Banjir di Karawang, Jawa Barat, mulai surut. Kalbar, Bali, dan NTT bersiap menghadapi bencana alam. Prakiraan BMKG, ada fenomena seruak dingin yang meningkatkan curah hujan.
Oleh
Melati Mewangi/Kornelis Kewa Ama/Emanuel Edi Saputra/Cokorda Yudistira
·3 menit baca
KARAWANG, KOMPAS— Banjir di lima kecamatan di Karawang, Jawa Barat, mulai surut, Sabtu (4/1/2020) petang. Sementara di Kecamatan Telukjambe Barat, air masih menggenang dengan ketinggian 50-120 sentimeter.
Pada pergantian tahun, sedikitnya enam kecamatan di Karawang kebanjiran akibat meluapnya beberapa sungai. Selain Telukjambe Barat, yang terdampak adalah Jatisari, Cikampek, Banyusari, Cilamaya Wetan, dan Purwasari.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat meninjau banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Sabtu siang, mengatakan, penanganan banjir di wilayah Jabar membutuhkan sinergi antarpemerintah daerah. Ia mencontohkan, Sungai Citarum yang melintasi 12 kabupaten/kota memiliki sejumlah kolam retensi yang dapat mengurangi potensi banjir.
Saat ini, Pemprov Jabar serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah membangun dua bendung, yaitu Bendung Ciawi dan Sukamahi. Pengerjaan kini mencapai 45 persen. Ditargetkan rampung tahun 2021.
Kalau siang balik ke rumah untuk cek barang.
Di Karawang akan dibangun bendung di Sungai Cibeet dan Cilamaya. Bendung adalah tanggul untuk menahan air di sungai, sedangkan bendungan merupakan bangunan penahan atau penimbun air untuk irigasi.
Seorang korban banjir, Icem (46), mengaku mengungsi sementara ke tempat saudaranya. Ia belum berani pulang karena khawatir banjir susulan datang. ”Kalau siang balik ke rumah untuk cek barang,” kata warga Kampung Pengasinan, Desa Karangligar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang Asep Wahyu mengatakan, meski banjir telah surut, warga diimbau tetap mewaspadai potensi banjir susulan.
Siap siaga
Potensi longsor dan banjir juga mengancam sebagian besar wilayah Kalimantan Barat. Pemerintah menetapkan siaga darurat dan menyiapkan upaya antisipasi, mulai dari persiapan perlengkapan, personel, hingga sosialisasi.
Potensi longsor diketahui berdasarkan data potensi gerakan tanah dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Di Kalbar ada 13 kabupaten/kota yang memiliki potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Potensi gerakan tanah terdapat di Kabupaten Bengkayang, Kapuas Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Kubu Raya, Landak, Melawi, Mempawah, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Kota Singkawang, tersebar di 109 kecamatan.
”Kami sudah menginstruksikan BPBD kabupaten/kota yang memiliki potensi gerakan tanah untuk mengantisipasi. Mereka mengingatkan masyarakat di wilayah yang rawan longsor agar meninggalkan tempat sementara waktu jika sudah sangat rawan,” ujar Kepala BPBD Provinsi Kalbar Lumano, Sabtu.
Adapun wilayah rawan banjir, berdasarkan pemetaan BPBD Kalbar, ada di 14 kabupaten/kota atau di seluruh wilayah Kalbar. Desember lalu, sudah ada beberapa kabupaten yang diterjang banjir.
Dampaknya adalah peningkatan curah hujan.
Kepala BPBD Kabupaten Bengkayang Yosef mengatakan, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke wilayah rawan longsor agar masyarakat waspada. Selain itu, dibangun dinding penahan di tebing pada beberapa wilayah rawan longsor.
Prakiraan BMKG, akan terjadi fenomena cold surge (seruak angin) melalui Laut China Selatan. Ini adalah aliran udara dingin dari daratan Asia yang memasuki wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera Barat pada 5 Januari. Dampaknya adalah peningkatan curah hujan. Kalbar akan mengalami pada 11-15 Januari.
Selain Kalbar, Bali juga bersiap siaga menghadapi bencana. Kepolisian Daerah Bali, Sabtu, menggelar apel kesiapsiagaan penanggulangan bencana alam di Lapangan Iptu S Soetardjo Brigade Mobil Polda Bali, Denpasar. Apel ini untuk memastikan kesiapan personel, peralatan, dan koordinasi antarinstansi.
Apel siaga diikuti jajaran Kodam IX/Udayana; Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah III Denpasar; Kantor SAR Denpasar; BPBD Bali; dan Pemprov Bali.
Terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana, Gubernur Nusa Tenggara Timur menyurati para bupati dan wali kota untuk mempertegas kembali komitmen bertindak cepat memberi bantuan darurat jika terjadi bencana. Menurut Kepala BPBD NTT Thomas Bangke di Kupang, Sabtu, daerah paling rawan longsor dan banjir di NTT adalah Pulau Flores.