Perkosa Ratusan Pria Manchester, Reynhard Sinaga Dipenjara Seumur Hidup
Seorang warga negara Indonesia, Reynhard Sinaga (36), divonis penjara seumur hidup atau dengan jangka waktu paling kurang 30 tahun.
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Seorang warga negara Indonesia, Reynhard Sinaga (36), divonis penjara seumur hidup atau dengan jangka waktu paling kurang 30 tahun. Ia terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan serangan seksual atau perkosaan atas 48 pria dari 159 kasus pelecehan di Manchester, Inggris.
Dalam pengadilan yang berlangsung pada Senin (6/1/2020) ini di Manchester, Reynhard terbukti melakukan 159 pelanggaran, termasuk 136 pemerkosaan, yang terekam melalui dua ponsel. Masih ada setidaknya 70 korban yang belum diidentifikasi polisi.
Sebagian korban diperkosa berkali-kali oleh Reynhard. Tindak perkosaan itu semua dilakukan di apartemennya di pusat kota Manchester yang menjadi tempat tinggalnya sejak 2011 sampai ditahan pada Juni 2017.
Polisi mengatakan, Reynhard memerkosa para korban setelah ia membujuk mereka masuk ke dalam apartemennya dan membiusnya. Jaksa pun menyebut Reynhard sebagai pemerkosa yang paling banyak korbannya dalam sejarah hukum Inggris Raya.
Atas tindakan itu, Reynhard dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan jangka waktu minimal 30 tahun. Saat dua sesi persidangan sebelumnya yang berlangsung pada 2018 dan 2019, Reynhard dijatuhi 88 hukuman seumur hidup dengan jangka waktu minimal 20 tahun.
Dia terbukti telah melakukan 159 pelanggaran, termasuk 136 perkosaan, yang difilmkannya di dua ponsel. Polisi belum mengidentifikasi setidaknya 70 korbannya.
Reynhard mengklaim, para korban ikut memainkan fantasi seksualnya dengan nikmat. Padahal, mereka dalam kondisi tidak sadar ketika Reynhard berhubungan secara intim dengan mereka.
Pembelaan Reynhard pun disebut sebagai ”menggelikan” dan ditolak dengan suara bulat oleh empat hakim pengadilan. Dalam rekaman video, korban Reynhard bisa didengar sedang ngorok ketika diperkosa.
Reynhard pindah ke Inggris pada 2007 ketika berusia 24 tahun. Biasanya, ia mengincar para sarjana yang berusia belasan tahun atau awal 20 tahunan.
Pria heteroseksual
Dalam sidang, Reynhard disebut memiliki sejumlah metode yang telah diuji beberapa kali untuk menemukan korban di luar kelab malam dan tidak jauh dari apartemennya yang berada di Jalan Princess, pusat kota Manchester.
Ia biasanya keluar setelah tengah malam dan menunggu di luar kelab, biasanya di Factory atau Fifth. Korban yang diincar biasanya pemuda heteroseksual yang diusir penjaga kelab atau kehilangan teman mereka. Beberapa di antara mereka tidak punya uang untuk naik taksi pulang ke rumah. Ada juga yang kehabisan baterai ponselnya.
Semua korban dalam keadaan mabuk ketika mereka didekati oleh pria kecil asal Indonesia, yang tampak tidak berbahaya. Korban pun langsung sepakat ketika Reynhard menawarkan mereka apabila ingin tidur di apartemennya atau minum-minum lagi. Kisah itu akhirnya berakhir ketika salah satu korban bangun dan menelepon nomor darurat Inggris 999 pada Juni 2017.
Menurut Hakim Suzanne Goddard QC, Reynhard merupakan tipe anak muda yang gemar bepergian ke pusat kota Manchester dan ”tidak menginginkan apa pun selain malam yang seru bersama teman-teman mereka”.
Setelah penangkapan Reynhard, polisi menemukan film pada dua ponsel iPhone yang menunjukkan bagaimana dia memerkosa sejumlah pemuda yang tampak ketiduran.
Ketika polisi Greater Manchester memeriksa perangkat digital Reynhard, mereka menemukan materi rekaman sebesar 3,29 TB atau setara dengan 250 DVD atau 300.000 foto. Salah satu rekaman itu menggambarkan bagaimana serangan seksual bisa berlangsung hingga mencapai delapan jam. Hanya sedikit korban yang tahu bahwa mereka telah diperkosa. Itu pun ketika polisi mengunjungi mereka beberapa tahun kemudian.
Berbulan-bulan analisis polisi berhasil mengidentifikasi 195 korban, yang semuanya tidak sadar ketika Reynhard memerkosa mereka. Penyelidik tidak pernah menemukan obat yang dia gunakan untuk melumpuhkan korbannya.
Dampak psikologis
Para korban menyatakan bagaimana pelecehan seksual itu berdampak negatif pada karier dan hubungan pribadi mereka. Ada yang mengatakan merasa terisolasi secara sosial dan beralih ke alkohol. Mereka pun tidak sanggup menceritakannya kepada teman atau keluarga.
Seorang remaja menggambarkan Sinaga sebagai ”predator jahat” dan ”monster tak berwajah”. Ia diberi tahu oleh polisi bahwa ia telah diperkosa dan kesadaran itu dinyatakan ”mengubah hidup saya selamanya”.
Sejak itu, dia mulai minum banyak alkohol dan mengalami serangan panik yang dianggap membahayakan diri sendiri.
Terhadap testimoni dan kesaksian itu, Reynhard menunjukkan sedikit reaksi. Sambil duduk di antara dua petugas keamanan, ia hanya menguap dan bermain-main dengan rambutnya. (BBC/THE GUARDIAN)