Isu Beras Berkimia dari Berita Lama Kembali Beredar di Whatsapp
Pesan berantai dari berita lama soal beras dari Malang yang diduga mengandung bahan kimia kembali mencuat di jejaring sosial. Polres Malang menyatakan pesan tersebut tidak benar.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pesan berantai dari berita lama soal beras dari Malang, Jawa Timur, yang diduga mengandung bahan kimia kembali mencuat di jejaring sosial. Polres Malang menyatakan, pesan tersebut tidak benar.
Di awal 2020 pesan tentang beras berkimia beredar di Whatsapp. Pesan itu berisi imbauan agar warga Lampung melaporkan beras dengan merek-merek tertentu ke Satuan Tugas Pangan Polda Lampung.
Dalam pesan itu juga disinggung bahwa produsen beras UD Widodo berada di salah satu desa di Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, telah digerebek oleh Tim Satgas Pangan Polres Malang, Jawa Timur.
Dalam penggerebekan itu, Satgas Pangan Polres Malang menemukan sejumlah jeriken berisi bahan kimia di dalam gudang produksi seluas 70 meter x 30 meter. Jeriken tersebut berisi pestisida, tawas, dan insektisida. Bahan kimia itu dicurigai untuk pemutih beras limbah yang tidak layak konsumsi.
Satgas Pangan Polres Malang pun menyegel 140 ton beras siap edar milik UD Widodo. Di dalam pesan berantai itu juga disebutkan bahwa dalam sehari UD Widodo bisa memproduksi beras kimia 28-30 ton dan dipasarkan di daerah Malang Raya, Surabaya, Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah), dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan).
Masih di dalam pesan tersebut, disinggung juga 10 daftar beras kemasan berbahan kimia, di antaranya Jagung Mas, Beras Maju, Dewi Kunti, Empat Mata Merah, Empat Mata Biru, Lele, Cendrawasih, Tomat, dan Dua Jago.
Kepala Polres Malang Ajun Komisaris Besar Yade Setiawan Ujung saat dikonfirmasi terkait kembali beredarnya pesan tersebut, Minggu (5/1/2020), mengatakan, penggerebekan beras itu terjadi sudah lama, yakni pada 2017.
Menurut Ujung, dalam penyidikan tiga tahun lalu itu, UD Widodo dikenai pelanggaran izin gangguan (HO) yang belum dikantongi perusahaan itu. Saat penggeledahan ditemukan botol-botol kimia yang berguna untuk menghilangkan kutu beras. Namun, saat dilakukan pemeriksaan ke laboratorium, hasilnya negatif, tidak mengandung bahan kimia.
”Ya, namanya medsos (media sosial). Kalau mau konfirmasi silakan ke kami langsung,” ujar Ujung melalui Whatsapp. Ujung meminta masyarakat tidak perlu khawatir menyikapi isu yang sering muncul di medsos itu.
Berdasarkan penelusuran, isu beras mengandung bahan kimia muncul beberapa kali selama dua tahun terakhir. Pada Februari 2018 dan Maret 2019 isu ini mengemuka dengan isi yang sama, hanya bagian kepala berita yang berbeda.
Ya namanya medsos. Kalau mau konfirmasi silakan ke kami langsung.
Pelatih Google News Initiative, Eko Widianto, mengatakan, pesan seperti di atas sering diulang-ulang. Menyebar berantai ke beragam platform medsos. ”Nah, warganet harus waspada tidak boleh percaya begitu saja. Caranya yang mudah bisa mengecek ke media arus utama. Jika tidak ada di media arus utama, ya, harus waspada,” katanya.
Menurut dia, pesan seperti beras mengandung bahan kimia yang berulang bisa masuk kategori hoaks atau berita bohong. Karena mengaitkan suatu peristiwa di daerah lain dengan informasi lain sehingga berpotensi memunculkan pesan yang menyesatkan.
Menurut Eko, motif seseorang menyebar pesan hoaks beragam. ”Apalagi ada merek beras. Bisa saja persaingan atau motif agar masyarakat resah,” ucapnya.