Bencana hidrometeorologi belum berlalu seiring puncak musim hujan yang belum lewat. Antisipasi nyata diperlukan untuk mencegah dampak buruk bencana susulan.
Oleh
Tim Kompas
·3 menit baca
KEPULAUAN SANGIHE, KOMPAS — Beberapa hari sejak sejumlah bencana terkait cuaca melanda sejumlah daerah, bantuan terus dialirkan. Di sebagian tempat, masih ada masyarakat terisolasi, seperti di Lingkungan 3 dan 4 Kampung Ulung Peliang, Kecamatan Tamako, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Banjir menghancurkan jembatan beton penghubung desa. Transportasi dan aliran listrik masih terputus. Warga yang rumahnya di dekat aliran sungai mengungsi ke Gereja GMIST Imanuel Ulung Peliang. Warga yang tetap tinggal di rumah mengambil bantuan dengan berjalan kaki lewat jembatan darurat dari kayu.
”Hari ini, Dinas Sosial Sulut sudah menyiapkan bantuan. Saya minta diarahkan ke Tamako. Ada 174 keluarga terisolasi,” kata Wakil Bupati Kepulauan Sangihe Helmud Hontong di Sangihe, Selasa (7/1/2020).
Tumpukan material yang menghambat jalur air akan membentuk bendungan.
Kemarin, sebelum meninggalkan Kepulauan Sangihe, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menggelar rapat singkat di Bandara Naha. Selain Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Gaghana, hadir Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XV Triono Junoasmono dan Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) I Muhammad Silahuddin.
Doni mengatakan, curah hujan diperkirakan akan terus tinggi sampai Februari. Sangat penting memastikan tidak ada anak sungai tersumbat alirannya. ”Kontur tanah di Kepulauan Sangihe berbentuk perbukitan dan banyak anak sungai. Tumpukan material yang menghambat jalur air akan membentuk bendungan. Saat volume air terlalu besar, akan banjir bandang,” katanya.
Di Kampung Lebo, Kecamatan Manganitu, salah satu daerah terdampak banjir bandang dan longsor yang menewaskan tiga orang, hujan deras sejak pagi tak lagi menyebabkan banjir. Tumpukan material tak lagi menghambat laju air.
Masih mengungsi
Dari Makassar dilaporkan, ratusan warga masih mengungsi di tempat-tempat aman akibat rumah mereka rusak berat diterjang angin kencang. Bantuan makanan, tenda, dan selimut mendesak didistribusikan.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan A Sudirman Sulaiman mengatakan, pemerintah fokus menyalurkan bantuan kepada warga. Sejak Selasa, bantuan dari Posko Induk terus dialirkan. ”Kami dalam perjalanan ke Sidrap dan sekitarnya. Hari ini kami mengedrop bantun logistik ke sejumlah kabupaten dari posko induk,” kata Sudirman.
M Yusran (40), salah satu warga Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare, mengatakan, masih banyak warga mengungsi ke rumah keluarga. ”Rumah saya rusak dan belum bisa ditempati. Banyak tetangga mengungsi ke rumah keluarga. Kalau sudah ada terpal, rumah bisa ditempati sementara,” katanya.
Hingga Selasa sore, data kerusakan dari daerah-daerah bertambah. Di Wajo yang sebelumnya terdata 181 rumah, bertambah menjadi 277, Soppeng dari 64 menjadi 102. Jumlah kerusakan sekitar 2.000 rumah. Pihak BPBD Kabupaten Gowa juga melaporkan puluhan rumah rusak diterjang angin kencang, Minggu (5/1/2020).
Di Karawang, Jawa Barat, 876 hektar sawah di lima kecamatan terendam banjir. Menurut Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Karawang Yuyu Yudaswara, persawahan terendam banjir merupakan fenomena baru setelah lebih dari tiga tahun tak terjadi.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang Hanafi Chaniago, banjir di area persawahan tak akan berpengaruh pada target produksi karena genangan singkat, 3-10 hari. ”Bisa tanam lagi,” ujarnya.
Di Jawa Tengah, tiga kecamatan di Kabupaten Pati yang ada di sekitar pegunungan Kendeng Utara, yakni Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo, dilanda banjir bandang, Senin malam. bencana itu dikaitkan dengan gundulnya kawasan Pegunungan Kendeng Utara. (OKA/REN/MEL/DIT/NIK/XTI)