Jembatan Monjot Rusak, Akses ke Jalan Tol Cipali dan Bandara Kertajati Terganggu
Jembatan Monjot di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kembali rusak. Akibatnya, akses utama menuju Tol Cikopo-Palimanan dan Bandara Kertajati dari Majalengka dan Sumedang ini tertutup untuk kendaraan besar.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Jembatan Monjot di Kertajati, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kembali rusak. Akibatnya, akses utama menuju Jalan Tol Cikopo-Palimanan dan Bandara Internasional Kertajati dari Majalengka dan Sumedang ini tertutup untuk kendaraan besar. Perbaikan jembatan ditargetkan rampung dalam 14 hari ke depan.
Jembatan tersebut berlubang dengan diameter 2 meter pada Sabtu (4/1/2020) di lajur Kadipaten arah Gerbang Tol Kertajati, termasuk ruas Jalan Tol Cipali. Bahkan, terdapat bagian yang bolong lebih dari 30 sentimeter. Besi jembatan juga tampak. Begitu pun dengan sungai di bawah jembatan sepanjang 125 meter dengan lebar 7 meter itu.
Akibat kerusakan tersebut, Satuan Lalu Lintas Polres Majalengka dan Dinas Perhubungan Majalengka mengalihkan arus kendaraan untuk bus dan truk mulai Minggu (5/1/2020). Kendaraan besar dari pusat pemerintahan Majalengka dan Sumedang yang akan ke Jalan Tol Cipali harus masuk melalui GT Sumberjaya, bukan GT Kertajati. Jarak tempuh pun bertambah lebih dari 8 kilometer.
Kendaraan besar dari Sumedang dan Majalengka yang ingin ke Bandara Kertajati juga harus melalui GT Sumberjaya atau jalur Jatiwangi dan Jatitujuh. Sedangkan kendaraan besar dari Jakarta yang ingin ke Majalengka diarahkan keluar GT Sumberjaya.
Selain itu, kendaraan besar dari Indramayu yang ingin ke Majalengka juga harus memutar ke Jatitujuh lalu Jatiwangi. Sementara kendaraan kecil, termasuk motor, tetap dapat melintasi Jembatan Monjot dengan bergantian karena satu lajur ditutup.
”Pengalihan arus ini untuk menghindari kerusakan parah di jembatan, termasuk kecelakaan,” kata Kepala Satlantas Polres Majalengka Ajun Komisaris Endang Sujana. Pengalihan arus ini akan dilakukan hingga perbaikan jembatan tuntas.
Muchammad Jusak, Kepala Seksi Pembangunan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Wilayah Pelayanan VI Dinas Bina Marga dan Penataan ruang Provinsi Jabar, mengatakan, perbaikan jembatan membutuhkan waktu 10-14 hari. ”Ini sudah paling cepat karena kami menggunakan teknologi pembetonan yang cepat kering. Biasanya, tanpa itu, butuh sebulan,” katanya.
Jusak menjelaskan, jembatan yang dibangun awal 1990-an itu hanya mampu menampung beban kendaraan hingga 10 ton. ”Tetapi, yang lewat jauh lebih berat dari itu. Ini yang menyebabkan jembatan rusak. Kejadian serupa pernah terjadi pada 2016,” ucapnya.
Pengalihan arus ini untuk menghindari kerusakan parah di jembatan, termasuk kecelakaan.
Bahkan, besi jembatan juga mulai tampak di beberapa sisi. Ketika kendaraan melintas, jembatan bergetar. Menurut dia, dari 25 segmen jembatan, baru satu segmen yang telah diganti sepenuhnya. Perbaikan jembatan kali ini dilakukan dengan mengganti aspal, beton, dan penguatan besi.
Jusak mengatakan, pihaknya telah membentuk tim reaksi cepat jika terdapat jembatan dan jalan rusak. Tim itu bekerja di jalan provinsi wilayah Cirebon, Indramayu, dan Majalengka. Selain Jembatan Monjot, terdapat dua ruas jalan yang rawan longsor di Majalengka, yakni Talaga-Kirisik dan Majalengka-Cikijing.