Megawati: Saya Tak Akan Lindungi Kader yang Tidak Taat
Saat membuka Rakernas PDI-P sekaligus peringatan Hari Ulang Tahun Ke-47 PDI-P, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menginstruksikan kadernya untuk tidak mencari keuntungan pribadi atau kelompok.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu dan Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengingatkan seluruh kadernya untuk menjaga loyalitas dan menaati instruksi partai. Salah satunya dengan tidak mencari keuntungan pribadi dalam melaksanakan tugas kepartaian.
Megawati menyampaikan hal itu saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDI-P Tahun 2020, di Jakarta, Jumat (10/1/2020). Agenda yang juga diselenggarakan untuk merayakan hari ulang tahun ke-47 partai itu dihadiri Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Tampak hadir pula sejumlah menteri, antara lain Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Selain itu, Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, dan Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.
Dalam pidato politiknya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengatakan, selama 47 tahun partainya berdiri, sudah mengalami dinamika sedemikian rupa. Berbagai kondisi sulit pernah dilewati hingga menjadi partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut, yaitu pada 2014 dan 2019.
Untuk itu, ia meminta seluruh kader agar tetap konsisten melaksanakan tugas partai demi kesejahteraan masyarakat.
”Kader PDI-P di seluruh Tanah Air, penuhi jiwa ragamu dengan semangat untuk mewujudkan cita-cita rakyat. Jangan sekali-kali punggungi rakyat, jangan berhitung untung rugi bagi kerja politik, dan jangan mencari keuntungan pribadi atau kelompok dari tugas ideologis ini,” ujar Megawati.
Jangan sekali-kali punggungi rakyat, jangan berhitung untung rugi bagi kerja politik, dan jangan mencari keuntungan pribadi atau kelompok dari tugas ideologis ini.
Ia menambahkan, pidato politik yang disampaikan sekaligus perintah yang wajib ditaati seluruh kader. ”Ini adalah instruksi langsung dari ketua umum. Saya tidak akan melindungi kader yang tidak taat,” katanya.
Megawati pun tidak main-main. Ia menyebut, kader yang melanggar instruksi akan menanggung konsekuensi terburuk, yaitu pemecatan.
Dalam pidato selama 42 menit tersebut, Megawati tampak serius. Improvisasi dari teks pidato tak terlalu banyak ia lakukan. Berbeda dengan Kongres V PDI-P di Bali pada Agustus 2019, Megawati berpidato selama 64 menit, penuh improvisasi dan senda gurau.
Meski tak disebut secara eksplisit, PDI-P kini tengah menghadapi persoalan serius. Sehari sebelum rakernas, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan anggota staf Sekretariat PDI-P Saeful dan politisi PDI-P Harun Masiku sebagai tersangka bersama dengan komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Wahyu Setiawan.
Harun yang maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Selatan I menyuap Wahyu agar bisa masuk ke Senayan melalui mekanisme penggantian antarwaktu (PAW).
Harun diduga menyuap Wahyu melalui perantaraan Saeful. Nama Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto ikut masuk dalam pusaran kasus ini karena Saeful merupakan stafnya.
Saat pembukaan rakernas, Hasto masih diberi kepercayaan memimpin doa mengheningkan cipta. Seusai acara, Megawati dan Hasto terlihat menaiki mobil golf yang dikendarai Prananda Prabowo, putra Megawati, untuk mengunjungi instalasi pameran rempah Nusantara di arena rakernas. Hasto, yang selama ini menjadi tangan kanan Mega, duduk di sebelah kanan Mega. Selama perjalanan di mobil golf itu, keduanya tampak sesekali berdiskusi.
Megawati diam seribu bahasa saat dimintai komentar mengenai kasus dugaan suap oleh politisi PDI-P dan staf Hasto tersebut.
Hal lain yang disampaikan Megawati dalam pidatonya terkait pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut dia, saat ini pembangunan negara harus didasarkan pada riset, terutama pada bidang pangan, manusia, lingkungan, dan teknologi, untuk memanfaatkan seluruh potensi lokal.
Selain itu, diperlukan rumusan untuk membenahi industri nasional. Dengan begitu, kata Megawati, Indonesia bisa memanfaatkan seluruh potensi alam sehingga mampu mencapai kemandirian atau berdikari secara ekonomi.
Senada, Presiden Jokowi dalam pidatonya juga menekankan pentingnya berdikari secara ekonomi. Saat ini, hal itu belum sepenuhnya mampu dicapai Indonesia. Hal tersebut tampak dari defisit transaksi berjalan (CAD) yang masih terjadi selama bertahun-tahun.
”Kenapa ini terjadi, problemnya adalah impor kita yang masih besar dan ekspor kita yang perlu ditingkatkan,” kata Presiden.
Oleh karena itu, kata Jokowi, ke depan Indonesia akan melakukan transformasi ekonomi. Dari ekonomi berbasis komoditas bahan mentah menjadi berbasis barang setengah jadi atau barang jadi melalui hilirisasi industri.