Krisis iklim kian nyata. Kebakaran hutan di Australia yang telah berlangsung berbulan-bulan merupakan bukti betapa perubahan iklim telah mengubah keseimbangan alam.
Oleh
Adhitya ramadhan
·4 menit baca
Menghadapi krisis iklim, setiap pemimpin negara tidak bisa lagi berdiam diri karena itu berarti kerugian yang sangat besar. Bukti-bukti ilmiah bisa menjadi pijakan untuk bertindak.
Para pemadam kebakaran di Australia bisa bernapas sedikit lega ketika Senin (6/1/2020) cuaca berpihak kepada mereka. Hujan turun lagi untuk kedua kalinya dalam dua hari terakhir. Jalan yang semula terhalang api pun dapat dilalui sehingga mereka bisa mengevakuasi ratusan warga meski kabut asap tebal menghalangi pandangan.
Namun, Pemerintah Australia tetap memperingatkan bahwa cuaca buruk bisa kembali akhir pekan ini. Perjuangan melawan api masih jauh dari kata akhir. Menteri Utama Victoria Daniel Andrews mengatakan, pihaknya berhasil mengevakuasi sekitar 400 orang melalui udara dari Mallacoota, kota kecil di pesisir. ”Kami berencana mengevakuasi lagi 300 warga lainnya hari ini. Namun, itu tak mungkin karena asap tebal,” katanya seperti dikutip Thomson Reuters, Senin (6/1/2020).
Kebakaran hutan di Australia sejauh ini telah menghanguskan lebih dari 8 juta hektar lahan atau seluas negara Austria, menewaskan 25 orang, menghancurkan ribuan bangunan, dan meninggalkan sejumlah kota tanpa aliran listrik dan jaringan data. Selain itu, hampir 4.000 hewan ternak mati dalam kebakaran. Belum termasuk satwa liar yang tak terhitung jumlahnya.
Pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison pun mendapat kritik keras karena dinilai gagal mengatasi perubahan iklim. Lalu, adakah kaitan antara kebakaran hutan dan lahan di Australia dengan perubahan iklim?
Kebakaran hutan di Australia sebenarnya rutin terjadi. Namun, kebakaran dalam skala yang hebat di New South Wales dan Queensland seperti sekarang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebakaran terjadi juga di Australia Selatan dan Australia Barat. Untuk pertama kali, kebakaran yang katastrofik ini mengancam kawasan Sydney.
Perubahan iklim
Sains terkait perubahan iklim sangat kompleks. Kebakaran memerlukan cuaca, kekeringan, vegetasi, dan pemicu yang sesuai. Perubahan iklim memengaruhi empat faktor itu dalam cara yang berbeda. Meski perubahan iklim bukan penyebab langsung kebakaran, para ilmuwan sejak lama memperingatkan bahwa cuaca yang lebih panas dan kering bisa membuat kebakaran di Australia menjadi lebih sering dan lebih intens.
”Kami, secara umum, sulit mengaitkan dampak perubahan iklim dengan peristiwa yang spesifik, terutama jika peristiwa itu masih berlangsung,” kata Richard Thornton, Pimpinan Bushfire and Natural Hazards Co-operative Research Centre seperti dikutip BBC, Senin (11/11/2019).
Meski demikian, ujar Richard, yang mereka telah ketahui adalah bahwa rata-rata suhu di Australia kini berada 1 derajat celsius di atas suhu rata-rata dalam jangka panjang. Musim kebakaran terjadi lebih awal dan ”bahaya kebakaran kumulatif” di banyak wilayah terus meningkat.
Sulit mengaitkan dampak perubahan iklim dengan peristiwa yang spesifik.
Hal tersebut diamini juga oleh Glenda Wardle, ahli ekologi dari University of Sydney, yang mengatakan, tidak semua peristiwa terkait cuaca merupakan akibat langsung dari perubahan iklim. ”Akan tetapi, jika melihat tren, menjadi tidak terbantahkan lagi bahwa itu terkait dengan perubahan iklim global.” Ia juga menyebut ada ”perubahan kolektif” dalam waktu dan intensitas peristiwa cuaca.
Pakar iklim dari Australian National University, Imran Ahmed, justru menyebut lebih jelas bahwa ada kaitan langsung antara kebakaran dan perubahan iklim. ”Perubahan iklim memperburuk peristiwa kebakaran hutan,” ujarnya. Dewan Iklim Australia memperinci bagaimana perubahan iklim telah memengaruhi kebakaran di ”Benua Kanguru” itu. Pembakaran batubara, minyak, dan gas telah meningkatkan suhu dan membuat Australia lebih panas.
Sejak pertengahan tahun 1990, Australia Tenggara mengalami penurunan curah hujan pada akhir musim gugur dan awal musim dingin. Curah hujan di sejumlah lokasi di Northern Tablelands Southern Downs (Queensland) periode Januari-Agustus 2019, misalnya, menurun sekitar 70 persen.
Akibatnya, vegetasi dan tanah pun menjadi lebih kering. Artinya, tanaman menjadi lebih mudah terbakar. Ditambah cuaca yang kering, ini memperbesar potensi kebakaran. Laporan State of the Climate 2018 dari Biro Meteorologi Australia menyatakan bahwa perubahan iklim telah meningkatkan kejadian kekeringan ekstrem. Bahkan, beberapa bulan lalu, 23 mantan pemimpin pemadam kebakaran telah memperingatkan pemerintah akan kejadian ”cuaca ekstrem katastrofik” yang meningkat.
Tantangan
Namun, permintaan mereka untuk membahas langkah mitigasi ditolak Pemerintah Australia. Kini, kebakaran pun terjadi selama berbulan-bulan dan memberikan dampak besar. Glenda menilai Pemerintah Australia tak cukup berbuat untuk menahan laju peningkatan suhu global. ”Mereka justru menyalahkan faktor lain, seperti manajemen lahan,” katanya.
Evakuasi warga tentu menjadi prioritas saat ini bagi Pemerintah Australia. Namun, di tengah kabut asap akibat kebakaran yang membuat kabur pandangan, ada satu hal yang jelas, yaitu andaikan bukti ilmiah dijadikan dasar pembuatan kebijakan perubahan iklim, semua kerugian yang dialami saat ini tidak perlu terjadi. (AP/AFP/Reuters)