Presiden Jokowi, Bencana, dan Reaksinya
Presiden Joko Widodo hampir tak pernah absen turun ke lapangan saat bencana alam menimpa warganya. Bencana banjir, banjir bandang, serta tanah longsor yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia sejak 1 Januari 2020 juga tak luput dari perhatiannya. Banjir yang melanda sejumlah kawasan di DKI Jakarta, misalnya, membuat Presiden Jokowi ingin menyapa korban bencana dan mencari tahu penyebabnya.
Hari Jumat (3/1/2020) pagi lalu, tanpa aba-aba, tiba-tiba Presiden Jokowi menuju Waduk Pluit di Jakarta Utara. Inspeksi itu benar-benar dilakukan mendadak, sampai-sampai luput dari peliputan media. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Kepresidenan juga gagal meliput kegiatan Presiden Jokowi di Waduk Pluit.
Satu-satunya bahan pemberitaan didapat dari video yang direkam salah satu asisten ajudan Presiden. Rupanya mantan Gubernur DKI Jakarta itu datang untuk mengecek jumlah mesin pompa dan alat berat yang tersedia di Waduk Pluit. Baginya, ketersediaan pompa dan alat berat itu penting mengingat Waduk Pluit merupakan salah satu tempat penampungan air yang berperan penting dalam penanganan banjir.
Tak cukup di Jakarta, Presiden Jokowi juga berniat melihat langsung kondisi lokasi banjir bandang dan longsor di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Awalnya tersiar informasi, mantan Wali Kota Surakarta itu akan meninjau dan memberikan bantuan di Sukajaya pada Sabtu (4/1/2020). Akan tetapi, rencana itu batal karena tim survei membutuhkan waktu lebih panjang untuk memastikan keamanan kawasan dan lainnya.
Akhirnya, jadwal kunjungan Presiden Jokowi ditetapkan pada Minggu (5/1/2020). Kepala Negara lepas landas menggunakan helikopter kepresidenan Super Puma dari Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja, Bogor pada pukul 08.15. Setelah sekitar 15 menit terbang, cuaca tiba-tiba memburuk. Padahal, saat itu helikopter kepresidenan sudah berada di atas Sukajaya dan siap mendarat di lapangan yang ada di depan kantor Kecamatan Sukajaya.
Berkurangnya jarak pandang membuat pilot helikopter kepresidenan, Letnan Kolonel (Pnb) Yosep Frits, memutuskan untuk tidak mendarat. Namun, atas arahan Presiden Jokowi, pilot mengitari langit Sukajaya sambil menunggu cuaca membaik. Rupanya, Presiden Jokowi masih berusaha untuk bisa bertemu langsung dengan warga korban bencana. Namun, ternyata kabut semakin tebal dan hujan mulai turun sehingga akhirnya pilot memutuskan kembali ke Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja.
Selama di atas helikopter, Presiden Jokowi tidak tinggal diam. Ia berdiskusi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, serta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
”Bapak Presiden memberikan instruksi kepada kami untuk melakukan berbagai upaya agar secepatnya akses ke desa-desa yang terisolasi segera terbuka sehingga bantuan dapat segera disalurkan,” kata Doni setibanya di Pangkalan Atang Sendjaja.
Sebanyak enam desa di Kecamatan Sukajaya masih terisolasi akibat sejumlah jalan akses tertimbun longsor di beberapa lokasi. Keenam desa itu adalah Kiarasari, Kiarapandak, Urug, Cisarua, Cileuksa, dan Pasir Madang. Kondisi itu membuat distribusi bantuan dari pemerintah ataupun lembaga non-pemerintah tersendat. Kendaraan pengangkut bantuan hanya bisa mengantar hingga Desa Sukamulih yang terletak di seberang keenam desa itu.
Karena Presiden Jokowi batal mendarat, bantuan untuk warga diserahkan oleh Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono. Mewakili Presiden Jokowi, Heru menyerahkan 6.000 paket bahan pokok dan sejumlah uang kepada perwakilan warga dan Camat Sukajaya Hidayat Saputradinata.
