WNI Siap Tinggalkan Timteng
Meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah akibat serangan balasan Iran membuat sejumlah negara bersiap mengevakuasi warga mereka.
JAKARTA, KOMPAS— Warga negara Indonesia siap meninggalkan Irak dan Iran yang kembali terancam dilanda perang. Rute evakuasi sudah disebarkan kepada WNI di kedua negara itu dan negara lain di sekitarnya.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan, lebih dari sejuta WNI tinggal di Timur Tengah. Di Irak dan Iran ada sekitar 1.500 orang. ”Pusat krisis sudah diaktifkan,” katanya, Rabu (8/1/2020), di Jakarta.
Retno memanggil para duta besar RI di Timteng dan Wakil Tetap RI untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa karena perkembangan di Iran. Hingga Rabu malam, koordinasi terus berlangsung.
Ketegangan meningkat setelah Iran menembakkan puluhan rudal ke kamp militer di Ain Assad di Provinsi Al-Anbar dan sebuah kamp militer dekat kota Erbil, Irak, Rabu dini hari. Pangkalan tersebut dipakai pasukan Amerika Serikat dan sejumlah negara asing yang berkoalisi dengan AS. Sampai sekarang, tidak ada informasi jumlah korban tewas ataupun luka.
Garda Revolusi Iran mengakui menggunakan rudal balistik darat ke darat jarak pendek tipe Zolfaghar dan Qiam untuk menghantam kamp militer AS di Irak. Rudal balistik Zolfaghar dan Qiam dikenal memiliki jangkauan tembak hingga 700 kilometer.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, AS mendapatkan tamparan. Serangan itu adalah balasan atas tewasnya Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Brigade Al-Quds, unit elite Garda Revolusi Iran dalam serangan udara AS di bandara Baghdad.
Dubes RI untuk Iran Octavino Alimuddin mengatakan, rencana evakuasi telah disebar kepada seluruh WNI di Iran. Mayoritas WNI tinggal di Teheran dan Qom. ”Sebagian tinggal di daerah dekat perbatasan Iran-Irak,” ujarnya.
Kedutaan Besar RI di Teheran telah menghubungi seluruh WNI atau kontak utama WNI di Iran. Kepada mereka disampaikan rencana evakuasi dan mereka sudah siap evakuasi.
Kementerian Luar Negeri Filipina memerintahkan seluruh warganya keluar dari Irak. Manila mengirim kapal penjaga laut dan pantai untuk mengevakuasi warganya. Di Irak dan Iran diperkirakan ada 7.000 warga Filipina.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membatalkan lawatan ke Timteng pekan ini karena meningkatnya ketegangan di wilayah itu. Awalnya, Abe hendak mengunjungi beberapa negara di Timteng untuk mendorong solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan AS-Iran.
Deeskalasi
Di sisi lain, pasca-serangan atas pangkalan AS di Irak, para pemimpin Iran mengisyaratkan tidak akan melancarkan serangan balasan terhadap AS selama AS tidak membalas serangan serangan rudal balistik Iran atas dua kamp militer AS di Erbil.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif dalam konferensi pers di Teheran, Rabu, mengumumkan berakhirnya serangan balasan Iran atas tewasnya Soleimani terhadap basis AS di Irak.
”Serangan balasan Iran atas tewasnya Soleimani telah berakhir. Kami telah menggempur kamp militer yang menjadi tempat lepas landas pesawat tanpa awak yang menyerang Soleimani,” ujar Zarif.
Dalam akun Twitter-nya, Zarif mengatakan, Iran tidak ingin perang dan meningkatkan eskalasi ketegangan, tetapi Iran akan membela diri terhadap serangan musuh.
Zarif menegaskan, serangan balasan Iran sesuai dengan piagam PBB Nomor 51, di mana sebuah negara berhak membela diri jika warga dan pejabatnya mendapat serangan.
Juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, dalam konferensi pers di Teheran mengancam Iran akan melancarkan serangan balasan lebih dahsyat jika AS membalas serangan rudal balistik Iran, Rabu dini hari. Ia menegaskan, Iran tidak akan menyerang negara-negara tetangga di kawasan selama negara itu tak menjadi titik tolak serangan AS atas Iran.
Rabiei melanjutkan, Iran memilih menempuh jalur hukum dalam forum lembaga- lembaga internasional untuk menghadapi AS. Ia menegaskan lagi, hengkangnya AS dari kawasan akan membawa perdamaian dan stabilitas. ”Aksi mengusir kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) adalah pendahuluan menuju aksi mengusir AS dari kawasan ini,” kata Rabiei dalam temu pers di Teheran.
Wakil Komandan Garda Revolusi Iran Abbas Nilforoushan menegaskan, Iran tidak ingin mengobarkan perang secara luas, tetapi Iran siap membela diri jika mendapat serangan atau aksi salah kalkulasi.
Pengamat politik asal Kuwait, Samir Farag, kepada stasiun televisi Al Jazeera mengatakan, aksi balasan Iran sudah cukup dan diharapkan berakhir di sini.
”AS ataupun Iran sama-sama menyadari harga perang yang sangat mahal. Iran yang ditimpa kondisi ekonomi buruk sesungguhnya tidak mampu mengobarkan perang besar saat ini,” kata Farag.
(Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir)