Masyarakat internasional dan regional hari Minggu berlomba dengan waktu untuk mencegah meletusnya perang terbuka AS-Iran pasca-tewasnya Mayjen Qassem Soleimani.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo - Mesir
·3 menit baca
Masyarakat internasional dan regional hari Minggu berlomba dengan waktu untuk mencegah meletusnya perang terbuka AS-Iran pasca-tewasnya Mayjen Qassem Soleimani.
Kairo, Kompas Uni Eropa, Qatar, dan Kesultanan Oman bergegas terlibat langsung dalam upaya menurunkan ketegangan AS-Iran saat ini. Uni Eropa, Qatar, dan Oman dikenal memiliki hubungan baik dengan AS dan Iran. Uni Eropa pada Minggu (5/1/2020) mengundang Menlu Iran Mohammad Javad Zarif untuk berkunjung ke Brussels, Belgia, dalam upaya menurunkan ketegangan AS-Iran.
Sebelumnya, Sabtu lalu, Menlu Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani menuju Teheran. Ini dalam upaya menurunkan ketegangan dan mencegah AS dan Iran, yang bermusuhan sejak revolusi Iran tahun 1979, agar tidak terjerumus ke dalam perang terbuka. Setiba di Teheran, Menlu Thani langsung menemui mitranya, Menlu Zarif; Ketua Parlemen Iran Ali Larijani; dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Menurut stasiun televisi Al Jazeera yang berbasis di Doha, Menlu Qatar menyampaikan bahwa Qatar memahami kemarahan besar Iran atas tewasnya Soleimani oleh serangan AS, tetapi hendaknya Teheran bisa memberi reaksi balasan yang rasional sehingga tidak meletupkan perang AS-Iran.
Kepada Menlu Thani, Menlu Zarif mengatakan, pembunuhan atas Soleimani adalah tindakan teroris, dan AS harus memikul tanggung jawab. Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, menegaskan, para jenderal Garda Revolusi Iran akan melanjutkan perjuangan Soleimani.
Qatar dikenal memiliki hubungan baik dengan Iran ataupun AS. Bahkan, Qatar membangun aliansi strategis dengan Iran melawan poros Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir pasca-kuartet Arab itu memblokade Qatar sejak Juni 2017. Adapun AS memiliki pangkalan militer Al Udeid di Qatar yang merupakan salah satu pangkalan militer terbesar AS di Timur Tengah. Kesultanan Oman juga menyerukan AS-Iran lebih mengutamakan jalur diplomasi dan dialog untuk menurunkan ketegangan kedua negara.
Menlu Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah diberitakan akan berkunjung ke Teheran dalam waktu dekat dalam upayamencegah perang terbuka AS-Iran.
Kementerian Luar Negeri Oman dalam keterangan pers, yang dirilis kantor berita Oman (ONA), mengatakan, Kesultanan Oman memantau perkembangan ketegangan AS-Iran yang sangat disayangkan itu dan hendaknya kedua negara lebih memberi prioritas jalur dialog. Menlu Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah diberitakan akan berkunjung ke Teheran dalam waktu dekat dalam upaya
mencegah perang terbuka AS-Iran.
Oman juga dikenal memiliki hubungan baik dengan Iran dan AS. Adalah Oman yang menjadi mediator AS-Iran sehingga tercapai kesepakatan nuklir antara AS dan sejumlah negara lain dengan Iran tahun 2015. Kesepakatan nuklir itu kemudian dibatalkan secara pihak oleh Presiden AS Donald Trump pada Mei 2018 yang menaikkan tingkat ketegangan AS-Iran hingga saat ini.
Sikap Iran
Namun, Jubir Kemenlu Iran, Abbas Mousavi, dalam konferensi pers, Minggu, di Teheran, masih mengisyaratkan bahwa Iran akan tetap melancarkan serangan balasan atas tewasnya Mayjen Qassem Soleimani meskipun ada upaya mediasi. Mousavi mengatakan tidak bisa berspekulasi tentang apa yang akan terjadi tetapi Iran siap menghadapi keadaan apa pun.
Mousavi menegaskan, Menlu Qatar sama sekali tidak berbicara soal kompromi itu.
Menurut Mousavi, tewasnya Soleimani memiliki dampak luas, dan pelakunya harus bertanggung jawab. Ia lalu membantah berita bahwa Qatar menawarkan solusi kompromi dalam bentuk Iran tidak melancarkan serangan balasan dengan imbalan AS mencabut sanksi atas Iran. Mousavi menegaskan, Menlu Qatar sama sekali tidak berbicara soal kompromi itu.
Terkait tawaran UE, Mousavi mengatakan, kunjungan Zarif ke Brussels belum ditentukan waktunya. Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump melalui Twitter menegaskan, jika Iran menyerang kepentingan strategis, AS telah menetapkan 52 sasaran milik Iran, termasuk pusat-pusat kebudayaan strategis, yang digempur dalam waktu cepat dengan kekuatan besar. Ancaman Trump itu menjawab ancaman Iran yang akan menggempur 35 basis AS di seluruh dunia. (AFP)