”Kami mewakili Bapak Presiden untuk menyampaikan bantuan sembako. Selain itu, Bapak Presiden memberikan lain-lain yang sudah saya serahkan,” katanya didampingi Bupati Bogor Ade Yasin dan Staf Khusus Presiden bidang Sosial Angkie Yudistia.
Medan berat
Sebenarnya selain dari Presiden Jokowi, bantuan juga banyak dikirimkan oleh lembaga sosial, organisasi kemasyarakat, komunitas, bahkan partai politik. Namun, akses jalan yang terputus membuat kendaraan pengangkut bantuan tidak bisa langsung ke lokasi bencana.
Mobil pengangkut bantuan hanya bisa mengirim hingga Desa Sukamulih yang terletak di seberang kawasan terisolasi. Para sukarelawan kesulitan mengangkut bantuan ke lokasi bencana karena medan yang relatif berat.
Hanya ada satu jalur alternatif menuju Desa Pasir Madang yang menjadi pusat Kecamatan Sukajaya, yakni melalui perbukitan dengan tanah licin karena terus diguyur hujan. Tak hanya itu semua warga dan sukarelawan juga harus melalui bekas sawah yang menjadi sungai baru akibat banjir bandang.
Jika tak berhati-hati melangkah, bisa-bisa terperosok ke lumpur yang relatif dalam. Salah seorang pejabat di Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden juga sampai kesulitan melangkah karena terperosok lumpur hingga kedalaman sepangkal paha. Untung saja setelah 15 menit terperosok, pejabat itu berhasil diangkat oleh dua warga yang kebetulan lewat.
Bukit yang licin pun tak mudah untuk dititi. Seorang juru kamera sebuah stasiun televisi nasional sampai dua kali terguling saat turun bukit dalam perjalanan dari lokasi peninjauan di Pasir Madang menuju Sukamulih.
Perbukitan yang licin dan penuh lumpur itulah yang menjadi satu-satunya jalan untuk mendistribusikan bantuan. Warga yang bergotong royong mengambil bantuan dari Sukamulih untuk diantar ke enam desa terisolasi bergantian melewati perbukitan itu. Mereka rela berjalan 1-1,5 jam demi mendapatkan bahan pokok, pakaian, dan kebutuhan lainnya.
Warga yang membutuhkan penanganan kesehatan lanjutan atau akan mengungsi juga hanya bisa melalui jalan setapak yang baru dibuka di perbukitan itu. Salah satunya Warti (45), warga Pasir Madang, yang terpaksa berjalan kaki menuju Sukamulih. Bersama suaminya yang bernama Mus (50), Warti yang tengah sakit akan mengungsi ke Sukabumi.
Seorang ibu hamil bernama Yati (25) juga berjalan kaki dari Desa Cileuksa menuju Sukamulih. Dengan perut yang besar karena sudah hamil delapan bulan, Yati bersama suami, adik, dan kakaknya berjalan kaki selama enam jam menuju Sukamulih. ”Tadi pagi berangkat pukul 05.30 dari Cileksa, pukul 11.40 baru sampai sini (Sukamulih),” tutur Yati yang akan diungsikan ke rumah orangtuanya di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor.
Sebenarnya Kementerian PUPR telah mengirim enam ekskavator untuk membuka jalan yang tertimbun tanah longsor. Camat Sukajaya Hidayat juga menegaskan bahwa pembukaan jalan sudah mulai dilakukan.
Namun, kenyataannya, hingga empat hari setelah longsor, jalan belum juga bisa dilintasi. Seorang sukarelawan dari lembaga sosial kebencanaan sempat berkelakar, biasanya proses perbaikan infrastruktur bisa cepat dilakukan jika Presiden Jokowi datang.
Warga pun menaruh harapan Presiden Jokowi datang membawa solusi untuk kesulitan yang mereka alami. Semoga saja, kendati kehadiran Presiden Jokowi terkendala cuaca, tetapi solusinya tetap sampai ke lokasi itu....