Kematian Soleimani membuat situasi Iran memanas. Presiden Donald Trump dinilai telah membawa Washington dan sekutunya ke dalam bahaya dan potensi konfrontasi dengan Iran bersama milisinya di seluruh kawasan.
Oleh
Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
PARIS, SABTU— Di tengah kemarahan Iran dan mitranya atas kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan pesawat nirawak oleh Amerika Serikat pada Jumat lalu, sejumlah negara meminta pihak-pihak terkait tetap menahan diri. Tindakan yang bisa menambah eskalasi harus dihindari.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian, Sabtu (4/1/2020), mengatakan, dirinya telah membahas situasi terkini di Timur Tengah dengan sejumlah mitranya, yakni Menlu Jerman Heiko Maas dan Menlu China Wang Yi, melalui telepon. Menurut Le Drian, mereka bertiga sepakat tentang perlunya menghindari peningkatan ketegangan.
”Kami semua mencatat secara khusus kesepakatan kami tentang pentingnya menjaga stabilitas dan kedaulatan Irak, serta seluruh wilayah secara umum, serta perlunya Iran untuk menghindari pelanggaran baru terhadap perjanjian,” tambah Le Drian.
Dalam kesempatan terpisah, Menlu Heiko Maas mengatakan, tindakan yang menambah eskalasi di kawasan harus dicegah. Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel bin Ahmed Al-Jubeir, melalui Twitter, ikut menyerukan agar semua pihak menahan diri guna menghindari ”konsekuensi yang tak tertahankan.”
Pemerintah China menyatakan prihatin dan mendesak ”semua pihak yang berkepentingan, terutama Amerika Serikat, untuk tetap tenang dan menahan diri serta menghindari meningkatnya ketegangan lebih lanjut.”
Operasi itu bertujuan menghalangi rencana serangan Iran pada masa depan.
Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan, dalam pembicaraan antara Menlu Wang Yi dan mitranya, Menlu Iran Javad Zarif, Sabtu, Wang mengatakan, AS seharusnya tidak ”menyalahgunakan kekuatan” dan sebaiknya mencari solusi melalui dialog.
Tak dapat dimungkiri, setelah kematian Soleimani dan loyalisnya, Abu Mahdi al-Mohandis, wakil pemimpin milisi Hashed al-Shaabi (milisi loyalis Iran di Irak), situasi memanas. Dengan memerintahkan serangan atas Soleimani, seorang petinggi Garda Revolusi Iran, serta Al-Mohandis, Presiden Donald Trump dinilai telah membawa Washington dan sekutunya, terutama Arab Saudi serta Israel, ke dalam bahaya dan potensi konfrontasi dengan Iran bersama milisinya di seluruh kawasan.
Sebelum ini, Departemen Pertahanan AS menyampaikan, serangan atas Soleimani di Baghdad, Irak, dilakukan karena pemimpin Pasukan Quds (unit dari Garda Revolusi yang mengurusi operasi di luar Iran) itu telah ”mengatur” serangan terhadap pangkalan koalisi di Irak beberapa bulan terakhir. Ia juga menyetujui ”serangan” terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad belum lama ini.
Washington menyebutkan, operasi itu bertujuan menghalangi rencana serangan Iran pada masa depan. Menurut Washington, AS akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi negara itu dan kepentingannya di seluruh dunia.
Balas dendam
Gholamali Abuhamzeh, komandan Pengawal Revolusi di Provinsi Kerman, Iran, mengatakan, Teheran akan menghukum orang Amerika ”di mana pun mereka berada”, dan meningkatkan kemungkinan serangan terhadap kapal di Teluk.
Pada Sabtu pagi, di Baghdad, ribuan pelayat yang mengikuti pemakaman Soleimani meneriakkan ”Amerika adalah setan”.
Para pelayat, sebagian besar pria berseragam militer hitam, membawa bendera Irak dan bendera milisi yang didukung Iran yang sangat loyal kepada Soleimani.
Acara pemakaman dimulai di tempat suci Imam Kadhim di Baghdad. Selain mengecam AS dan Israel, mereka menyerukan bahwa serangan AS yang menewaskan Soleimani dan Al-Mohandis adalah serangan yang sangat menyakitkan. ”Namun, itu tak akan mengguncang kami,” seru mereka.
Iran dan para pendukungnya bersumpah membalas dendam kematian Soleimani serta Al-Mohandis. Situasi inilah yang dikhawatirkan sejumlah pihak akan meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik terbuka antara Iran dan AS.
Abuhamzeh menyebutkan sejumlah kemungkinan target pembalasan, termasuk jalur perairan di wilayah Teluk yang menjadi jalur utama distribusi minyak dunia.