Inter Milan terbukti mampu meladeni tekanan dari Juventus dalam persaingan merebut gelar juara Liga Italia musim ini. Kebahagiaan Romelu Lukaku menjadi salah satu faktor keberingasan Inter tersebut.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
NAPOLI SENIN - Melihat Inter Milan saat ini adalah melihat sosok Romelu Lukaku yang kerap bersorak, tersenyum, dan memeluk rekan-rekannya. Penyerang asal Belgia itu kini lebih bahagia berada di klub yang membuatnya merasa diperhatikan, dibutuhkan, dan terlindungi. Kegembiraan ini kemudian mengubah wajah Inter.
Seperti yang terjadi di Stadion San Paolo, Selasa (7/1/2020) dini hari WIB, Lukaku menyumbang dua gol ketika Inter mengalahkan Napoli, 3-1. Berkat ketajamannya, Inter untuk pertama kalinya bisa menang di kandang Napoli sejak Oktober 1997. Lebih penting lagi, Inter mengantongi 45 poin di klasemen Liga Italia dan kembali menggusur Juventus.
Komentator dalam tayangan langsung laga itu pun sampai menyebut bahwa Lukaku pada musim ini telah menjelma menjadi monster. Ketika laga baru berjalan 14 menit, Lukaku berlari membawa bola dari tengah lapangan dan mencetak gol pertama malam itu.
Selang 19 menit kemudian, Lukaku kembali menembak dengan keras sehingga bola terlepas dari dekapan kiper Napoli, Alex Meret, dan masuk ke gawang. Ia kemudian berlari ke pojok lapangan untuk melakukan selebrasi dan dipeluk rekan-rekannya. Ini adalah golnya yang ke-14 dalam 18 laga bersama Inter di Liga Italia musim ini.
Gazzetta dello Sport menyebut bahwa Lukaku telah menjadi penyerang Inter paling mematikan saat ini dan memecahkan rekor produktivitas eks striker Inter, Christian Vieri alias Bobo. Vieri pada tahun 2000 hanya mampu mencetak 13 gol dalam 18 laga.
“Saya dengar orang-orang menyebut Lukaku bodoh. Sebutan itu terdengar belum lama. Sekarang mudah bagi kita untuk membicarakan kehebatan Lukaku, tetapi jika kita melihat beberapa minggu lalu…,” kata Pelatih Inter Milan, Antonio Conte, dikutip Football-Italia.
Conte berusaha menunjukkan bahwa ada perubahan besar dalam diri Lukaku saat ini. Masa lalu Lukaku yang kelam semakin lama semakin terlupakan. Masa lalu kelam itu terutama terjadi ketika Lukaku masih membela Manchester United pada musim 2018-2019.
Keberingasan Lukaku sama sekali tidak tampak ketika ia memperkuat “Setan Merah”. Ia hanya mampu mencetak 12 gol dalam 32 laga di Liga Inggris pada musim terakhirnya itu. Kecaman terhadap penampilannya pun datang bertubi-tubi. “Mereka (para pendukung MU) berusaha mencari seseorang untuk disalahkan. Bisa (Paul) Pogba, Alexis (Sanchez), atau saya,” kata Lukaku seperti dikutip The Guardian pada pertengahan Agustus 2019.
Lukaku semakin merasa tertekan dan tidak terlindungi selama berada di MU. Kemampuan terbaiknya yang bisa muncul ketika bermain untuk timnas Belgia, tidak terlihat ketika ia memakai seragam Setan Merah. Ia kemudian mendapat sinar terang di Inter pada awal musim ini ketika Conte ditunjuk sebagai pelatih baru “Nerazzurri”.
“Saya sangat menginginkan Lukaku ketika saya masih melatih Chelsea, bahkan ketika saya masih melatih Juventus. Sekarang, saya bisa mulai memoles berlian,” kata Conte. Bagi Conte, Lukaku yang masih berusia 26 merupakan berlian yang masih kasar dan perlu banyak dipoles.
Kilau berlian itu sempat membuat Conte gusar pada musim panas 2017 ketika ia masih melatih Chelsea dan Lukaku dibeli MU seharga 75 juta pounds atau sekitar Rp 1,3 triliun. Ia kecewa karena merasa dikhianati setelah sebelumnya sudah menjalin komunikasi dengan Lukaku.
Intuisi Conte terbukti sangat tajam. Pada awal musim lalu, kedatangan Lukaku sempat diragukan karena penampilannya di MU dan fisiknya yang dinilai kelebihan berat badan. Namun, di tangan Conte, berlian itu pelan-pelan mulai terpoles dan semakin berkilau.
Conte memperlihatkan efek sentuhan seorang pelatih yang sangat dibutuhkan para pemain dan Lukaku mengakuinya. “Sangat penting memiliki seorang pemimpin seperti Conte dan seseorang seperti dia yang sangat berpengalaman,” ujar Lukaku.
Duet maut
Rahasia keberingasan Lukaku di Inter lainnya adalah Lautaro Martinez. Penyerang asal Argentina itu selama ini menjadi partner yang ikut membantu membuka potensi Lukaku yang sesungguhnya. Martinez pun menyumbang gol ketiga Inter ke gawang Napoli malam itu.
“Saya dan Martinez berteman baik dan melakukan banyak hal di luar lapangan. Di dalam lapangan, kami saling melengkapi,” ujar Lukaku. Pada musim ini, kedua pemain itu telah bekerja sama menciptakan 30 gol untuk Inter dan menjadi duet maut yang patut diwaspadai para pemain belakang tim-tim lainnya.
Lukaku mengatakan saat ini ia sangat bahagia berada di Inter. Kompetisi masih separuh perjalanan dan Lukaku mengatakan bahwa ia dan Martinez masih bisa bermain lebih baik lagi. Ini menjadi ancaman serius bagi Juventus yang berusaha mempertahankan gelar juara liga.
Pada musim-musim sebelumnya, Juventus hanya memikirkan Napoli sebagai tim yang mampu mengganggu mereka. Namun, kini mereka harus mewaspadai Inter dan Inter wajib menjaga agar Lukaku tetap bahagia. (AFP/REUTERS)