Pemerintah daerah di Sumatera Barat direkomendasikan mengembangkan dan menerapkan kurikulum muatan lokal berbasis bencana di sekolah dasar. Kurikulum tersebut dinilai krusial karena Sumbar termasuk daerah rawan bencana.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Pemerintah daerah di Sumatera Barat direkomendasikan mengembangkan dan menerapkan kurikulum muatan lokal berbasis bencana di sekolah dasar. Kurikulum tersebut dinilai krusial karena Sumbar termasuk daerah rawan bencana.
Guru besar bidang kurikulum Universitas Negeri Padang Alwen Bentri di Padang, Senin (6/1/2020), mengatakan, penerapan kurikulum itu krusial dilakukan. Sebab, imbauan dan simulasi yang bersifat one shot oleh pemda belum berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat peserta didik dalam menyikapi bencana.
"(Oleh sebab itu), direkomendasikan ke pemerintah daerah untuk mengembangkan dan memberlakukan kurikulum muatan lokal berbasis bencana di berbagai jenjang pendidikan," kata Alwen saat menyampaikan orasi ilmiah "Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Bencana di Sekolah Dasar Provinsi Sumatera Barat" dalam pengukuhan guru besar di Auditorium UNP.
Menurut Alwen, ada sejumlah alasan pengembangan dan penerapan kurikulum itu penting dilakukan, antara lain kondisi alam Sumbar sangat rawan bencana, terutama gempa bumi dan tsunami. Bencana tersebut juga dapat menyebabkan kerugian, yaitu korban jiwa, kerugian materi, serta trauma dan dampak psikologis lainnya.
Selanjutnya, Undang Undang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana juga mengamanatkan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan-pelatihan keterampilan dan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Alwen melanjutkan, sejumlah negara yang pernah atau berpotensi terdampak bencana, terutama gempa dan tsunami, sudah menerapkan kurikulum untuk mengurangi risiko bencana, seperti Jepang, Perancis, Nikaragua, dan Amerika Serikat.
Di Jepang, masyarakatnya sejak sekolah dasar telah dikenalkan dengan kurikulum yang "mengakrabkan" mereka dengan bencana. Prancis dan Nikaragua telah mendirikan asosiasi preventif 2000 untuk membangun kesadaran dan menggalakkan pendidikan tentang bahaya alam.
Sementara itu, Palang Merah Amerika dengan dukungan besar dari All State Foundation telah menyusun kurikulum yang disebut dengan Master of Disaster. Kurikulum ini membantu para guru memasukkan instruksi tentang keselamatan bencana ke dalam mata pelajaran mereka.
"Indonesia, khususnya Pemda Sumbar, sudah semestinya memprioritaskan pendidikan yang memberikan pengalaman belajar terencana, terprogram, berkelanjutan, kepada peserta didik di sekolah melalui kurikulum untuk menyikapi dan mengurangi segala macam risiko yang disebabkan oleh bencana gempa bumi, apalagi yang berpotensi tsunami," ujar Alwen.
Indonesia, khususnya Pemda Sumbar, sudah semestinya memprioritaskan pendidikan yang memberikan pengalaman belajar terencana, terprogram, berkelanjutan, kepada peserta didik di sekolah melalui kurikulum untuk menyikapi dan mengurangi segala macam risiko yang disebabkan oleh bencana gempa bumi, apalagi yang berpotensi tsunami
Alwen menambahkan, penelitian pengembangan yang dilakukannya di sejumlah sekolah dasar di Sumbar telah menghasilkan kurikulum muatan lokal berbasis bencana untuk sekolah dasar, khususnya gempa bumi.
Kurikulum tersebut memiliki berbagai komponen, yaitu satu rumusan tujuan pembelajaran, tiga standar kompetensi, tiga belas kompetensi dasar, dua puluh tiga materi pokok, lima pendekatan, dan sepuluh metode pembelajaran, serta enam jenis penilaian hasil belajar.
Selain Alwen, dalam kesempatan itu ada tiga guru besar lainnya di UNP yang dikukuhkan. Mereka adalah Kamal Firdaus dengan judul pidato "Peran Fisiologi Olahraga pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga", Giatman dengan judul "Manajemen Proyek dan Tantangannya Menuju Era Revolusi Industri 4.0", dan Ambiyar dengan judul "Inovasi Asesmen dalam Pendidikan Kejuruan pada Abad 21".
Rektor UNP Ganefri menyampaikan, UNP akan berlari mengejar ketertinggalan dengan universitas lain. Perbaikan pengelolaan internal menjadi syarat mutlak.
Oleh sebab itu, peran guru besar menjadi sangat penting sebagai pelopor inovasi melalui riset dan pengabdian masyarakat. Pengembangan Informasi Teknologi dan riset-riset yang bermanfaat bagi masyarakat menjadi syarat utama bagi kemajuan UNP pada masa mendatang.
"Saya berharap empat guru besar yang dikukuhkan hari ini mampu berperan aktif, berkiprah, dan berkontribusi untuk kemajuan UNP," kata Ganefri.