Dampak Ekonomi Kebakaran Hutan Capai Triliunan Rupiah
Kebakaran hutan di Australia menyebabkan kerugian ekonomi luar biasa. Diprakirakan kerugian mencapai lebih dari 600 juta dollar Australia atau lebih dari Rp 5,8 triliun.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·2 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Kebakaran hutan di Australia diprakirakan menimbulkan kerugian ekonomi luar biasa. Sejak Oktober tahun lalu, klaim asuransi terkait bencana itu telah melebihi 600 juta dollar Australia atau sekitar Rp 5,8 triliun. Asuransi itu antara lain terkait dengan klaim biaya pengobatan.
Menurut David Bowman, peneliti kebakaran dari Universitas Tasmania, biaya pengobatan di Tasmania pada awal 2019 saja sudah mencapai 25 juta dollar Australia. ”Kebakaran kali ini berdampak pada sepertiga penduduk Australia dengan gangguan kesehatan jangka panjang. Dampak sosial dari udara yang berasap dan penurunan produktivitas belum dihitung,” ujarnya, seperti dikutip BBC.
Kerugian ekonomi yang ditanggung Sydney dalam sehari ketika asap menyelimuti ibu kota Negara Bagian New South Wales itu mencapai 50 juta dollar Australia, sekitar Rp 486 miliar, menurut SGS Economics and Planning, seperti dilaporkan Sydney Morning Herald. Pekerja tidak dapat bekerja dan orang tidak berbelanja karena harus tinggal dirumah.
”Sydney menghasilkan sekitar 1,2 miliar dollar sehari. Kejadian luar biasa seperti ini mengurangi produk domestik bruto sebesar 12-50 juta dollar dalam sehari,” ujar Terry Rawnsley dari SGS, seperti dikutip Sydney Morning Herald.
Foto pelabuhan Sydney yang diselimuti asap yang dilihat di seluruh dunia akan berdampak pada sektor pariwisata Sydney, menurut CEO Committee for Sydney Gabriel Metcalf.
”Kebakaran hutan merusak citra Australia karena memberi kesan Australia gagal menganggulangi perubahan iklim,” tutur Gabriel Metcalf.
Para ahli lingkungan mengatakan, kekeringan dan suhu udara yang panas tidak akan berkurang di masa mendatang, melainkan bertambah. Mereka menamakan fenomena ini ”the new normal”.
Strategi
Baik Bowman maupun Rawnsley mengusulkan strategi pencegahan kebakaran yang lebih masuk akal dalam soal biaya, seperti strategi baru dalam pengelolaan lahan dan pencegahan kebakaran, pemakaian standar bangunan yang lebih baik, serta kebijakan penggunaan lahan yang lebih ketat.
”Iklim sudah berubah, sekarang persoalannya bagaimana kita meresponsnya. Bagaimana kita menyesuaikan diri dan berubah,” tutur Rawnsley, seperti dikutip BBC.
Menurut SGS, lebih dari 1,6 juta orang tinggal di kawasan yang memiliki risiko tinggi kebakaran hutan di NSW dan Victoria. Bahkan, sejak kebakaran besar Black Saturday di Victoria yang menewaskan 173 orang pada 2009, orang tetap pindah ke kawasan yang berisiko terbakar. Jumlah mereka yang pindah sebanyak 29.000 di NSW dan 110.000 di Victoria.