Evaluasi terhadap gedung-gedung sekolah mendesak dilakukan guna memastikan selain aman juga kondisinya layak menampung siswa dengan berbagai kebutuhan pemelajaran.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
CIBINONG, KOMPAS — Mulai tahun ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan melakukan survei untuk memeriksa kondisi semua gedung sekolah. Survei ini melibatkan Badan Nasional Penanggulangan bencana dan pemerintah daerah.
Evaluasi terhadap gedung-gedung sekolah mendesak dilakukan guna memastikan selain aman juga kondisinya layak menampung siswa dengan berbagai kebutuhan pemelajaran. Renovasi maupun pembangunan ulang gedung tidak bisa ditawar lagi menggunakan standar nasional agar kualitasnya terjamin serta tahan lama.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan hal tersebut di sela-sela kunjungannya ke SDN Cirimekar 02 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1/2020). Nadiem menengok para siswa dan guru SDN Cirimekar 02 yang atap sekolahnya ambruk akibat diterpa hujan deras selama berhari-hari. Dalam kesempatan itu ia juga menyerahkan bantuan berupa perlengkapan belajar dan buku-buku cerita.
Menjelaskan pernyataan Mendikbud, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemdikbud Harris Iskandar mengatakan, semua gedung sekolah semestinya kini diperiksa kembali jika benar memenuhi standar petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Per tahun 2019 pemerintah pusat telah memutuskan agar pembangunan sekolah diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Harris menjelaskan, skema pembangunan sekolah selama ini ada dua. Pertama dengan menggunakan dana dari Kemdikbud. Caranya, pemerintah daerah mengajukan proposal pembangunan gedung kepada Kemdikbud. Syaratnya pemda harus bekerja sama dengan pakar bangunan lokal seperti insinyur sipil, arsitek, dosen bidang terkait, atau bisa juga guru SMK bidang teknik bangunan yang tersertifikasi untuk menentukan lokasi dan membuat rancang bangun.
Rancangan itu akan dievaluasi oleh tim arsitek Kemdikbud untuk memastikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 24/2007 tentang Sarana an Prasarana SD/Madrasah Ibtidaiyah, SMP/Madrasah Tsanawiyah, dan SMA/Madrasah Aliyah. Jika disetujui oleh pusat, salah satu anggota tim arsitek Kemdikbud akan turun ke lapangan mengawasi pembangunan. Menurut Harris, setidaknya ada 4.000 sekolah dari total 169.378 sekolah negeri yang dibangun oleh Kemdikbud.
Skema kedua adalah dengan menggunakan anggaran pendidikan daerah yang merupakan metode paling banyak diterapkan di lapangan. Akan tetapi, salah satu kendala skema ini ialah pemastian pemenuhan standar kelayakan dan pengawasan berkalanya tidak terjamin.
Contohnya adalah satu unit gedung SDN Cirimekar 02 yang pada 1 Januari 2019 jam 04.30 roboh atapnya akibat dilanda hujan deras selama sepekan. Akibatnya, tiga ruang kelas tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Untuk sementara, didirikan tenda belajar agar kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan.
Sebelumnya, pada November 2019 atap SD Gentong di Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) juga roboh, bahkan ketika kegiatan belajar tengah berjalan dan menewaskan seorang siswa beserta seorang guru. Di Jawa Barat, SDN 1 Getrakmoyan di Cirebon juga nyaris roboh akibat tanah yang tidak stabil. Di Sragen, Jawa Tengah, aula SMKN 1 Miri ambruk karena diterpa angin kencang dan menimpa 22 siswa walaupun tidak ada korban jiwa.
Kepala SDN Cirimekar 02 Siti Choeriah mengungkapkan dua unit gedung sekolahnya dibangun pada tahun 2011 oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pihak sekolah memang sudah mengajukan permintaan kepada pemda untuk merenovasi kedua gedung itu karena rangka baja ringan untuk langit-langitnya sudah tidak stabil. Proposal tersebut disetujui pemda dan salah satu gedung sudah disterilkan dari kegiatan belajar.
“Unit yang tersisa dipakai kegiatan belajar malah roboh atapnya. Untung kejadiannya pas subuh sehingga enggak ada yang terluka,” tuturnya. Saat ini siswa ditampung di tenda belajar yang didirikan di pekarangan sekolah.
Menurut Siti, selama satu tahun ke depan siswa diungsikan ke SDN Cirimekar 01 yang letaknya tidak jauh. Masalahnya, siswa SDN Cirimekar 02 jumlahnya 203 orang, sementara SDN Cirimekar 01 jumlah siswanya hanya 80 orang. Siswa yang mengungsi terpaksa masuk dari pukul 12.00 hingga 17.00 di sekolah yang ukurannya lebih kecil dari sekolah asal mereka.