Potensi Konflik Menguat
Serangan rudal AS yang menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani, perwira tinggi Iran, memicu kemarahan Teheran. Aksi balas akan dendam memicu potensi konflik besar.
KAIRO, KOMPAS— Konflik senjata berskala besar dan luas kini serta- merta terbuka lebar di Timur Tengah menyusul tewasnya dua komandan elite militer Iran dan loyalisnya, yaitu Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan Jamal Jaafar Ibrahimi alias Abu Mahdi al-Mohandis. Mereka tewas akibat serangan rudal Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Baghdad, Jumat (3/1/2020).
Soleimani menjabat sebagai Komandan Brigade Al-Quds, unit elite di jajaran Garda Revolusi Iran yang bertugas melaksanakan misi revolusi Iran di luar negeri. Al-Mohandis menjabat Wakil Pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, yakni kaukus milisi loyalis Iran di Irak yang kini menjadi kekuatan militer terkuat di negara itu. Brigade Al-Quds dan milisi Hashed al-Shaabi, dua kekuatan militer andalan Iran dalam pertarungan geopolitik di Timur Tengah saat ini.
Di Iran, Soleimani sudah dikenal sebagai orang terkuat kedua setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Al-Mohandis merupakan tangan kanan dan kesayangan Soleimani. Dua tokoh ini dikenal sangat anti-AS dan Israel.
Stasiun televisi Al Arabiya milik Arab Saudi yang berbasis di Dubai memberitakan, Soleimani dan Al-Mohandis mendapat serangan sedikitnya empat rudal dari pesawat tanpa awak (drone) AS pada dini hari. Mereka diserang setelah bersama ombongan keluar dari Bandara Internasional Baghdad pada pukul 01.00. Media Arab lain menyebut, serangan rudal datang dari helikopter tempur Apache milik AS.
Televisi Al Arabiya melansir, serangan besar dan akurat atas Soleimani dan Al-Mohandis dilakukan berkat kerja sama intelijen AS-Israel, yang memantau gerakan Soleimani dalam beberapa bulan terakhir ini.
Sebelumnya, pada awal Oktober 2019, salah seorang komandan Garda Revolusi, Hossein Taeb, mengungkapkan, Iran berhasil menggagalkan konspirasi yang melibatkan Israel dan negara Arab untuk membunuh Soleimani.
Israel sejak lama mengincar Soleimani atas tuduhan berada di balik semua perang Israel-Hezbollah sejak 2006.
Pukulan telak
Tewasnya Soleimani dan Al- Mohandis merupakan pukulan terberat dan membuat panik Iran dan loyalisnya. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Jumat, langsung menunjuk Brigjen Esmail Qaani sebagai komandan baru Brigade Al-Quds, mengingat pentingnya peran brigade itu bagi Iran.
Irak pun yang menjadi tempat tewasnya Soleimani dan Al-Mohandis dalam posisi sangat dilematis. Irak diprediksi akan menjadi ajang konflik AS-Iran paling berdarah pasca-tewasnya Soleimani dan Al-Mohandis. Tewasnya Soleimani dan Al-Mohandis adalah rangkaian dari aksi saling serang AS-Iran di Irak.
Sebelumnya, 29 Desember, pesawat tempur AS menyerang lima pangkalan militer brigade Hezbollah, salah satu unit dalam milisi Hashed al-Shaabi, yang membawa korban 25 tewas dari anggota brigade itu. Serangan AS itu adalah balasan atas serangan belasan rudal brigade Hezbollah ke pangkalan militer K1 di Kirkuk yang membawa korban seorang kontraktor AS tewas.
Warga Irak pro-Iran balik membalas dengan menyerang kantor Kedutaan Besar AS di Baghdad pada Rabu. Hal itu membuat sejarah konflik sengit AS-Iran, yang dimulai sejak aksi penyanderaan 52 diplomat AS di Teheran pada tahun 1979, kini kembali mencapai situasi yang memanas.
Balas dendam
Iran mengumumkan belasungkawa selama tiga hari atas tewasnya Soleimani.
Iran dan loyalisnya pun, seperti Hezbollah di Lebanon dan kelompok Al-Houthi di Yaman, bersumpah akan melancarkan aksi belas dendam secara cepat dan dalam skala besar.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan, akan ada aksi balas dendam keras yang harus ditunggu para kriminal yang tangan mereka berlumuran darah Soleimani dan syuhada lainnya.
Presiden Iran Hassan Rouhani juga menegaskan, Iran akan semakin bertekad melancarkan perlawanan terhadap AS sebagai balasan atas tewasnya Soleimani.
Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami menyatakan, Iran akan melancarkan aksi balas dendam yang keras atas tewasnya Soleimani.
Di Teheran dan beberapa kota lain di Iran, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan memprotes ”kejahatan” AS. Mereka meneriakkan ”Matilah Amerika” sambil mengangkat foto Soleimani.
Sekelompok pria tampak merobek-robek bendera AS sebelum membakarnya. ”Ini adalah langkah yang baik sehingga seluruh dunia akan menyadari
siapa teroris itu. Seluruh dunia mengetahuinya,” kata Ali
Bakhshi, seorang ulama lanjut usia.
Sekelompok pria lain tampak berdiri sambil terisak. ”Saya pikir Amerika telah mengambil risiko besar dan akan mendapatkan responsnya juga,” kata seorang anggota Garda Revolusi Iran yang memiliki nama keluarga Qasemi.
Kantor berita negara Iran, IRNA, memberitakan ada demonstrasi serupa di kota Arak, Bojnourd, Hamedan, Hormozgan, Sanandaj, Semnan, Shiraz, dan Yazd.
AS ataupun Israel segera mengantisipasi aksi serangan balasan Iran atas tewasnya Soleimani dan Al-Mohandis. Israel mengumumkan siaga penuh dan menutup semua tempat wisata di Dataran Tinggi Golan untuk antisipasi aksi balas dendam Iran. Israel juga mengumumkan semua kantor perwakilannya di seluruh dunia meningkatkan keamanan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperpendek kunjungannya ke Yunani setelah mendapat berita tewasnya Soleimani. AS meminta semua warganya di Irak segera meninggalkan negara itu.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, Jumat, mendesak semua pihak menahan diri pasca-kematian Soleimani. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menegaskan, konsisten menentang penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional. China mendesak pihak-pihak terkait, terutama AS, untuk tetap tenang dan menahan diri untuk menghindari meningkatnya ketegangan.
(AFP/Reuters/JOS)