Akses Jalan ke Lokasi Segera Dipulihkan
Presiden Joko Widodo menginstruksikan aparat untuk mempercepat pembukaan akses jalan ke lokasi yang terisolasi atau tertutup longsor.
BOGOR, KOMPAS Hingga Minggu (5/1/2020), akses jalan menuju enam desa di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih terputus. Warga korban atau para sukarelawan harus berjalan kaki selama 1-2 jam untuk membawa bantuan dari posko menuju lokasi terdampak bencana.
Keenam desa itu adalah Kiarasari, Kiarapandak, Urug, Cisarua, Cileuksa, dan Pasir Madang. Kendaraan pengangkut bantuan hanya dapat mengantar hingga Desa Sukamulih di seberang enam desa tersebut.
”Bapak Presiden memberikan instruksi kepada kami untuk melakukan berbagai upaya agar secepatnya membuka akses ke desa-desa yang terisolasi sehingga bantuan dapat segera disalurkan,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo yang turut mendampingi Presiden Joko Widodo saat naik helikopter memantau lokasi bencana banjir bandang dan longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu pagi.
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menambahkan, pembukaan akses jalan ditargetkan selesai pada Senin atau Selasa ini. Akses jalan itu penting terutama untuk distribusi bantuan. Kemarin, Presiden Jokowi juga mengirimkan bantuan berupa 6.000 paket bahan pokok dan sejumlah uang. Bantuan diserahkan kepada perwakilan warga dan Camat Sukajaya.
Terputusnya akses jalan juga menyulitkan warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan atau ingin mengungsi ke lokasi lain. Warti (45), warga Pasir Madang, terpaksa berjalan kaki menuju lokasi pengungsian. Yati (25), yang hamil delapan bulan, juga berjalan kaki dari Desa Cileuksa menuju Sukamulih. ”Tadi pagi berangkat pukul 05.30 dari Cileuksa, pukul 11.40 baru sampai sini (Sukamulih),” ujar Yati yang akan mengungsi ke rumah orangtuanya di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Camat Sukajaya Hidayat Saputradinata mengatakan, akses jalan sudah mulai dibuka. Warga juga tidak terisolasi total karena bantuan mulai terdistribusikan kepada para korban. Selain Kecamatan Sukajaya, banjir bandang dan longsor juga melanda Kecamatan Jasinga, Cigudeg, serta Nanggung di Kabupaten Bogor.
Banjir bandang dan tanah longsor juga terjadi enam kecamatan di Kabupaten Lebak, Banten. Keenam kecamatan itu adalah Sajira, Cipanas, Lebakgedong, Curugbitung, Maja, dan Cimarga, yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Kabupaten Lebak, banjir bandang merusak delapan jembatan, baik jembatan permanen maupun jembatan gantung. Akibatnya, sejumlah warga di Kecamatan Cimarga, Sajira, Curugbitung, dan Cipanas terisolasi karena akses penghubung putus.
Potensi hujan lebat
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo menginformasikan, potensi hujan lebat juga terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam periode 5-8 Januari 2020. Hal ini terjadi karena berkurangnya pola tekanan rendah di belahan bumi utara dan meningkatnya pola tekanan rendah di wilayah bumi selatan.
Wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem itu antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawat Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Selain itu, potensi hujan juga diprakirakan terjadi di seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
Pengungsi di Jakarta
Berdasarkan data BPBD DKI Jakarta, masih ada 21 lokasi pengungsian di Jakarta. Jumlah pengungsi korban banjir sebanyak 4.401 jiwa. Sejumlah pengungsi masih bertahan di pengungsian karena rumah mereka belum bisa dihuni meskipun banjir sudah surut. Di Kampung Lubang, Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, air masuk ke permukiman warga hingga setinggi 4-6 meter pada Rabu.
Walau sejak hari Sabtu air sudah surut, sisa endapan lumpur mencapai 50 sentimeter, baik di gang maupun rumah warga. Sampah yang terbawa banjir juga masih menumpuk di gang-gang sempit kampung.
Lurah Pengadegan Azhari mengatakan, pembersihan endapan pada Minggu kemarin difokuskan di medan sulit, yaitu cekungan. Sampah susah diangkut karena hanya mengandalkan pembersihan manual. ”Di Kampung Lubang RT 005, 006, 007, RW 001 paling parah karena sedimentasinya bisa sampai selutut (sekitar 50 sentimeter). Kami sedang menunggu penyemprotan dari damkar supaya endapan lumpur bisa dialirkan ke Kali Ciliwung,” ujar Azhari.
Di rumah warga, lumpur yang terbawa banjir bahkan mencapai 1 meter. Aliran listrik di sejumlah kawasan juga belum pulih sehingga pompa air tidak bisa difungsikan. Padahal, air dibutuhkan untuk menyingkirkan lumpur dari rumah. Adapun warga di pengungsian saat ini masih membutuhkan barang-barang seperti karbol/disinfektan, alat kebersihan, popok, air minum, selimut, pakaian, pakaian dalam, dan makanan siap saji.
Terkait kesehatan, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, Minggu, menuturkan, surat edaran tentang kewaspadaan kejadian luar biasa leptospirosis telah diterbitkan dan diteruskan kepada semua pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini merujuk pada kasus leptospirosis yang terus meningkat di sejumlah daerah, terutama saat musim hujan tiba.
”Leptospirosis secara epidemiologis terjadi di hampir semua daerah di Indonesia karena semua daerah di Indonesia punya tikus sebagai inang atau host dari kuman leptospira. Dikhawatirkan bisa berpotensi terjadi kejadian luar biasa leptospirosis,” katanya. (NTA/KUM/HAR/TAN/DEA/IDO/AYU)