JAKARTA, KOMPAS - Atlet Indonesia yang akan tampil pada ASEAN Para Games 2020 sempat merasa kecewa karena penundaan ajang itu, dari dari 18-24 Januari menjadi 20-28 Maret. Penundaan tidak hanya memengaruhi periodisasi latihan, juga mengganggu beberapa rencana kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020. Dengan penundaan ini, atlet dituntut menjaga pikiran positif, dan bisa mengatur latihan dan kejuaraan.
Perenang Jendi Pangabean, misalnya, dijadwalkan mengikuti kualifikasi Paralimpiade pada Maret-April di Eropa dan Autralia. Peraih lima keping emas ASEAN Para Games 2017 ini harus mampu memperbaiki catatan waktu pada nomor andalan 100 meter gaya punggung dari 1 menit 06,42 detik menjadi 1 menit 06,32 detik sebagai syarat lolos ke Tokyo 2020.
Dengan penundaan ASEAN Para Games, Jendi harus mengatur ulang jadwal kualifikasi dan program latihan agar dapat mencapai puncak penampilan pada ASEAN Para Games dan Paralimpiade.
Menurut Jendi, sebenarnya dirinya sudah siap berlomba di ASEAN Para Games. Apalagi, penampilannya sudah kembali ke catatan waktu terbaik. Namun, Filipina sebagai tuan rumah mengundurkan ajang itu dua bulan.
”Saya sempat merasa terpukul dengan penundaan ini karena persiapan saya menuju ASEAN Para Games sudah 95 persen. Penundaan juga mengganggu rencana mengikuti sejumlah kualifikasi Paralimpiade Tokyo 2020. Namun, pelatih mengingatkan saya menyikapi situasi ini dengan dewasa. Semua negara peserta merasakan dampaknya, jadi saya tidak boleh patah semangat,” ujar Jendi, Jumat (3/1/2020).
Kekecewaan itu muncul karena latihan menuju ASEAN Para Games sudah dijalani cukup lama, yaitu delapan bulan sejak Mei 2019. Dengan penundaan ini, dirinya harus menyesuaikan program latihan agar bisa mencapai puncak penampilan pada Maret.
Latihan yang seharusnya memasuki masa persiapan khusus jelang lomba, ditandai menurunnya intensitas dan volume latihan, harus dikembalikan ke persiapan umum. Jendi dan kawan-kawan seperti mengulang latihan dari awal lagi, yaitu berlatih fisik dengan volume latihan berat. Latihan umum itu dijalani atlet untuk membangun kekuatan dan daya tahan tubuh.
Dampaknya, fisik atlet terkuras karena latihan kembali ke level berat. “Pelatih mengingatkan, sebagai atlet kami boleh merasa down, tetapi tidak boleh terlalu lama. Kami harus kembali semangat untuk menjalani program latihan berat ini. Sebagai atlet, kami memang harus profesional,” kata perenang dengan amputasi kaki kiri akibat kecelakaan ini.
Di ASEAN Para Games, Jendi akan turun pada lima nomor, terdiri atas tiga nomor individu dan dua nomor beregu. Kelima nomor itu adalah 100 m gaya punggung, 100 m gaya kupu-kupu, 200 m gaya ganti, estafet 4x100 m gaya bebas, dan 4x100 m gaya ganti. Ia ditargetkan mempertahankan perolehan lima emas yang diraih di Malaysia 2017.
Dengan adanya perubahan jadwal ASEAN Para Games, Jendi menjelaskan, jadwal kejuaraan juga akan mengalami penyesuaian. Namun, ia tetap harus fokus untuk mempersiapkan diri agar bisa mengukir prestasi di ASEAN Para Games dan Paralimpiade 2020. Untuk menjaga fokus dan semangat menjelang perlombaan, Jendi sering berbagi dengan teman-temannya.
“Saya sering sharing dengan teman-teman, saling menguatkan satu sama lain karena situasi ini bukan saya sendiri yang merasakan. Kami bawa santai saja. Saya harus tetap fokus, dan menjaga pikiran positif,” ujarnya.
Petenis meja David Jacobs menuturkan, penundaan ASEAN Para Games sempat membuat atlet terpukul. ”Tetapi, mau bagaimana lagi. Kalau memang di Filipina belum siap ya kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujar David.
David beruntung telah lolos Paralimpiade Tokyo 2020 sehingga tidak terganggu dengan penundaan ASEAN Para Games. Ia justru akan menjadikan ajang tersebut untuk mematangkan teknik, fisik, dan mental. Ia juga akan memakai ajang itu untuk melihat kekuatan lawan dan sebagai bahan evaluasi pribadi.
Pada ASEAN Para Games 2020, tim tenis meja Indonesia ditargetkan membawa pulang 12-13 keping emas. David diharapkan menyumbang emas dari nomor individu, ganda, dan beregu putra. Meski David dominan di tingkat Asia bahkan dunia, ia tidak mau lengah menghadapi persaingan di Asia Tenggara. ”Saya tidak boleh lengah karena negara lain juga bersiap dengan baik,” katanya.