berunjuk rasa dan menyerbu kedutaan setelah menghadiri peringatan kematian rekan mereka.
Ibrahimi alias al-Mohandis, yang juga wakil komandan Hashed al- Shaabi atau PMF, berjanji akan ada pembalasan atas serangan pada Minggu malam. Para pejabat Brigade Hezbollah menyatakan mereka sedang mempersiapkan pembalasan.
Alih-alih membalas, al-Mohandis malah tewas bersama Soleimani. Brigade mengumumkan serangan itu menewaskan total tujuh orang.
Berulang kali
Soleimani sudah berulang kali dinyatakan tewas dalam 15 tahun terakhir. Sebagian besar isu menyebut ia tewas di Suriah atau perbatasan Suriah-Iran. Iran juga bolak-balik mengumumkan adanya rencana pembunuhan terhadap Soleimani. Untuk semua upaya pembunuhan itu, Teheran terutama menyalahkan AS dan Israel yang merupakan musuh utama Iran.
Hingga Jumat siang, Tel Aviv belum berkomentar atas kematian Soleimani. Sementara Pentagon mengakui serangan itu. Bahkan, serangan dinyatakan atas perintah langsung Presiden AS Donald Trump.
Trump memang menyatakan kemarahan atas penyerbuan Kedubes AS di Baghdad. Ia menuding Iran dibalik penyerbuan itu. ”Mereka akan membayar mahal,” tulisnya di media sosial.
Sementara Esper menyatakan, pembunuhan terhadap Soleimani akan meredam kemampuan Iran membahayakan kepentingan AS. Soleimani dinyatakan aktif mengatur serangan terhadap warga dan fasilitas AS di Timur Tengah. (AP/REUTERS)