Sosok pemimpin dalam tim estafet sangat krusial, karena dia yang bertugas menyatukan tim dan mengambil keputusan penting dalam persaingan menjadi juara. Tim estafet 4x100 meter putra sedang mencari sosok pemimpin itu.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim estafet 4x100 meter putra Indonesia menanti kembalinya Bayu Kertanegara yang sempat menjadi anggota tim saat meraih perak Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Bayu akan ditunjuk sebagai kapten tim untuk membimbing anggota tim yang kali ini diisi oleh para pelari muda. Kehadirannya diharapkan bisa mengisi kekosongan pemimpin di tim sejak pensiunnya Muhammad Fadlin pasca Asian Games 2018.
”Tahun ini, pelatnas memang lebih memprioritaskan atlet remaja dan yunior. Tapi, saya akan minta satu atlet senior untuk masuk tim estafet 4x100 meter pelatnas, yakni Bayu. Kehadirannya sangat mendesak karena memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat dibutuhkan tim estafet saat ini,” ujar pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini di Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Eni mengatakan, salah satu kelemahan dan faktor kegagalan tim estafet 4x100 pada SEA Games 2019 Filipina lalu karena tidak ada sosok pemimpin dalam tim. Akibatnya, kekompakan dalam tim kurang solid. Para atlet cenderung tampil sendiri-sendiri. ”Padahal, estafet adalah perlombaan tim bukan individu,” katanya.
Prestasi tim estafet 4x100 meter memang mengalami kemerosotan. Tim yang beranggotakan Fadlin, Lalu Muhammad Zohri, Eko Rimbawan, dan Bayu berhasil meraih perak Asian Games 2018 dengan waktu 38,77 detik atau rekornas hingga sekarang. Namun, pada SEA Games 2019, tim yang beranggotakan Adit Rico Pradana, Joko Kuncoro Adi, Eko, dan Mochammad Bisma Diwa hanya duduk di peringkat keempat dengan waktu 40,12 detik.
”Eko yang ditunjuk sebagai kapten saat SEA Games 2019 ternyata gagal menyatukan tim. Padahal, peran kapten itu penting sekali. Mereka yang lebih paham dengan kondisi di lapangan dan harus mengambil keputusan untuk menyatukan tim dalam kondisi genting. Mereka juga perpanjangan tangan instruksi pelatih dengan para pelari yang ada,” tutur Eni.
Pada 2020, pelatnas PB PASI lebih memprioritaskan atlet-atlet remaja dan yunior karena dominasi agenda kejuaraan tingkat remaja dan yunior level internasional. Untuk itu, Eko, Joko, dan Bisma dikembalikan ke daerah masing-masing. Praktis, tim estafet 4x100 meter menyisakan para pelari muda, yakni Zohri yang masih 19 tahun, Adit Rico (18), Adit Rici (18), dan Adi Ramli Sidiq (18).
Artinya, tidak ada pelari yang benar-benar dituakan dalam tim kali ini. ”Sangat riskan kalau tidak ada sosok yang dituakan dalam tim. Para pelari muda itu nanti kebingungan ketika ada situasi genting sebelum perlombaan. Jadi, perlu ada sosok pelari yang bisa dituakan dan menjadi kapten tim,” ujar Eni.
Atas dasar itu, Eni menyampaikan, dirinya mengusulkan Bayu untuk kembali ke pelatnas. Selain berusia lebih senior, pelari berusia 22 tahun asal Jakarta itu juga punya jiwa kepemimpinan yang baik. Dia juga kaya pengalaman karena sudah bergabung dengan tim estafet 4x100 meter sejak 2014 dan pernah mengikuti sejumlah kejuaraan internasional.
Secara kualitas, Bayu juga masih cukup mumpuni. Pada tes catatan waktu, Selasa ini, ia menunjukkan grafik cukup menjanjikan. Pada tes lari 60 meter, dia menjadi pelari terbaik kedua setelah Zohri dengan waktu 6,81 detik. Sedangkan pada tes lari 150 meter, dia menjadi pelari terbaik dengan waktu 15,83 detik.
Adapun Bayu dicoret dari pelatnas pasca mengikuti Universiade 2019 di Napoli, Italia, Juli lalu. Itu karena dia mengalami cedera hamstring dan belum benar-benar pulih jelang keberangkatan tim ke SEA Games 2019. ”Secara kualitas, Bayu masih sangat layak untuk mengisi tim estafet 4x100 meter saat ini,” kata Eni.
Menurut Eni, walau peluang cukup berat, tim estafet 4x100 meter tetap berusaha untuk lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Syarat untuk lolos Olimpiade 2020 adalah tim harus masuk 16 besar dunia. Saat ini, berdasarkan data World Athletics hingga akhir 2019, tim Indonesia berada di peringkat ke-92 dunia dengan waktu terbaik tahun lalu 39,39 detik.
Tim terakhir yang berada di zona Olimpiade adalah Jerman dengan waktu terbaik tahun lalu 38,24 detik. ”Tahun ini, tim estafet akan mengikuti 2-3 kejuaraan internasional yang masuk bagian kualifikasi Olimpiade 2020. Walau peluangnya berat, kami tetap berusaha untuk bisa tembus 16 besar dunia,” katanya.
Bayu siap
Sementara itu, Bayu menuturkan, dirinya sangat siap untuk kembali bergabung ke pelatnas. Dia pun tidak menolak jika ditunjuk menjadi kapten tim estafet 4x100 meter kali ini. Bagi dia, tidak terlalu sulit memimpin anggota tim kali ini karena semuanya masih kategori yunior. Biasanya, pelari yunior lebih mudah untuk dinasihati.
”Kalau dipercaya untuk menjadi kapten tim ini, saya cukup optimistis bisa memimpin para pelari yang ada. Sebab, pelari-pelari yang ada sekarang masih muda dan relatif mudah untuk diberikan masukan. Mereka juga punya potensi besar. Kalau tim bisa solid, tim ini bisa saja membuat kejutan,” ujar Bayu yang tetap ikut latihan di pelatnas walaupun sudah tidak berstatus atlet pelatnas.
Fadlin mengutarakan, dirinya menyambut positif jika Bayu menjadi kapten tim estafet 4x100 meter kali ini. Secara pembawaan, Bayu cenderung tenang dan berwibawa. Untuk itu, dia cukup dihormati dan disegani oleh para yuniornya. Kalau menjadi kapten tim, masukan ataupun nasihatnya pasti akan didengar dan diikuti oleh para anggota tim.
”Dalam estafet ini, kadang ada saja pelari yang merasa paling jago. Akhirnya, dia tidak mau lagi mendengar nasihat. Ujung-ujungnya, tim jadi tidak kompak. Untuk itu, penting sekali ada sosok yang dituakan yang suaranya bisa didengar dan diikuti oleh anggota tim. Sosok seperti ini ada pada diri Bayu yang memang secara usia dan pengalaman sudah cukup matang,” tutur Fadlin.