Tanggap Darurat di Awal Tahun
Musim hujan yang belum pada puncaknya membawa kekhawatiran datangnya banjir dan longsor. Sejumlah daerah pun bersiaga hingga level kecamatan untuk menekan dampak bencana.
BANDUNG BARAT, KOMPAS— Sejumlah daerah didera bencana hidrometeorologis menjelang pergantian tahun. Awal tahun 2020, sejumlah daerah bersiaga dan menyatakan tanggap darurat bencana.
Di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, misalnya, 1.529 jiwa terdampak bencana terkait musim dan cuaca. Pemerintah daerah menyatakan tanggap darurat bencana tujuh hari di awal tahun ini.
Berdasar Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat, Kamis (2/1/2020), warga terdampak terbanyak di Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang. Lebih kurang 557 jiwa terendam banjir setinggi 50 sentimeter. Terowongan Jalan Pasirhalang terendam sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Barat Duddy Prabowo menuturkan, 11 lokasi jadi perhatian khusus. Dua pos pengungsian didirikan di Desa Mekarsari, Kecamatan Padalarang, dan di Perumahan Cimareme Indah, Kecamatan Ngamprah.
Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum dalam kunjungannya ke lokasi bencana menjawab tudingan banjir disebabkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang ada di sekitar saluran air. Para pihak diminta tidak saling menyalahkan dan mengedepankan koordinasi demi solusi.
Di Karawang dan Purwakarta, hujan lebat dan angin kencang terjadi dalam tiga hari terakhir. Sungai Ciparage, Cikaranggelam, Cilamaya, dan Cibeet membanjiri permukiman warga. Banjir dan longsor juga melanda wilayah Purwakarta, Selasa malam. Pada malam pergantian tahun, banjir di Desa Hegarmanah, Kecamatan Babakancikao; Desa Munjul Jaya, Nagri Kidul, dan Citalang, Kecamatan Purwakarta.
Sebanyak enam kecamatan yang terdampak banjir, yaitu Kecamatan Jatisari, Cikampek, Telukjambe Barat, Banyusari, Cilamaya Wetan, dan Purwasari. Kecamatan-kecamatan itu waspada pada banjir susulan.
Di Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes mempertimbangkan pembangunan embung sebagai solusi jangka panjang mengatasi banjir di lahan pertanian. Hujan lebat Selasa-Rabu lalu menyebabkan 469 hektar lahan pertanian bawang merah dan padi terendam hingga 1 meter.
”Hingga Kamis (2/1) petang, air masih menggenangi sebagian lahan pertanian karena posisi Kecamatan Wanasari tidak dekat sungai. Air yang disedot tidak tahu mau dibuang ke mana,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Brebes Yulia Hendrawati.
Sebagian petani Brebes pun sudah memanen dini bawang merah. Sebagian lagi pasrah membiarkan bawang merah yang mereka tanam terendam dan mati.
”Saya baru tanam sekitar 20 hari lalu. Lahan terendam akan saya biarkan begitu saja, setelah itu mau saya olah dan ganti tanaman padi,” ucap Tono (52), petani di Kecamatan Wanasari.
Gowa antisipasi
Kesiagaan juga dilakukan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Dua kecamatan yang tahun lalu tersapu banjir dan longsor rentan terjadi bencana berulang.
Kepala BPBD Gowa Ikhsan Parawansa menjelaskan, dua wilayah yang diwaspadai dan rentan adalah Kecamatan Bungaya dan Tinggimoncong. Risiko banjir dan longsor rawan di dua wilayah itu, selain sejumlah wilayah lain.
”Sejak awal Desember lalu, kami telah sosialisasi ke semua wilayah. Selain itu, kami sudah meminta ke semua wilayah di Kabupaten Gowa untuk membuat posko siaga, terutama di daerah rawan. Hal itu untuk segera menindaklanjuti jika terjadi sesuatu di lapangan,” kata Ikhsan.
Banjir besar merendam wilayah Gowa dan beberapa wilayah lain di Sulsel pertengahan Januari 2019. Saat itu, curah hujan tinggi memicu luapan air di sejumlah sungai kecil dan Sungai Jeneberang yang melewati beberapa kabupaten.
Menurut Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya 45 orang meninggal dan tiga orang hilang di Gowa. Sebanyak 470 rumah rusak dan infrastruktur lain hanyut. Total korban jiwa di Sulsel ketika itu 79 orang dan 9.429 jiwa mengungsi.
Di Kota Makassar, antisipasi dampak banjir, salah satunya dengan membangun tampungan air. Kolam Regulasi Nipa-Nipa di kawasan Antang, Manggala, telah masuk tahap penyelesaian dan dialiri air.
Kamis siang, sejumlah pekerja tampak menyelesaikan pekerjaan pintu angkut kolam. Air telah menggenangi kolam seluas 84 hektar ini.
Di Yogyakarta, masyarakat diminta secara mandiri mewaspadai risiko banjir dan tanah longsor dalam beberapa hari ke depan. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), DIY berpotensi hujan lebat dan angin kencang hingga 7 Januari 2020.
”Marilah bersama-sama mengantisipasi dan mempersiapkan yang diperlukan terkait meningkatnya curah hujan,” kata Wakil Gubernur DIY Paku Alam X di kantornya.
Jika hujan deras terus-menerus, lebih baik mencari tempat aman.
Masyarakat yang tinggal di wilayah langganan banjir dan longsor diminta menyiapkan diri, misalnya meletakkan dokumen dan surat-surat penting di tempat yang aman. Selain itu, warga juga diminta mewaspadai aliran listrik saat terjadi banjir.
Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan, pada 1-7 Januari 2020, wilayah DIY berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kondisi itu dapat disertai petir dan angin kencang. Cuaca ekstrem itu disebabkan kondisi atmosfer yang mengalami fenomena skala regional hingga lokal.
Sesuai dengan Peraturan Daerah DIY Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DIY Tahun 2019-2039, terdapat 41 kecamatan di DIY yang rawan banjir dan 32 kecamatan rawan tanah longsor.
Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana mengingatkan agar masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor benar-benar waspada saat hujan turun deras. ”Jika hujan deras terus-menerus, lebih baik mencari tempat aman. Masyarakat diharapkan peka terhadap tanda-tanda longsor,” ujarnya.
(RTG/XTI/MEL/JAL/HRS)