Bantuan yang masuk ke lokasi longsor di Sukajaya, Kabupaten Bogor, didominasi pakaian, padahal yang sangat dibutuhkan korban longsor adalah makanan. Mereka juga butuh penerangan karena longsor memutus aliran listrik.
Oleh
AGUIDO ADRI dan STEFANUS ATO
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Korban longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, kekurangan makanan. Tak hanya itu, korban membutuhkan penerangan karena bencana longsor yang terjadi, Rabu (1/1/2020), turut mematikan aliran listrik ke desa tersebut.
Pantauan Kompas di Harkatjaya, Senin (6/1/2020), bantuan terus mengalir ke desa yang berjarak sekitar 100 kilometer dari Jakarta tersebut setelah akses jalan ke desa yang tertimbun longsor kembali bisa dilalui kendaraan bermotor, mulai 3 Januari 2020.
Bantuan didominasi pakaian, padahal kebutuhan utama korban longsor adalah makanan dan penerangan. Akibat terlalu banyak bantuan pakaian, banyak di antaranya yang dibiarkan begitu saja, tidak diambil masyarakat.
“Terima kasih atas bantuan yang sudah dikirim ke sini, tapi saat ini kami sangat memerlukan makanan. Itu sangat kurang. Bantuan yang masuk kebanyakan pakaian. Selain itu, kami perlu lilin atau genset untuk penerangan,” kata Yudi (40), salah satu warga Harkatjaya.
Hal senada disampaikan Indra (36), warga lainnya. Ia mengatakan, bantuan makanan yang datang sangat kurang. Bantuan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan semua warga. Padahal, masyarakat sangat membutuhkan bantuan makanan mengingat mereka belum bisa normal beraktivitas. Ditambah lagi, persediaan makanan mereka ikut tertimbun longsor.
Selain itu, lebih banyak makanan dibutuhkan karena sebagian bantuan makanan yang masuk ke Harkatjaya didistribusikan ke desa lain di Sukajaya yang juga terdampak bencana longsor.
”Beberapa desa masih terisolir. Desa seberang ada yang datang ke sini ambil sembako. Sementara sembako atau bantuan juga kurang. Kami cukup beruntung karena akses menuju desa kami sudah dibuka. Kami bisa cari keluar dan dapat bantuan. Beda dengan saudara kami di desa lain yang terisolasi. Susah mereka cari bantuan,” ucap Indra.
Ada setidaknya enam desa yang masih terisolasi di Sukajaya. Keenam desa dimaksud adalah Kiarasari, Kiarapandak, Urug, Cisarua, Cileuksa, dan Pasir Madang.
Upaya membuka akses jalan yang tertutup longsor ke enam desa tersebut terus dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, TNI, Polri, dan sejumlah komunitas sukarelawan. Sudah delapan alat berat yang dikerahkan untuk membuka jalan-jalan penghubung antardesa itu.
Dengan kerja keras tersebut, Kepala Bidang Pencegahan dan Mitigasi BPBD Kabupaten Bogor Dede Armansyah menargetkan akses ke Desa Kiarapandak dan Desa Pasir Madang bisa segera terbuka.
Namun, pembukaan akses jalan itu bukan perkara mudah. Kerja mereka sering terhambat hujan dan kabut tebal.
”Kami sudah kepung desa-desa terisolir dengan logistik. Begitu akses terbuka, logistik langsung kami dorong pakai kendaraan,” kata Dede.
Hingga Senin (6/1/2020), penyaluran logistik masih mengandalkan helikopter. Namun, distribusi lewat udara juga terkendala daya tampung helikopter yang terbatas dan kerap kali terkendala kondisi cuaca.
Selain helikopter, bantuan coba diantarkan dengan mobil offroad. Delapan mobil offroad berangkat pada Minggu (5/1/2020), tetapi baru pada Senin tiba di kampung terluar di Desa Cileuksa. Bantuan juga coba didistribusikan dengan motor trail, selain dengan berjalan kaki, sekalipun butuh waktu berjam-jam untuk tiba di lokasi yang terisolasi.
Dengan cara dipikul atau hanya menggunakan motor, logistik yang bisa disalurkan pun jumlahnya minim dan terbatas.
Di lokasi, petugas dibantu sukarelawan tidak hanya berjibaku untuk membuka akses jalan ke desa-desa yang terisolasi, mereka juga sibuk mencari tiga warga Harkatjaya yang hilang, diduga tertimbun longsoran.
Kepala Basarnas Jawa Barat Deden Ridwansyah mengatakan, saat ini Basarnas masih berusaha mengevakuasi warga terdampak longsor. ”Fokus kami mencari tiga orang korban yang masih tertimbun di Desa Harkatjaya,” ujar Deden.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), setidaknya 6 orang meninggal, 3 orang hilang, 34 orang terluka, dan 766 rumah rusak akibat longsor di Sukajaya. Adapun 4.146 warga mengungsi ke tempat-tempat aman, seperti di Kantor Kecamatan Sukajaya.