Rasa takut memaksa Liverpool berlari kesetanan dan tidak terkalahkan setahun terakhir di Liga Inggris. Mereka kini unggul 13 poin berkat kemenangan 2-0 atas Sheffield United.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LIVERPOOL, JUMAT - Liverpool FC nyaris tidak memiliki ketakutan terhadap lawan mana pun, kecuali pada euforia akan juara. Meskipun terus berlari kencang dan unggul telak hingga dua digit poin dari pesaingnya di awal putaran kedua Liga Inggris, ”The Reds” pantang jemawa di 18 laga tersisa.
Liverpool saat ini unggul 13 poin dari tim peringkat kedua Liga Inggris, Leicester City, menyusul kemenangan 2-0 atas Sheffield United di Stadion Anfield, Jumat (3/1/2020) dini hari WIB. Keunggulan itu bisa kian melebar menjadi 16 poin karena Liverpool baru menjalani 20 laga. Adapun tim lain seperti Leicester dan Manchester City telah melewati 21 laga.
Kiprah Liverpool di Liga Inggris musim 2019-2020 bisa dibilang menakjubkan. Dari total 60 poin yang bisa diraih pada 20 laga, mereka mengemas 58 angka. Hanya sekali The Reds gagal meraih poin maksimal, yaitu ketika ditahan Manchester United 1-1 di Old Trafford, Oktober 2019.
Dalam sejarah Liga Inggris, rekor serupa hanya mampu diukir satu tim lainnya, yaitu Manchester City pada musim 2017-2018. Ketika itu, ”The Citizens” seolah tidak memiliki pesaing dan berlari kencang sejak awal musim. Mereka pun mengukir sejumlah rekor baru di Liga Inggris seperti jumlah poin tertinggi (100), gol terbanyak (106), dan kemenangan beruntun terbanyak (18 kali).
Pada Januari 2018, mereka unggul 15 poin dari tim peringkat kedua, Manchester United. Keunggulan telak saat itu mendorong salah satu pemain City, Leroy Sane, sesumbar timnya pasti juara, terlepas baru saja dibekap The Reds 3-4 di Anfield ketika itu. Seperti yang disampaikan Sane, di akhir musim itu, City dinobatkan kampiun Liga Inggris dengan margin 19 poin dari MU.
Jejak mengagumkan City itu kini dirunut kembali The Reds, tim yang tepat 30 tahun menanti trofi juara Liga Inggris. Seperti halnya City, Liverpool enggan menoleh ke belakang dan mengukir rekor baru. Kemenangan atas Sheffield misalnya, menggenapi The Reds sebagai satu-satunya tim invincible alias tidak terkalahkan di Liga Inggris setahun terakhir. Total 37 laga dijalani tanpa terkalahkan.
Hanya saja, ada satu perbedaan mencolok dari The Reds dengan City dua musim lalu. Berbeda dengan Sane dan rekan-rekannya di City, tidak satu pun pemain maupun staf pelatih di The Reds yang berani menyebut kata juara meskipun kini telah unggul jauh di puncak Liga Inggris.
”Mereka seperti takut (menyebut juara), mengingat mayoritas belum berpengalaman (meraih gelar Liga Inggris). Saya pernah mengalaminya dulu dan bisa memahami mereka. Anda tidak boleh menggoda takdir masa depan yang dapat mendatangkan nasib sial,” ujar Rio Ferdinand, mantan bek MU yang menjuarai Liga Inggris enam kali, seperti dikutip BT Sports.
Nasib sial
Nasib sial itu pernah menghampiri Liverpool pada musim 2013-2014. Ketika itu, The Reds juga tengah perkasa dan memuncaki Liga Inggris hingga menjelang finis, yaitu pekan ke-36. Suporter The Reds, yang rindu juara, larut dalam euforia dan meneriakkan serta memasang spanduk-spanduk bertuliskan ”Kami juara Inggris” ketika menjamu Chelsea, tiga pekan menjelang akhir musim.
Nahas, Liverpool justru kalah 0-2 di laga itu dengan diwarnai insiden terpelesetnya Steven Gerrard. Sepekan berselang, mereka disalip City setelah kembali kehilangan poin dari Crystal Palace. Euforia berlebih membuat mereka terpeleset di saat-saat genting. City lantas menjadi kampiun pada musim itu dengan keunggulan hanya dua poin dari Liverpool.
”Saat di sana (membela Liverpool), saya sungguh merasakan banyak tekanan hebat, entah itu dari laga maupun para fans, dibandingkan dengan di sini (Manchester City). Di City, kami sepenuhnya menatap pertandingan dan mencoba memenangi setiap laga yang akan dihadapi. Kami menjadi tenang dan mampu mengontrol diri,” ungkap Raheem Sterling, mantan pemain Liverpool yang meraih dua gelar juara Liga Inggris bersama City.
Resep kesuksesan City itu, seperti disampaikan Sterling, lagi-lagi diikuti Liverpool. ”Belum bisa dipastikan kami bakal juara. Namun, sejauh ini, kami telah menciptakan pondasi bagus. Untuk meraihnya, kami harus terus berjuang seperti orang gila di setiap laga tersisa. Tiada yang mudah bagi kami,” ujar Manajer Liverpool Juergen Klopp kepada ESPN.
Meskipun masih enggan menyebut kata juara, Klopp menjamin timnya punya gairah luar biasa untuk meraih gelar yang lama didamba itu. Gairah itu tidak berkurang sedikit pun setelah pengalaman patah hati di musim lalu, yaitu tertinggal hanya satu poin dari City dalam perburuan trofi Liga Inggris.
”Kami tidak akan pernah berhenti mencoba. Kebetulan, musim ini kami sedikit lebih baik dalam memulainya. Gairah kami meraih trofi-trofi luar biasa besar. Itu bukan serakah. Hanya saja, rasanya sangat menyenangkan,” ujar Klopp yang membidik gelar keempatnya di Liverpool dalam setahun terakhir.