Nelayan menanti realisasi program dan solusi jangka panjang dalam menghadapi pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di zona ekonomi eksklusif atau ZEE Indonesia di Natuna Utara.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar/Pandu Wiyoga/Emanuel Edi Saputra
·3 menit baca
NATUNA, KOMPAS— Para nelayan di Natuna, Kepulauan Riau, menanti realisasi dari program dan solusi jangka panjang dalam menghadapi pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di zona ekonomi eksklusif atau ZEE Indonesia di Natuna Utara. Solusi itu juga harus ramah bagi ekonomi masyarakat.
Nelayan Natuna juga meminta agar program pemerintah mendorong nelayan dari daerah lain melaut ke Laut Natuna Utara dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai hal itu membuat nelayan Natuna yang mengandalkan alat tangkap tradisional tersingkir atau merusak kelestarian laut.
”Asalkan jumlahnya banyak, kapal kecil juga bisa menangkal nelayan asing. Yang kini perlu dilakukan adalah memberdayakan nelayan tradisional sehingga bisa melaut sampai ke ZEE dengan aman,” kata tokoh nelayan Natuna, Rodhial Huda, di Natuna, Kamis (9/1/2020).
Presiden Joko Widodo pada Rabu (8/1) mendatangi Natuna untuk menunjukkan komitmen pemerintah dalam menegakkan hak berdaulat Indonesia atas ZEE. Pemerintah akan meningkatkan patroli guna menegakkan hukum di ZEE Indonesia di Natuna Utara. Saat itu, kapal-kapal China yang mencuri ikan dengan dikawal oleh kapal penjaga pantai China mulai meninggalkan ZEE Indonesia di Natuna Utara.
Terusir
Adri (41), salah satu nelayan di Natuna, mengatakan, nelayan seperti terusir di laut sendiri sejak kapal pencuri ikan kembali marak masuk ke Laut Natuna Utara. Sering mereka harus memotong tali jangkar untuk melarikan diri karena takut terseret pukat harimau kapal asing.
Hampir semua nelayan Natuna menerapkan cara tangkap tradisional, yakni menggunakan pancing untuk menangkap ikan karang. Dengan kapal 5 gros ton (GT) hingga 7 GT, mereka melaut hingga ke ZEE demi mendapatkan ikan bernilai tinggi: kakap merah, kerapu, dan sunu.
Ironisnya, pencurian dilakukan terang-terangan di hadapan nelayan lokal hampir setiap hari sepanjang Desember 2019. Bahkan, menurut nelayan lainnya, Rudi (30), kapal asing saat malam terlihat seperti sebuah pulau di Laut Natuna Utara. Puluhan kapal bergerombol dan diterangi lampu benderang.
Diantisipasi
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Laksamana Madya Yudo Margono mengungkapkan, sekitar 30 kapal nelayan China yang selama ini mencuri ikan di ZEE Indonesia sudah bergerak ke arah utara dan keluar dari ZEE. Hal itu diketahui melalui pemantauan pesawat TNI.
Di kawasan ZEE masih terlihat dua kapal penjaga pantai China, Kamis pagi. ”Namun, kapal penjaga pantai itu terus bergerak ke perbatasan Malaysia sehingga tak bermanuver. Kemungkinan mereka melakukan (hak) lintas damai,” ujarnya. Namun, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Sisriadi mengungkapkan, Indonesia belum mengurangi kewaspadaan. Kekuatan TNI berupa delapan kapal perang RI dan empat jet tempur F-16 tetap disiagakan dan bergiliran berpatroli di Natuna.
Saatnya kita isi Natuna dengan kegiatan sosial- ekonomi dan pemerintahan secara proporsional agar tidak kosong.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengatakan, dengan keluarnya kapal China dari ZEE, mereka kini tak perlu lagi diributkan. ”Saatnya kita isi Natuna dengan kegiatan sosial- ekonomi dan pemerintahan secara proporsional agar tidak kosong,” ucapnya.
Menurut dia, kebijakan yang dilakukan pemerintah, mulai dari memfasilitasi nelayan pantai utara Jawa melaut di Natuna hingga penambahan kekuatan TNI dan Badan Keamanan Laut, merupakan langkah Indonesia sebagai pemilik Natuna.