Transportasi Umum di Yogyakarta Terkoneksi Kampus dan Sekolah
Pemerintah DI Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal mengembangkan sistem transportasi umum terkoneksi dengan kampus dan sekolah. Hal itu diharapkan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Daerah DI Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) bakal mengembangkan sistem transportasi umum yang terkoneksi dengan kampus dan sekolah. Dengan begitu, diharapkan lebih banyak mahasiswa dan pelajar mau mengendarai transportasi umum sehingga kemacetan lalu lintas bisa ditekan.
"Kami berencana memperkuat transportasi umum di Yogyakarta dan dikaitkan dengan kampus-kampus dan sekolah-sekolah," kata Rektor UGM Panut Mulyono seusai rapat di kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta, Selasa (7/1/2020).
Panut memaparkan, konektivitas transportasi umum dengan kampus dan sekolah sangat penting untuk mendorong para mahasiswa dan pelajar beralih menggunakan angkutan umum. Selama ini, mayoritas masyarakat di DIY, termasuk mahasiswa dan pelajar, masih mengendarai kendaraan pribadi untuk bepergian.
Kondisi ini menyebabkan jalanan Yogyakarta, termasuk di dekat kampus perguruan tinggi dan sekolah, kerap dilanda kemacetan. "Dengan konektivitas ini, diharapkan kepadatan kendaraan di sekitar kampus bisa teratasi," ujar Panut.
Panut menambahkan, konektivitas tersebut juga diharapkan bisa menurunkan jumlah kendaraan pribadi yang masuk ke area kampus dan sekolah. Dengan begitu, kampus dan sekolah di Yogyakarta diharapkan lebih ramah lingkungan dan nyaman untuk belajar.
"Para mahasiswa dan siswa diharapkan lebih tertarik menggunakan angkutan umum sehingga kampus-kampus tidak penuh dengan kendaraan bermotor. Kampus pun bisa lebih nyaman, sehat, dan baik untuk belajar," ungkap Panut.
Ia menyatakan, untuk kampus-kampus dengan wilayah luas, akan ada angkutan khusus yang bisa mengangkut para mahasiswa dari pintu masuk kampus menuju gedung tempat kuliah. Dia mencontohkan, di UGM nantinya bakal ada angkutan khusus menggunakan mobil listrik yang dirancang Fakultas Teknik UGM.
Pakar transportasi UGM, Siti Malkhamah, mengatakan, tim UGM telah berdiskusi dengan manajemen sejumlah perguruan tinggi dan sekolah di DIY. Hasilnya, mereka memiliki keinginan yang sama agar transportasi umum bisa terkoneksi dengan kampus dan sekolah.
Menurut Malkhamah, diskusi itu melibatkan sejumlah perwakilan perguruan tinggi, seperti UGM, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dan Universitas Kristen Duta Wacana. "Kalau untuk sekolah, hampir semua SMP dan SMA di Yogyakarta hadir. Jadi, ini konsep bersama," katanya.
Malkhamah menjelaskan, dalam sistem transportasi umum yang terkoneksi dengan kampus dan sekolah itu, angkutan umum perkotaan yang dipakai adalah Bus Trans-Jogja. Trans-Jogja merupakan angkutan umum milik Pemerintah Daerah (Pemda) DIY yang beroperasi sejak 2008. Bus ini memiliki halte khusus, tetapi tidak dilengkapi jalur khusus.
Saat ini, menurut Malkhamah, trayek Bus Trans-Jogja sebenarnya sudah melewati sejumlah kampus dan sekolah di Kota Yogyakarta. Namun, agar bisa terkoneksi lebih baik, perlu pengaturan ulang pengoperasian Bus Trans-Jogja.
Pengaturan ulang itu mencakup penyesuaian jadwal, penataan lokasi halte, dan penambahan jumlah bus. "Selain itu, nantinya mungkin bisa ada aplikasi yang memudahkan generasi muda," ujar Malkhamah.
Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, konektivitas transportasi umum dengan kampus dan sekolah itu diharapkan bisa mulai diterapkan tahun ini. Sultan menyebut, pada tahap awal, konektivitas bisa dimulai dari beberapa kampus dan sekolah.
Setelah sistem itu berjalan, jumlah kampus dan sekolah yang diajak bekerja sama bisa ditambah. "Kalau mau dikerjakan, ya harus sekarang, tidak bisa enggak. Biarpun mungkin belum bisa semua, sudah bisa dimulai dengan tiga atau empat universitas dan sekolah. Yang lain nanti menyusul," ujar Sultan.
Ia menambahkan, agar sistem tersebut bisa berjalan baik, Pemda DIY akan meninjau kembali jalur dan jadwal Bus Trans-Jogja. Selain itu, Pemda DIY juga akan menyiapkan aplikasi untuk memudahkan penumpang yang ingin naik Bus Trans-Jogja. "Layanan Trans-Jogja kan prinsipnya sudah ada. Hanya nanti mungkin jadwalnya ada revisi," tuturnya.
Problem kemacetan
Konektivitas transportasi umum dengan kampus dan sekolah itu diharapkan bisa mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di Yogyakarta. Selama ini, kemacetan menjadi salah satu problem yang kerap dikeluhkan masyarakat Yogyakarta, terutama pada masa liburan.
Bahkan, beberapa waktu belakangan, kemacetan di Yogyakarta saat masa liburan dinilai kian parah. Hal itu antara lain terlihat pada masa libur Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Untuk mengurangi kemacetan pada masa liburan kemarin, Pemerintah Kota Yogyakarta memberlakukan pembatasan lalu lintas bus wisata yang menuju kawasan Malioboro.
Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pada masa libur Natal dan Tahun Baru kemarin, jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta menggunakan mobil pribadi memang meningkat. Hal itu antara lain terlihat dari kepadatan lalu lintas di sejumlah wilayah Yogyakarta, terutama di sekitar kawasan Malioboro dan sekitarnya.
Kadarmanta menyebut, peningkatan jumlah wisatawan dengan mobil pribadi itu kemungkinan terjadi karena pengoperasian Jalan Tol Trans-Jawa. Jalan tol tersebut bisa memangkas waktu perjalanan darat secara signifikan sehingga banyak wisatawan memilih menggunakan mobil pribadi.
"Tahun ini, wisatawan yang menggunakan mobil itu kayaknya lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Mungkin ini karena wisatawan yang sebelumnya datang dengan pesawat terbang, sekarang berganti dengan mobil karena akses tol bisa mengantarkan mereka sampai ke Yogyakarta dalam waktu pendek," kata Kadarmanta.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan DIY Sumaryoto mengakui, kebanyakan masyarakat DIY masih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding angkutan umum. Hal ini karena angkutan umum di DIY dinilai belum memiliki daya tarik yang bisa membuat mereka beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
"Masyarakat masih lebih nyaman dengan kendaraan pribadi, misalnya sepeda motor, karena cara mendapatkannya mudah, biaya operasionalnya lebih murah, dan aksesnya tidak terbatas," kata Sumaryoto.