Kesalahan manajemen di kubu Manchester United selama ini membuat mereka tertinggal dari tetangganya, Manchester City. Penguatan skuad menjadi solusi mendesak pada bursa transfer Januari ini.
Oleh
D HERPIN DEWANTO PUTRO
·5 menit baca
MANCHESTER, RABU — Pelatih legendaris Manchester United, Alex Ferguson, menyaksikan dengan wajah datar ketika klub yang pernah ia latih selama 27 tahun itu dikalahkan Manchester City, 1-3, pada laga pertama semifinal Piala Liga Inggris di Stadion Old Trafford, Rabu (8/1/2020) dini hari WIB. Ia sedang menyaksikan MU yang masih menjalani proses panjang untuk bisa mengembalikan kejayaan yang pernah ia bangun.
Ferguson menonton laga tersebut bersama bintang-bintang MU yang pernah ia latih, seperti Ryan Giggs dan Wayne Rooney. Lebih dari satu dekade silam, ketiga legenda MU itu masih bisa menikmati masa-masa ketika klub ”Setan Merah” menjuarai berbagai kompetisi domestik, Eropa, dan bahkan pada 2008 bisa merebut trofi Piala Dunia Antarklub untuk pertama kalinya.
Namun, itu semua menjadi kenangan manis yang terpaksa harus diingat kembali ketika MU begitu mudah kebobolan tiga gol selama babak pertama pada laga kemarin. Lini belakang MU bisa diperdaya lini serang City yang tidak diperkuat dua penyerang andalan mereka, Sergio Aguero dan Gabriel Jesus. Kedua penyerang itu menonton dari bangku cadangan.
Petaka bagi Setan Merah terjadi pada menit ke-17 ketika penyerang City, Bernardo Silva, melepas tembakan keras dari luar kotak penalti. Sekitar 16 menit kemudian, Riyad Mahrez menambah keunggulan akibat kegagalan bek MU, Victor Lindelof, memotong umpan terobosan Silva.
Gol ketiga City, yang terjadi pada menit ke-38, menjadi puncak bencana pertahanan Setan Merah malam itu. Gelandang City Kevin De Bruyne berkelok untuk mempermalukan bek MU Phil Jones, dan membuat Andreas Pereira melakukan gol bunuh diri. MU malam itu sangat merindukan bek Harry Maguire yang absen karena masih cedera.
City bisa saja mencetak gol lebih banyak pada babak pertama itu apabila Raheem Sterling bisa memanfaatkan beberapa peluang yang ia dapat.
”Dari menit ke-15 hingga akhir babak pertama merupakan penampilan terburuk kami musim ini,” kata Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer, seperti dikutip BBC.
Usaha Solskjaer untuk mengubah permainan pada babak kedua tidak banyak membuahkan hasil. Permainan mereka menjadi sedikit lebih baik ketika ia memainkan Nemanja Matic untuk menggantikan Jesse Lingard yang tampil kurang menggigit. Setan Merah hanya bisa membalas satu gol melalui tendangan sang kapten, Marcus Rashford, pada menit ke-70.
MU malam itu menelan kekalahan ketiga beruntun dari City di Old Trafford di semua kompetisi musim ini. Secara keseluruhan City menang sebanyak tujuh kali dari 10 laga di stadion berjuluk ”Teater Impian” tersebut. Statistik ini menunjukkan bahwa tim terbaik di Kota Manchester saat ini adalah City.
Kekalahan ini juga menjadi pengingat bahwa MU tertinggal jauh dari standar tim papan atas Liga Inggris yang kini ditentukan oleh Liverpool dan City. ”Saya sudah menyatakan proses (membangun kembali MU) ini bukan proses yang cepat. Kedua tim itu juga bisa disebut dua tim terbaik di dunia saat ini,” ujar Solskjaer.
Mantan bintang MU di era Ferguson itu mengatakan, proses itu adalah tantangan yang harus mereka lalui. Masalahnya, tantangan itu tidak mudah dipenuhi jika melihat penampilan MU melawan City.
Setan Merah sempat tampil menawan musim ini, termasuk menang 2-1 atas City pada laga Liga Inggris di Stadion Emirates, bulan lalu, ditambah kemenangan atas Chelsea dan Tottenham Hotspur, dan menahan imbang Liverpool di Old Trafford.
Namun, mereka tersandung oleh tim-tim papan tengah dan bawah yang seharusnya mampu mereka taklukkan. Musim ini, anak asuh Solskjaer kalah dari Watford, Bournemouth, Newcastle United, dan West Ham. Mereka tertahan di peringkat kelima dan harus berjuang keras lolos ke Liga Champions musim depan.
Masalah skuad
Dominasi City atas MU di Manchester ini terjadi karena satu hal yang tidak dimiliki Solskjaer dari MU versi Ferguson, yaitu skuad yang solid. Setelah striker Romelu Lukaku pindah ke Inter Milan pada awal musim ini, Solskjaer belum mendapatkan gantinya. Kini ia harus sering mengandalkan para pemain muda yang belum banyak berpengalaman.
”Ini bukan saja malam ketika MU dipermalukan tetangganya, tetapi juga malam ketika kesalahan manajemen MU dalam beberapa tahun terakhir kembali diekspos,” tulis penulis senior ESPN, Mark Ogden. Seperti inilah wujud MU setelah mengambil keputusan yang keliru, rekrutmen yang payah, dan kesalahan manajemen selama enam tahun.
Solskjaer pun tambah pusing ketika bek Ashley Young sedang diincar Inter Milan. ”Kami tidak bisa membiarkan tim ini melemah. Kami harus memperkuat skuad jika suatu pergerakan (pemain pindah ke klub lain) terjadi,” ujarnya.
Rabu kemarin, MU dikabarkan mempertimbangkan untuk memboyong gelandang Ajax Donny van de Beek. Transfer ini menjadi langkah lanjutan setelah MU gagal membeli Erling Haaland, penyerang Red Bull Salzburg.
Lini tengah MU saat ini juga sangat lemah semenjak tidak ada lagi Marouane Fellaini atau Ander Herrera. Keadaan bertambah parah ketika Paul Pogba cedera dan tidak bisa tampil seperti pada laga kemarin. Pembelian Van De Beek, jika berhasil, diharapkan mampu memperbaiki masalah tersebut.
Meski melihat MU sedang pincang, Pelatih Manchester City Pep Guardiola berusaha menahan diri untuk tidak jemawa. Ia ingat MU pernah mengalami peristiwa serupa di Liga Champions musim lalu ketika menghadapi Paris Saint-Germain. Ketika kalah 0-2 di Old Trafford, MU masih bisa menang 3-1 di Paris pada laga kedua babak 16 besar.
”Mereka punya seragam itu yang menjadi simbol sejarah dan kebanggaan. Tentu MU masih bisa bangkit lagi (pada laga kedua),” ujar Guardiola.
Perjalanan MU di Piala Liga inggris ini memang belum tamat karena masih akan ada laga semifinal kedua di kandang City pada akhir Januari. (AFP/REUTERS)