Liverpool dilanda kelelahan dan badai cedera pemain saat menjamu Everton di Piala FA, Minggu malam. Situasi sulit itu menjadi peluang Takumi Minamino untuk unjuk gigi.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
LIVERPOOL, SABTU – Liverpool seolah mengalami deja vu menjelang derbi Merseyside lawan Everton pada babak ketiga Piala FA, Minggu (5/1/2020) pukul 23.00 WIB. Derbi serupa, tepat dua tahun lalu, menandai debut gemilang bintang baru ”The Reds” saat itu, Virgil van Dijk.
Van Dijk, tulang punggung kesuksesan Liverpool yang menyabet tiga trofi pada 2019, ”dibaptis” pada laga kontra Everton, 5 Januari 2018. Baru saja dipinang dari Southampton, bek tim nasional Belanda itu dengan cepat beradaptasi dengan tim barunya dan mencetak gol kemenangan Liverpool pada laga debutnya di Stadion Anfield. The Reds menang 2-1 dan lolos ke babak keempat Piala FA.
Dua tahun berlalu, Liverpool kembali dihadapkan situasi yang sama. Pemain barunya, Takumi Minamino, berpeluang besar menjalani debut melawan Everton malam ini. Ia bisa menjadi ”oase” di tengah persoalan pelik Liverpool, yaitu kelelahan pemain. Apalagi, sejumlah gelandang serang pelapis, seperti Xherdan Shaqiri, Naby Keita, dan Alex Oxlade-Chamberlain, juga tengah cedera.
Seperti halnya Van Dijk, Manajer Liverpool Juergen Klopp juga berharap Minamino cepat beradaptasi dengan timnya. Tidak seperti mayoritas rekan setim, seperti Fabinho dan Andrew Robertson, yang didatangkan pada musim panas dan punya waktu cukup beradaptasi, Minamino diboyong akhir Desember 2019 lalu. Pemain Asia pertama di Liverpool itu dibeli dari Red Bull Salzburg senilai 7,25 juta euro (Rp 112 miliar).
”Untuk sementara ini, ia tidak perlu berubah. Cukup menjadi dirinya sendiri, seperti saat bersama Salzburg. Saat itu, ia tampil seperti orang gila menghadapi kami. Jadilah seperti itu dan segala sesuatunya akan baik-baik saja. Biar saya yang memikirkan cara terbaik (menaruh posisi Minamino),” ujar Klopp mengenai kemungkinan debut Minamino.
Ketertarikan Klopp atas Minamino itu tidak terlepas dari penampilan gemilangnya saat menghadapi The Reds di penyisihan grup Liga Champions. Meskipun Salzburg dibekap Liverpool 3-4 di Anfield, 3 Oktober, pemain berusia 24 tahun itu menyumbang satu gol dan satu asis. Minamino kembali tampil apik dan meneror The Reds pada duel balasan di Austria, 11 Desember.
Menurut Graham Ruthven, analis sepak bola di Forbes, Minamino merupakan pemain yang sempurna bagi Klopp. Ia mampu bermain fleksibel di banyak posisi, baik itu gelandang serang, striker, atau penyerang kanan. Penampilannya yang energik, intelegensi, dan etos kerjanya yang tinggi menjadi nilai tambah yang berpotensi disukai Klopp.
Dengan demikian, Minamino berpeluang masuk tim inti, bukan sekadar menambah kedalaman skuad The Reds. Sebagai contoh, ia bisa beroperasi di belakang trisula Liverpool, yaitu Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, pada formasi 4-2-3-1. Pada skema 4-3-3 yang menjadi favorit Klopp, Minamino bisa beroperasi di ujung tombak sebagai pengganti Firmino.
”Kami tidak mendatangkannya ke klub ini hanya sebagai pilihan kelima, keenam, atau seterusnya. Ia dapat bermain di banyak posisi yang artinya menambah opsi kami. Untuk itu, sangat bagus jika semua orang memberinya sedikit waktu penyesuaian,” tutur Klopp, dikutip Daily Mail.
Pada laga ini, Klopp kemungkinan menurunkan Minamino sebagai gelandang serang untuk menopang barisan penyerang rotasi, seperti Divock Origi dan Harvey Elliott. Pada laga ini, Klopp hanya membawa 12 pemain senior plus Minamino. Tujuh pemain senior lainnya, seperti Fabinho, Joel Matip, dan Dejan Lovren, masih cedera. Klopp pun terpaksa membawa pemain akademi, seperti Elliott dan Ki-Jana Hoever.
Motivasi Ancelotti
Melemahnya skuad Liverpool menyusul rotasi pemain itu bisa dimanfaatkan Everton yang kini ditangani Carlo Ancelotti. Manajer berpengalaman itu tahu betul cara mengalahkan Klopp. Ancelotti adalah satu-satunya manajer yang bisa mengalahkan Liverpool musim ini. Bersama Napoli, Ancelotti membekap The Reds 2-0 di Italia dan menahan 1-1 di Anfield 1 pada penyisihan grup Liga Champions musim ini.
Motivasi Everton mengalahkan The Reds kian besar mengingat tingginya rivalitas kedua tim. Mereka berniat membalas dendam kekalahan 2-5 di Liga Inggris sekaligus menjadi tim pertama yang mempermalukan Liverpool di Anfield sejak September 2018. Adapun The Toffees menang di Anfield terakhir kali pada 1999.
”Performa biasa-biasa saja tidak cukup untuk menghadapi mereka. Segala sesuatunya harus berjalan sempurna. Tidak boleh ada kesalahan, bekerja keras, bersedia berkorban, dan tampil dengan intensitas tinggi. Kami harus tampil percaya diri dan menyerang, tidak boleh bertahan selama 90 menit,” tutur Ancelotti, manajer yang dipecat Napoli awal Desember lalu. (AFP/Reuters)